Anak petani penggarap yang juga mantan kuli bangunan ketika di SD hingga SMA itu tak pernah membayangkan dirinya bakal bisa kuliah sampai ke S3. Perjalanan hidup anak dari pasangan Ayah : I Ketut Waneng (almarhum) dan Ibu : Ni Ketut Regag (almarhum) di Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli ini sangat sulit dan berliku. Paska pernikahan orang tuanya tahun 1958, pasangan suami istri ini langsung merantau sebagai buruh (kuli) tani penggarap tanah milik seorang Balian Jro Renyen di Desa Daup, Kecamatan Kintamani, Bangli. Keadaan hidup pasangan suami-istri ini serba sulit sampai kelahiran anaknya yang ke-3 yang diberi nama I Nyoman Sridana. Nyoman diperkirakan lahir tahun 1969, karena kedua orang tuanya tidak ingat persis tanggal, bulan dan tahun kelahiran anaknya. I Nyoman Sridana memaklumi keadaan ekonomi orang tuanya yang sangat sulit saat itu. Praktis, ia tak pernah dibuatkan upacara otonan (yang jatuh setiap 6 bulan Bali). Bisa makan seadanya saja, ia sudah bersyukur. Makan umbi ketela rambat, keladi dan singkong sudah terbiasa baginya sejak kecil. Ia dan keluarga hanya bisa makan nasi tulen (beras) saat Hari Raya Galungan, Kuningan atau hari raya Hindu lainnya. Ketika ia masih duduk di Bangku SD hingga SMP di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Nyoman terbiasa sepulang sekolah membantu orang tuanya mencari pakanan ternak sapi. Bahkan ketika SD kelas 4 sudah Nyoman memiliki sapi sendiri. Keluarga Nyoman harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Nyoman sudah terbiasa mengambil pekerjaan kasar. Mencari pakan ternak adalah kewajibannya setiap hari. Disela-sela waktunya, ia bekerja sampingan membantu teman-temannya berjualan es lilin berkeliling banjar/desa sekitarnya agar bisa mendapatkan uang untuk membeli buku dan bekal sekolahnya. Nyoman kemudian melanjutkan sekolah ke SMP 2 Kintamani di Belantih, Kintamani pada 1984. Hari-hari dijalaninya sama seperti di SD. Tahun 1987, Nyoman lulus SMP dengan prestasi cukup bagus.
Nyaris Tak Bisa Melanjutkan ke SMA.
Keadaan ekonomi yang serba kurang, memaksa ia harus merantau mencari pekerjaan ke kota Bangli sekaligus agar bisa melanjutkan sekolah setingkat SMA. Singkat cerita, ayahnya punya kenalan seorang guru SD dari Singaraja. Melihat ijazah dan nilai akhir ujian di SMP-nya cukup bagus, guru SD tersebut mendesak ayahnya supaya I Nyoman Sridana disekolahkan ke SMA Pariwisata Bangli di Bangli. Akhirnya dititiplah Nyoman di rumah seorang kenalannya di Kota Bangli. Kegiatan Nyoman setiap hari membantu tuan rumah ke sawah/kebun, dan disela-sela waktunya, ia menjadi kuli di toko bangunan sebagai tenaga serabutan menurunkan semen, besi, kayu dari truk. Kadang-kadang ia diajak bekerja setengah hari oleh tuan rumahnya sebagai pembantu tukang bangunan sebelum pergi ke sekolah, siang hari. Kehidupan keras ini dijalani Nyoman sampai tamat SMA pada tahun 1989. Ketika duduk di kelas 3, Nyoman menyadari bahwa ia harus menyiapkan diri ketika tamat SMA nanti. Sejak saat itu, waktu luang sepulang sekolah sore hari, Nyoman kursus mengetik dan Bahasa Inggris.
Menjadi Pembantu Rumah Tangga
Setelah tamat di SMA Pariwisata Bangli di Bangli tahun 1990, Nyoman langsung diajak oleh kakaknya di Denpasar sebagai pembantu rumah tangga (PRT) dengan kerja serabutan mulai dari belanja ke pasar, memasak, ngantar keponakan TK, mencuci, menyetrika, bersih-bersih dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Pekerjaan itu ia jalani selama selama 1 tahun dan setengah tahun berikutnya mengerjakan pekerjaan yang sama sambil kuliah Diploma 1 Pariwisata di STIMI Handayani Denpasar (1992-1993). Kursus bidang pariwisata dengan jurusan Tours & Travel mengantarkannya menjadi guide trainee di Satriavi Tours & Travel. Sambil training ia bekerja sebagai guide freelance berbahasa Inggris. Untuk menambah skill, ia mengikuti les Bahasa Spanyol. Bekerja sebagai guide berbahasa Ingris dan Spanyol, Nyoman sudah mulai bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak untuk biaya hidupnya. Sejak saat itu, Nyoman mulai membangun rumah untuk orang tuanya di kampung kelahirannya, Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli. Ia juga sudah mampu membeli sawah dan tegalan untuk ayahnya agar memiliki lahan garapan dan agar orang tuanya kembali tinggal di desa kelahirannya berkumpul bersama kakek-neneknya (foto : ujian terbuka secara virtual).
Jadi Tour Guide dan Belajar Berbisnis
Karirnya sebagai guide membuka peluang baginya untuk mulai belajar berbisnis. Disela-sela waktunya, ia mulai bisnis jual beli mobil bekas. Nyoman juga membuka usaha jasa pengetikan dan service Komputer yang ditunggui oleh saudaranya yang ahli dibidangnya di Jalan Pulau Bali Sanglah Denpasar. Pernah juga membuka usaha service sepeda motor, jual beli sepeda motor dan mobil bekas bekerjasama dengan orang lain, pernah punya usaha jasa tukang jarit konveksi bekerjasama dengan rekanan (walau akhirnya modal habis tidak karuan), pernah membuka usaha money changer (akhirnya bangkrut karena modal habis dilarikan oleh orang yang diajak kerjasama).
Mencari Hari dan Tanggal Kelahiran
Karena merasa penasaran nasibnya sial terus, Nyoman lalu ingin tahu hari kelahirannya. Ia berusaha menemui orang pintar (paranormal) yang mumpuni dari sebuah perguruan Penghayatan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Denpasar. Dari 5 peramal dari keilmuan wariga, ada 2 orang mengatakan hal yang sama (wetonan, tanggal lahir dan sebagainya). Hasilnya lalu dicocokkan kepada orang tuanya. kemudian dicocokkan lagi dengan teman yang seumuran dan menanyakan kepada orang tua temannya tentang hari wetonan anaknya. Akhirnya diketahuilah hari wetonannya. Nyoman lalu dibuatkan upacara wetonan dan bayuh weton di perguruan tersebut. Sampai saat ini dia tetap eling kepada saudara empat yang diajak lahir dan setiap hari wetonan selalu dibuatkan upacara wetonan. Nyoman akhirnya ikut belajar Usada Sapta Kanda Pat sampai saat ini. Dari sinilah mulai adanya bibit-bibit sebagai pengobat (Bahasa Bali : pengusada). Nyoman kemudian mendalami ilmu pengobatan (usada) dengan kuliah Usada di Fakultas Kesehatan Ayurveda UNHI Denpasar.
Membuat Usaha Jasa
I Nyoman Sridana kemudian membuka berbagai bisnis jasa mulai dari buying agent (jasa pembelanjaan produk kerajinan untuk kebutuhan ekspor), jasa pengurusan ijin ekspor, jasa pengurusan fumigasi (treatment barang kerajinan, mebel dan batu), jasa pengepakan barang ekspor, jasa transportasi ekspedisi/truking darat, laut dan udara international sampai sekarang. Ia juga berbisnis jasa transportasi pariwisata dan jasa tours/tirtayatra/liburan. Bisnis-bisnis inilah membuat kehidupannya terus meningkat hingga mampu membeli sejumlah aset berupa tanah di berbagai lokasi. Ia pun terus mengasah instink bisnisnya hingga mampu membesarkan omzet usaha ekspor kerajinan ke berbagai negara. Skill bahasa asing memudahkan dirinya untuk berkomunikasi dengan para relasi bisnisnya di luar negeri. Dari bisnis ekspor kerajinan dan beberapa bisnis yang ia kembangkan, Nyoman akhirnya bisa membeli aset tanah seluas 11 are di bilangan Jalan Tukad Badung Renon, Denpasar dan membangun rumah berlantai tiga yang ia tempati saat ini. Rumahnya ini sekaligus sebagai kantor perusahaan, dilengkapi dengan gudang, bengkel kerja serta rumah produksi dan perawatan pasien. Dampak pandemi Covid-19 membuat usahanya masih tersendat-sendat. Bisnis ekspor kerajinan yang ia tekuni mengalami pasang surut, namun kondisi ini tak mengurangi semangatnya terus berinovasi. Nyoman bergabung di Komunitas Entrepreneur University (Komunitas para pengusaha otak kanan EU) sejak tahun 2005 an. Di EU ia mendapat banyak ilmu, teman dan peluang-peluang bisnis sampai akhirnya ia membuka bisnis pengobatan tradisional herbal dan usada Bali (foto : upanayana).
Membuat Usaha Herbal Usada Taru Pramana.
Pada tahun 2010, Nyoman mulai menerapkan manajemen usaha dengan menggaji sejumlah karyawan. Engan demikian, ia punya waktu untuk melanjutkan pendidikan di S1 Jurusan Ayurweda di Fakultas Kesehatan Ayurveda UNHI pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Lulus S1, ia menyandang gelar S.Kes.H (Sarjana Kesehatan Hindu). Ketika masih di semester IV, Nyoman sudah mulai membuat ramuan Usada Bali untuk pesanan teman-temanya di bangku kuliah, para dosen dan staf administrasi di kampus. Sampai pada tahun 2013 membuat perusahan dengan nama PT. Vision Bali dalam bidang pembuatan ramuan obat Usada Bali yang berijin pangan dari Dinas kesehatan kota Denpasar. Sejak adanya pandemi Covid-19, yang mengharuskan bekerja dari rumah, maka Nyoman mempersiapkan pengurusan ijin-ijin obat tradisional (OT) Pengobatan Tradisional Usada Bali Taru Pramana diawali dengan pengadaan sarana dan prasarana sesuai standarisasi yang dibina oleh BPOM Denpasar. Ia kemudian mengurus pendaftaran sertifikasi CPOTB dari BPOM Pusat I Jakarta dan ijin-ijin pelengkap lainnya. Untuk memperdalam pengetahuannya tentang pengobatan herbal, Nyoman melalui institusi UNHI Denpasar terus berkiprah mengadakan penelitian tentang dampak dan perkembangan ramuan Usada Bali Taru Pramana dengan beraneka jenis produk sesuai kebutuhan dari masyarakat luas. Produk-produk herbal yang ia buat dipandu dengan resep tradisional empiris dan dikaji secara ilmiah fitofarmaka tentang kandungan zat bahan ramuan.
Menjadi Asisten Dosen Usada dan Ayurveda
Lulus S1, Nyoman melanjutkan studinya ke jenjang Pendidikan Program Magister (S2) Ilmu Agama dan Kebudayaan di kampus yang sama hingga 2016 sampai meraih gelar M. Si (Master Sain). Ia kemudian mendapat kesempatan menjadi asisten dosen. Berprofesi sebagai dosen mengharuskan dirinya terus belajar memperdalam ilmu kesehatan Usada Bali dan Ayurweda. Jika kebanyakan mahasiswa kuliah sambil bekerja, maka Nyoman menjalani hidupnya sebagai pengusaha sambil kuliah. Tak cukup hanya lulus magister dan menjadi dosen, sambil mengajar ia terus meneliti herbal dan melanjutkan studinya ke Program Studi Doktor Ilmu Agama dan Kebudayaan di kampus yang sama. Studi di S3 ia lakoni dengan berbagai kesulitan dan keterbatasan. Namun, ia pantang menyerah karena telah terbiasa hidup di zona tak nyaman. Ia terus berusaha agar bisa menyelesaikan kewajiban studinya hingga dinyatakan bisa ujian. Berbagai kendala dan tantangan ia hadapi semakin membuatnya kuat dan tegar.
Raih Doktor Usada dan Ayurweda
Selasa, 14 September 2021 lalu merupakan hari yang sangat istimewa baginya. Betapa tidak, Nyoman berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Terapi Kesehatan Tradisional untuk Mengatasi Penurunan Daya Ingat di Pengobat Usada Taru Pramana Kota Denpasar“ di depan Dewan Penguji. Setelah menjalani ujian terbuka promosi doktor sekitar 1 jam 30 menit, dan sidang diskor selama 15 menit, pimpinan sidang dewan penguji, Prof. Made Damriyasa mengumumkan bahwa I Nyoman Sridana dinyatakan lulus sebagai doktor ke-99 di Universitas Hindu Indonesia dengan predikat sangat memuaskan (IPK. 3,88). Berita kelulusan Nyoman dengan cepat menyebar ke berbagai group media sosial. Nyoman mendapat ucapan selamat dari para sahabat dan relasi. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, ikut bekerja keras membantu kelancaran studinya. Terhitung mulai 14 September 2021, I Nyoman Sridana sudah menyandang gelar Doktor dengan spesialisasi pengobatan tradisional Ayurweda. “Berkat doa yang tulus dan kerja keras teman-teman, bimbingan para dosen, walau dalam keadaan finansial yang sangat terbatas, saya bersyukur bisa menyelesaikan studi ini dengan baik” ujarnya (Foto : Rektor UNHI yang juga Ketua ean Penguji (tengah) menyerahkan cinera mata kepada I Nyoman Sridana). (ram)