SINGARAJA- Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan, Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, M.A dikukuhkan menjadi Guru Besar, Jumat, 24 Nopember 2023 di Gedung Kesenian Gde Manik Singaraja. Acara yang bersamaan dengan Wisuda VII STAHN Mpu Kuturan Singaraja Tahun 2023 dihadiri Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si dan Pj. Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, seluruh anggota Senat STAH Negeri Mpu Kuturan dan ratusan undangan.
Saat pengukuhan itu, pria kelahiran Karangasem, 29 Nopember 1976 ini menyampaikan orasi ilmiah dengan tema “Menyemai Benih, Merawat Kerukunan: Moderasi Beragama Dalam Bingkai Budaya Bali”. Menurutnya, ada beberapa alasan kenapa kerukunan itu menjadi penting yakni : (1) Kerukunan bukan sesuatu yang given/turun begitu saja dari langit kemudian selesai; (2) Kerukunan itu by construct; harus dirawat dan dijaga; harus dipupuk dan disiangi; agar dia menjadikan hidup kita damai; (3) Bicara Bali; Agama Hindu memberikan spirit dan ajaran yang sangat luar biasa tentang kerukunan; susastra lontar; tradisi ritual agama dan adat; (4) Tantangannya adalah; kita semua dihadapkan pada situasi kekinian yang serba digital; serba terbuka, sehingga kerap terjadi turbulensi/guncangan yang abai pada kerukunan.
Nilai-nilai kerukunan dalam Hindu
Gede Suwindia yang juga pernah menjabat Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IHDN Denpasar ini menyitir beberapa ajaran tentang nilai-nilai kerukunan dalam Agama Hindu. Menurutnya, ada salah satu lontar yang memuat tentang kerukunan yaitu Lontar Bubuksah. Lontar ini berisi tentang ajaran toleransi dalam kehidupan dua bersaudara yang berbeda laku spritual untuk saling menghormati, menghargai dan hidup berdampingan, walaupun saling memberikan pengaruh, akan tetapi memiliki keyakinan yang kuat dalam masing-masing jalan spritual yang dilakoni seperti dalam Lembar 23 b dan 24 a (lontar tersebut). Ditambahkan, naskah-naskah lain yang memuat ajaran toleransi juga bisa ditemukan dalam geguritan Sucita Subudi, Geguritan Amad Muhamad, Geguritan Nengah Jimbaran dan naskah terkait lainnya koleksi perpustakaan dan tersebar di masyarakat Bali. “Ajaran Hindu seperti : Tatwam Asi; keharmonisan dalam Tri Hita Karana; Vasu Dewa Kutumbakam; Tri Kaya Parisudha, dan lainnya mengajarkan kita tentang sari pati kerukunan” ujarnya.
Tantangan Kerukunan di Era Disrupsi
Era disrupsi ditandai oleh beberapa karakteristik utama di antaranya: 1) perkembangan teknologi cepat, 2) globalisasi, keterhubungan global yang semakin erat dan cepat, komunikasi, dan mobilitas manusia menciptakan tantangan dan peluang baru, 3) nilai-nilai sosial dan budaya dapat berubah dengan cepat sehingga dapat memicu perubahan dalam perilaku, norma masyarakat, dan tuntutan etika, era disrupsi seringkali menciptakan ketidakpastian dan kompleksitas yang tinggi, dikenal sebagai VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).
Benih kerukunan agama dan budaya Bali [Sastra; tradisi; ritual; kerjakan; jangan diteorikan] : Paras-paros sarpanaya; sagalak sagilik saguluk; druwenang sareng; semua itu memerlukan internalisasi mendalam sesuaikan pada konteks jaman.
Kerjakan, jangan diteorikan
Ia mengutip apa yang dikatakan Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama Tahun 2014-2019) bahwa: “Alhasil, bila ada anggapan bahwa agama dan budaya sukar diakurkan, maka Indonesia menepisnya. Bagi bangsa ini, agama dan budaya adalah sejoli yang saling melengkapi. Jika hilang salah satunya, tamatlah keharmonisan Indonesia”. Dari pernyataan di atas, keselarasan hubungan antara agama dan budaya menjadi penting untuk mengatasi konflik yang dapat merusak harmoni sosial. Keselarasan hubungan agama dan budaya merupakan bagian penting dari misi moderasi beragama.
“Oleh karena itu saya mengajak wahai: anak-anakku para wisudawan dan wisudawati: marilah kita menjadi duta-duta penyemai benih kerukunan itu; mulai dari benih berpikir yang baik; berkata yang baik dan berbuat yang baik dari circle terkecil kita; kita rawat; kita jaga; betapa damainya dunia ini, apabila nilai-nilai kemanusiaan ada di atas segala-galanya” ajaknya.
Alasan kenapa ia tertarik pada studi agama dan lintas budaya karena : (1) Memiliki Ayah seorang polisi yang berpengalaman tugas di Bajawa/Flores; Sulawesi; Lombok dan terakhir di Bali; (2) Sejak kuliah berinteraksi dengan kehidupan antarumat; antaragama; bahkan saat dikukuhkan sebagai pengurus FKUB saat didirikan ia adalah pengurus termuda; ditemani P. Haji Solihin dari perwakilan Islam.
Gede Suwindia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Tuhan dan semua pihak karena atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa menghadirkan orang-orang baik yang membantunya hingga meraih guru besar ini. Karenanya, ia menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini, Kementerian Agama yang telah memfasilitasi saya dengan berbagai kebijakan dan kesempatan untuk menjalani pendidikan sehingga memungkinkan saya memperoleh jabatan akademik tertinggi ini. “Kepada Senat STAHN Mpu Kuturan, seluruh pimpinan dan jajarannya di STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang telah membantu proses usulan guru besar saya sehingga dapat memenuhi syarat” ucapnya. Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada para Wakil Ketua STAHN Mpu Kuturan, beserta seluruh jajaran akademik dan non akademik di lingkungan STAHN Mpu Kuturan Singaraja; Direktur Pascasarjana, Kajur, Sekjur, Kaprodi dan seluruh staf administrasi prodi STAHN Mpu Kuturan yang sudah membantu segala dokumen di tingkat prodi.
Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada yang ia sangat cintai yakni kedua orang tuanya I Nengah Rembun (Almarhum) dan Ni Made Rukmini (Almarhum), istri tercintanya Ni Wayan Ayuk Wirastini, SE, M.Pd dan anak-anak yang terkasih: I Gede Sinatrya Mahessa Wisnuttama Suwindia, Made Eka Saraswaty Mahessa Ayu Suwindia, Komang Keinarra Saraswaty Mahessa Ayu Suwindia serta keluarga besarnya, kakak I Made Parwata, I Ketut Adirum, Tugus Aji Candrawan beserta Ibu Jero; Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada semua guru saya di SDN 1 Ngis, SMPN 2 Manggis, dan SMUN 2 Klungkung, dosen-dosen saya dari D2, D3 hingga S-1. Ida Pedanda Tunjuk, Ide Pandita Mpu Nabe Acharyananda, Ide Pandita Mpu Acharya Jaya Daksa Wedananda, Drs. I Gede Sura, M.Si, Drs. I Ketut Wiana, M.Ag (almarhum), Dr. I Wayan Mandra, M. Hum, Dr. I Wayan Mudana, Prof. Dr. I Made Suweta, Dr. I Made Girinata, Dr. AA. Putra Arsana. Prof. Dr. I Putu Sudarma. Prof. Dr. I Nyoman Linggih, Dr. Ni Wayan Sumertini, Dr. Ni Nengah Selasih, M.Pd.
Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada dosen-dosennya di S-2. dan S-3 UGM : Prof. Dr. Mahmoud Ayoub; Prof Dr. John Rines; Prof. Dr. Max R Woodward; Prof Dr. Kennet Hul; Prof. Dr. Irwan Abdullah; Prof Dr. Zainal Abidin Bagir; Prof. Dr. Pradjarta, Prof. Dr. Like Wilarjo, Prof. Dr. Mursyidi (almarhum); Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS., M. Hum. DEA. (Wakil Rektor I Universitas Gadjah Mada); Dr. Made Pande Kutanegara; Dr. A.A GN Ari Dwipayana,M.Si.; (UIN) Prof Dr. Amin Abdullah; Prof Dr. Machasin, MA; Prof Dr. Minhaji; Prof Dr. Nizar Ali, Prof Dr. Aleft Theria Washin, (UKDW) Prof Dr. Bernard Adeney Risakotta; (UKSW) Prof. Dr. John Titely; (Udayana) Prof. Dr. I Gede Parimartha, MA; Prof. Dr. AA. Putra Agung; Prof. Dr. I B Suamba; Prof. Dr. Dharma Putra, M.Litt; yang selama ini telah membimbingnya, memotivasi dan bekerjasama dalam mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.
Ucapan terima kasih juga ia sampaikan ke para sahabatnya seperjuangan di SPS UGM seperti Prof. Dr. Zaenuddin, MA; Prof. Dr. Yance Rumahuru; Dr. Saeful Hamdi; Dr. Hasje; Dr. Yuni; Dr. Ruwandi, M.Pd; Dr. Khaelina Pary; Dr. Heriyah; Mustafiquroh Rahayu,Ph.D; Dr. Munir; Zunli Nadia, MA; Dr. Fahmi, MA; Dr. Siti Hunainah; Imam Malik Ph.D; Irawati Setiawan, MA; Lia Zain, MA; Dr. Muhammad Ishom. Ucapan yang sama ia sampaikan ke seluruh adik-Adik dan senior KMHDI Bali dan Forum Alumnin KMHDI di seluruh Bali.
Secara khusus, ia menyampaikan terima kasih kepada Para Maha Guru, orang-orang yang memberi pengaruh besar dalam hidupnya, menjalani karir dan pendidikannya yakni Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd, Rektor Undiksha Periode 2015 sd 2019 dan 2019 sd 2023, Prof Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd yang juga Rektor Universitas Pendidikan Ganesha. Kepada Dr. I Gusti Made Ngurah, M.Si,; Prof. Dr. Irwan Abdullah promotor dan sekaligus Direktur Sekolah Pascasarjana UGM. “Lewat tangan hangat beliaulah saya bisa menyelesaikan studi S2 dan S3, hingga dua ijasah saya S2 ditanda tangani Kepala ASN Prof. Dr. Sofian Efendi; dan Menteri Sekretaris Negara. Prof. Dr. Pratikno, terimakasih untuk menjadi orang tua bagi kami” ujarnya.
Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada Yth. Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si; Dr, I Wayan Wastawa, MA; dua seniornya yang selalu hadir saat suka dan duka dalam mengarungi hiruk pikuknya kampus agama. Suatu ketika bersama beliaulah di Pascasarjana IHDN mengadakan kegiatan bersama Prof. Dr. I Nyoman Dantes, Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmaja, Prof. Dr. Dewa Komang Tantra, Prof Dr. I Nyoman Sirtha (almarhum), Prof Dr. I Made Suastika. Terima kasih juag ia sampaikan kepada Prof Dr. I Wayan Widiana, S.Pd.,M.Pd, Dekan FIP Universitas Ganesha, Prof. Dr. I Ketut Sudarsana, M.Pd; Dr. IB Gde Candrawan, M.Ag bersama Ibu Jero; Dr. I Made Sedana M.Pd; Dr. I Nyoman Miartha M.Ag; Dr. IB Wika Krishna, M.Si, tiga orang teman, sahabat, kolega yang selalu ada menjadi temannya berbagi dalam menghadapi berbagai geliat kampus STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
Terima kasih sudah selalu mensupport, mengingatkan, dan bersama-sama mencapai cita-cita besar KMHDI : Bli Nyoman Parta, Bli Jondra, Bli Pasek Suardika, Pakdek Cita, I Gede Wiratmaja Karang (Guru Karang), Guru Sugilanus yang baginya adalah Guru Besar sejati yang sudah selalu hadir membantunya; adik-adikku Dr. I Nyoman Suka Ardiyasa, M.Ag; Ni Nyoman Kurnia Wati, M.Pd; Ariawan Undiksha, I Made Hartaka, M.Fil.H, I Putu Mardika M.Si; Komang Surya Adnyana, M.Pd; Ngurah Arya Yuda, M.Pd, Putu Suardipa, M.Pd; I Made Ari Winangun, Kadek Hengki Primayana, M.Pd; IB Eka Suadnyana, M.Fil.H; Dr. Putu Sanjaya, M.Pd; yang telah meringankan tugas-tugas akademik dan non akademik di STAHN Mpu Kuturan selama ini teriring ucapan “Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan dan kesehatan lahir bathin” (*).