MENURUT Yoga Sutra Patanjali, pikiran dibedakan menjadi dua, yaitu: pikiran yang baik (deva, aditya) dan pikiran yang buruk (iblis, ditya). Dua kekuatan yang berlawanan ini saling mengimbangi dalam diri manusia. Bila pikiran Deva lebih dominan, iblis akan terus berupaya untuk menyeimbangkan, demikian sebaliknya. Tubuh atau badan adalah ladang “kuruksetra” atau medan pertempuran dari kedua pengaruh ini. Hal ini terjadi karena pertemuan Purusha (kama petak) dan Pradana (kama bang) yang melahirkan janin berupa tubuh (darah dan daging) dari material Panca Mahabhuta dan kecenderungan sikap yang disebut Triguna (Satvika, Rajasika, Tamasika). Dalam tubuh inilah terjadi pergolakan pikiran atau Citta.
Karena tubuh tersusun dari material Panca Mahabhuta, maka perkembangannya tergantung apa yang masuk ke dalam tubuh sebagai asupan yang akan membentuk badan. Itulah sebabnya karakter setiap orang berbeda. Orang bersikap sesuai dengan apa yang dimakan. Kalaupun makanannya sama, pengaruh Triguna akan menentukan sikap seseorang: tenang (Satvika), agresif (Rajasika) atau malas (Tamasika). Seseorang yang berkarakter tenang (Satvika) ditandai oleh pergolakan pikiran Deva dominan walau pikiran iblis tetap ada. Demikian seterusnya pada karakter Rajasika dan Tamasika.
Karena demikian halnya gejolak pikiran, Yoga Sutra menjelaskan perlunya mengelola pikiran (Citta). Intinya adalah bagaimana cara mengelola pikiran. Nasihat para orang suci dan bijak, agar setiap orang mampu berkonsentrasi dengan pikiran yang terpusat. Aktivitas ini disebut Yoga : menyelaraskan tubuh dengan pikiran. Pikiran yang terpusat dalam tingkatan tertinggi disebut Samadhi. Ada lima modifikasi pikiran yang harus dikenali, sebagaimana disebutkan di dalam sloka Yoga Sutra Patanjali, pada bagian Samadhipadha. I.6:
“Pramannaviparyayavikalpanidrasmritayah”, artinya: pramana, viparyaya, vikalpa, nidra dan smriti. Lima jenis modifikasi pikiran ini disebut Panca Vritti. Dengan mengenali kelima jenis modifikasi pikiran ini seseorang akan lebih mudah mengarahkan pikirannya pada karakter Satvika (Manogunasatva). Karakter Satvika adalah akibat dari kemampuan untuk modifikasi pikiran Smriti. Orang yang telah mencapai Satvika akan lebih mudah mencapai Samadhi.
Untuk mencapai karakter Satvika, kembali perlu memahami Panca Mahabhuta, yaitu lima jenis material yang akan membentuk tubuh.yang bersumber dari makanan/asupan yang dikonsumsi oleh seseorang. Belajar Yoga mesti disertai dengan pemahaman tentang Upavasa yang merupakan bagian dari Tapasya yakni pengendalian Panca Indriya.
Memilih makanan yang cocok bagi tubuh akan membawa kedamaian (Satvika, Smriti), yang berpengaruh pada dominasi bagian Triguna. Karena itu Bhagawad Gita mengajarkan agar manusia tidak meninggalkan tiga hal dalam hidupnya: Tapasya (disiplin pengendalian indriya), dhanam (bersikap dermawan) dan yajnanam (melakukan korban suci). Semoga kita semua selalu damai dan bahagia (Kdi: 30.06.2023: 04.15) (Penulis, Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat).