TABANAN. Pasraman Seruling Dewata pada, pada 26 Juni 2022 hari ini merayakan ulang tahunnya yang ke-37. Perayaan ulang tahun ini sekaligus menjadi ajang sosialisasi keberadaan dan kiprah Seruling Dewata dalam memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat Bali dan luar Bali. Pasraman Seruling Dewata diharapkan terus berbenah dan secara intensif melestarikan ajaran suci yang diwarisi leluhur. Terbukti, telah banyak digelar berbagai acara melibatkan para sisya (siswa) interen pasraman, masyarakat sekitar pasraman dan para simpatisan ajaran Bali Kuno.
Istilah Pasraman mengacu kepada lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah lembaga pendidikan agama dan keagamaan Hindu, sebagai bentuk hegemoni Hindu dalam lingkup pendidikan, tidak hanya pada pelaksanaan ritual-ritual semata, namun Hindu juga berkembang melalui proses-proses pendidikan. Keberadaan pasraman memiliki posisi yang cukup penting dalam kemajuan pendidikan khususnya bagi umat Hindu. Konsep pembelajaran di pasraman tidak hanya melatih penguatan kecerdasan pada lingkup intelektualitas, namun menyeimbangkan kecerdasan emosional dan spiritual untuk membentuk proses pendidikan yang utuh. Begitu pentingnya keberadaan pasraman, namun belum mampu menyentuh kesadaran masyarakat, khususnya umat Hindu, untuk dapat memotivasi generasi muda Hindu menempuh pendidikan pada lembaga-lembaga pasraman. Tentu hal ini menjadi sebuah tanda tanya mengapa dan bagaimana. Menarik untuk melihat pasraman sebagai lembaga pendidikan ditinjau dari sudut pandang sistem pendidikan nasional, tujuan esensi pasraman dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan dan lembaga pengembangan umat Hindu untuk membentuk sumber daya umat yang unggul dan kedepan memiliki daya saing (I Wayan Agus Gunada, Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram, dalam artikel berjudul “Pasraman : Pendidikan Keagamaan Hindu dalam Sistem Pendidikan Nasional, Posisi, Tujuan dan Fungsinya”).
Pasraman Seruling Dewata adalah salah satu dari ratusan pasraman di Bali. Pasraman ini berlokasi di Banjar Bunut Puhun, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur – Tabanan, Bali. Pada tahun 1985 Sesepuh generasi IX Perguruan Seruling Dewata, Ki Nantra Dewata, dibantu para perintis perguruan dan bagian penelitian dan pengembangan (Litbang) Pasraman Seruling Dewata berusaha menggali, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pertapaan Candra Parwata tradisi Gunung Watukaru. Faktanya, nilai-nilai luhur Pertapaan Candra Parwata tradisi Gunung Watukaru sampai saat ini tak hanya berkembang di Bali, namun juga di luar Bali. Masyarakat Bali patut berbangga bahwa para leluhurnya telah mewariskan tradisi adi luhung yang hingga kini tetap dilestarikan secara turun-temurun dan diajarkan melalui garis perguruan (parampara) Paiketan Paguron Suling Dewata. Konon, tradisi luhur Pertapaan Candra Parwata Gunung Watukaru ini pernah menjadikan Pulau Bali sebagai Pancer Spiritual Dunia. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, keagungan tradisi Bali Kuno ini seolah tinggal kenangan. Bahkan, masyarakat Bali sendiri menganggap semua itu sebagai cerita yang belum tentu kebenarannya. Sesungguhnya, tradisi mulia ini merupakan cermin keagungan Pulau Bali di masa lalu. Namun, kita patut bersyukur dan beruntung karena para sesepuh Paiketan Paguron Suling Dewata tetap menjaga dan melestarikan tradisi luhur tersebut melalui garis perguruan murni sehingga tradisi luhur Bali kuno tak hilang ditelan jaman.
Aneka Pelayanan Pengobatan Gratis
Memeriahkan HUT ke-37 Pasraman Seruling Dewata, panitia menggelar pengobatan gratis masal pada Sabtu, 25 Juni 2022. Pengobatan gratis yang melibatkan sekitar 25 pengobat tradisional ini digelar melalui berbagai jenis layanan dan terapi seperti: check up Tensi, check kadar kolesterol, check kadar asam urat, check gula darah, terapi mandi uap rempah-rempah, terapi pijat meridian mata, terapi pijat seputar meridin telinga, kepala dan pundak, terapi wacakan weton (perhitungan kelahiran menurut wariga Bali), terapi akupuntur, terapi bekam, terapi kopping dan moksibasi, terapi pijat badan dan totok punggung, terapi prana dan terapi Usada Tirta.
Team interen pasraman dikoordinasikan oleh I Kadek Suparta dibantu oleh anggota Pasraman Seruling Dewata lainnya turut membantu kelancaran kegiatan pengobatan gratis ini. Kegiatan kemanusiaan pengobatan ini berkaborasi dengan berbagai elemen masyarakat seperti team Mahasiwa Fakultas Kedokteran Unud yang dipimpin oleh Dosen pembimbingnya dr. Gede Wirata; team Gotra Pengusada Taru Pramana Bali yang terdiri dari siswa Pasraman Padma Bhuana (Yayasan Padma Bhuana Bali); team Herbal Usada Taru Pramana Denpasar; perwakilan Alumni mahasiswa Fakultas Kesehatan Hindu Ayurveda UNHI Denpasar; Team Padma Herbal Tabanan; Team perwakilan Gotra Pengusada Bali; Team Forum Komunikasi Pengobat Tradisional Usada Bali; para siswa Pasraman Seruling Dewata dan para simpatisan pengobatan tradisional lainnya.
Team pengobatan tradisional dikoordinasikan oleh Ketua Team Gotra Pengusada Bali Taru Pramana, Dr. I Nyoman Sridana, S.Kes.H, M.Si (yang juga Direktur Herbal Usada Taru Pramana, Bali). Jumlah peserta yang dilayani sekitar 150 orang pasien (klien). Terapi kesehatan masal yang berlangsung satu hari penuh ini dihadiri oleh ratusan anggota Pasraman Seruling Dewata dan masyarakat sekitarnya. Acara berlangsung lancar, tertib dan sukses. I Nyoman Sridana mengucapkan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi, para guru dan semua team. “Semoga pelayanan kemanusiaan tersebut bermanfaat bagi masyarakat sekaligus dapat melestarikan budaya kesehatan tradisional warisan leluhur” ujar Sridana. (Catatan N.Sridana)