Hubungan India dan Indonesia Ibarat "Dua Keluarga"
Budayawan Putu Suasta Kunjungi Padmasana di Rishikesh, India

Ribuan Umat Hindu melakukan Tirthayatra di Tepi Sungai Gangga, India

BHARAT – Budayawan  Drs. Putu Suasta, M.A melakukan perjalanan spiritual ke tanah Bharatawarsa, India. Ia juga mengunjungi sebuah bangunan Padmasana di tepi Sungai Gangga, India tepatnya ke Taman Paramarth Niketan Ashram yang berlokasi di depan Pohon Kalpataru Sungai Gangga. Putu tiba di Rishikesh pada 7 Oktober 2023. Rishikesh adalah negara bagian India Uttarakhand di bawah Pegunungan Himalaya. Putu mengenang riwayat pembangunan Padmasana di India sembari mengulik kembali sejarah hubungan antara India (yang saat ini bernama Bharat) dengan Indonesia.

Putu mengunjungi Padmasana yang dibangun oleh para tokoh Bali di Rishikesh, India

Padmasana itu merupakan satu bangunan tempat suci bagi umat Hindu di Bali untuk pemujaan Tuhan. Padmasana itu dibangun di tepi Sungai Gangga mulai bulan Nopember sampai rampung diresmikan (di-pelaspas) sekitar bulan April 2019. Pemelaspasan Padmasana dipuput Dharma Adhyaksa PHDI Pusat, Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba disaksikan istri dari Inisiator Ida Pedanda Gede Made Gunung, Sekretaris Jenderal World Hindu Parisad, I Ketut Donder dan 16 Pedanda Lanang- Istri dari Bali serta ribuan bhakta dari seluruh dunia.

Gagasan pembangunan Padmasana itu sudah lama dimunculkan, namun butuh waktu puluhan tahun untuk merealisasikannya. Menurut Ida Rsi Putra Manuaba (Agus Indra Udayana) dan Drs. Ketut Ngastawa, S.H, material bangunan padmasana itu telah dikirim dari Bali sejak kepemimpinan Gubernur Bali, Dewa Made Berata. Namun, realisasi pembangunan Padmasana ini sempat mandek cukup lama. Setelah ada titik temu dari hasil pembicaraan President World Hindu Parishad (WHP) Made Mangku Pastika (Anggota DPD RI Dapil Bali dan Gubernur Bali dua periode 2008-2018) dan Ida Rsi Putra Manuaba dengan Dubes RI untuk India Arto Reza Suryodipuro, akhirnya Padmasana bisa dibangun di Rshikesh. Menurutnya, pembangunan Padmasana Bali ini menjadi simbOl kekayaan Hindu dan persahabatan antara Indonesia dengan India.

Putu Suasta bersama para yogi di Manca Devi Temple, di lereng Pegunungan Rishikesh

Padmasana di Rishikesh banyak dikunjungi umat Hindu dari berbagai pelosok negera bagian di India. Sebelumnya Rishikesh dikenal oleh masyarakar dunia sebagai pusat yoga dan meditasi.  Dengan berdirinya Padmasana di Rishikesh, umat Hindu dari Bali dan Indonesia makin sering melakukan perjalanan spiritual ke tempat suci tersebut. Padmasana di Rshikesh ini, beberapa waktu lalu  juga kembali dikunjungi lagi oleh Made Mangku Pastika dan Ketut Ngastawa.

Putu Suasta (paling Kanan) bersama para yogi

Sebelumnya, Pimpinan Paramarth Niketan Ashram, Swami Chidananda Saraswati Muni menilai tempat tersebut sebagai tempat yang sangat strategis untuk mengenalkan Padmasana Bali ini kepada ribuan umat Hindu di dunia. Strategis karena ribuan Yatri selalu hadir  melaksanakan  kegiatan spiritual dan Aarathi (persembahan api suci) kepada Ibu Dewi Gangga.

Putu saat menunjukkan ribuan umat Hindu berziarah di Tepi Sungai Gangga

Putu Suasta mengaku semakin mengagumi India karena Negara itu mampu menjadi magnet bagi penekun spiritual di seluruh dunia. Apalagi saat ini, penataan kawasan Sungai Gangga semakin bagus, bersih, indah sehingga memberikan kenyamanan dan kedamaian bagi para pengunjung.  Menurutnya, pemujaan umat Hindu kepada Dewi Gangga diharapkan memberikan vibrasi kepada dunia. Ia menyaksikan puluhan ribu umat serempak melakukan pemujaan setiap harinya sepanjang tahun.

Jebolan UGM dan Cornell University ini mengakui, ia banyak belajar dari India. Ia bahkan sudah lima kali keliling negara tersebut dalam kurun waktu 30 tahun lebih. Ia pernah tinggal di tempat-tempat suci bagi umat Hindu yakni Punjab, Varanasi disebut juga Benares, Banaras atau Benaras, atau Kashi atau Kasi. Kashi adalah kota suci Hindu di tepi sungai Gangga di negara bagian Uttar Pradesh, India Utara.

Menurut Putu, Varanasi bagi umat Hindu adalah seperti Mekkah bagi umat Muslim atau Vatikan bagi umat Katolik. Ketika berada di India, Putu bergaul dengan para orang suci (sadhu) dan Yogi. Seperti dkiketahui, India dan Indonesia memiliki hubungan kesejarahan yang telah berlangsung sangat lama. Tokoh Hindu, IB. Oka Puniatmaja yanhg pernah menjabat  Wakil Ketua Umum PHDI dan penulis banyak buku Agama Hindu berpendapat bahwa Rsi Markandya adalah “Nabi” bagi umat Hindu Indonesia.

Sebelumnya, sejumlah tokoh Bali yang pernah tinggal dan belajar di India seperti Nyoman S. Pendit, Ida Bagus Mantra, Ibu Gedong Oka, Prabhu Darmayasa dan masih banyak lagi.  Jaman dahulu, hubungan Indonesia dan India dijembatani oleh Rabindranath Tagore dan Dr. SN Subha Rao.  Sebuah kebanggaan bagi Bali, ketika PM India, Narendra Modi memberikan penghargaan seni kepada seniman Bali, Prof. Dr. I Wayan Dibia berupa Padma Shri Award 2020. Sebelumnya, Padma Shri Award 2020 juga telah diberikan kepada Agus Indra Udayana (Ida Rsi Putra Manuaba) yang dikenal menerapkan nilai-nilai ajaran Mahatma Gandhi ke luar India.

Suasana umat Hindu melakukan tirthayatra ke berbagai tempat  di India

India Menjadi Bharat

Saat menjadi tuan rumah KTT G20 beberapa waktu lalu, PM India Narendra Modi memperkenalkan nama baru India menjadi Bharat. Sebelumnya, India juga dikenal bernama Aryavarta, Hindustan, Jambudweep. Dunia mengenal India sebagai pusat peradaban spiritual kuno. Perubahan nama “India” menjadi “Bharat” bahkan dalam undangan yang dikirimkan kepada peserta G20, Presiden India Droupadi Murmu disebut sebagai “Presiden Bharat” dan bukan “Presiden India”. Namun negara yang berpenduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa ini secara resmi dikenal dengan dua nama yaitu India dan Bharat.

Kurukshetra, saksi sejarah Perang Bharatayuda

Selain itu, nama lengkapnya Bharatawarsa sesuai teks-teks kuno di Indonesia. Seharusnya, India  bangga dengan nama itu sebab pada nama simbol-simbol kejayaan India melekat. Batas-batas India itu terbentang dari Sungai Kumbha di Kabul hingga Sungai Gangga di India dan dari lembah Kashmir hingga seberang Narmada.

Patung Kereta yang dikendarai Arjuna dengan Krishna sebagai Kusirnya

Teks-teks Hindu kuno seperti Kakawin Bharatayudha, Kidung Dyah Tantri menyebutkan nama Bharatawarsa. Nama tersebut berkaitan erat dengan nama Nusantara yang merupakan nama asli Indonesia. Hubungan Indonesia dan India adalah hubungan antara dua negara (keluarga) dari jaman kuno. Pemimpin Indonesia di masa lalu adalah satu keluarga dengan pemimpin Bharata.  Hubungan  antara dua keluarga itu terbangun kembali pasca kemerdekaan. Soekarno dan Patnaik misalnya, membangun hubungan kekeluargaan. Mata uang Indomesia dan India adalah sama yaitu Rupee yang dieja Rupiah di Indonesia, dan dieja Rupi di India (* Diolah dari rilis dan berbagai sumber)

 

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email