Catatan Jro Ge Sudibya, Ketua Forum Penyadaran Dharma
Pemerintah Mesti Selamatkan Empat Danau dan Alam Bali

Pandemi Covid-19 telah memporakporandakan perekonomian Bali. Bali yang selama ini bertumpu pada sektor pariwisata, mengalamai pukulan ekonomi sangat serius hingga mengalami pertumbuhan minus 12 persen. Bali kena ampai paling serius di antara aerah lain di Indonesia. Bisnis pariwisata Bali bangkrut total berakibat terjadi pengangguran dalam jumlah besar tenaga produktif. Sebagian menoba usaha kecil di pinggir-pinggir jalan, sebagian lagi eksodus dari sektor pariwisata ke sektor pertanian hanya sekadar mereka bisa bertahan hidup.

Mereka yang mencoba nasib di sektor pertanian, juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Perubahan iklim dan terjadinya anomali musim sangat berpengaruh terhadap turunnya produktivitas di sektor pertanian. Jika pun mau mempertahankan produktivitas, mereka harus merogoh kocek lebih banyak untuk biaya perawatan sawah dan kebun.

Sementara itu ancaman bagi sektor pertanian semakin serius dengan adanya konversi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman dan pembangunan infrastruktur. Saya melihat manajemen pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah Bali masih abai terhadap kelestarian lingkungan. Contohnya : pembangunan infrastruktur, yang selalu menggerus ribuan hektar lahan pertanian, hutan dan perkebunan (mungkin) tanpa  mengantisipasi dampaknya terhadap  lingkungan di sekitarnya. Umumnya manfaat proyek infrastruktur hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Sementara petani dan rakyat kecil pasti dikorbankan. Contoh yang lain, pembabatan hutan terus saja terjadi, sehingga paparan luas hutan di kawasan seputaran Gunung Agung yang sebelumnya diperkirakan 100 ribu hektar, di kawasan Gunung Batukaru  diperkirakan sekitar 100 ribu hektar, di seputaran hutan Penulisan, Kintamani Utara diperkirakan sekitar 40 ribu hektar dan di seputaran Pengejaran, Kintamani Barat diperkirakan sekitar 40 ribu hektar, terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Penyusutan lahan pertanian sawah di Bali berkurang 1.000 hektar per tahun juga sering dikeluhkan oleh pakar Subak Prof. Wayan Windia.

Padahal, kawasan hutan Penulisan menjadi pemasok utama air untuk Danau Batur. Kawasan hutan Pengejaran, menjadi pemasok utama air bagi wilayah “segi tiga emas” di Pucak Bon (Badung Utara), Nyuhan, Bangli Barat,  Tambakan, Kubutambahan Selatan, Buleleng. Kawasan “segi tiga emas” inilah yang memasok air ke Badung, Gianyar dan Denpasar melalui aliran air Tukad Ayung. Juga memasok air untuk Buleleng Timur melalui aliran air Tukad Aya. Hamparan hutan di Gunung Agung (Timur Bali) dan ribuan hektar hutan di Gunumg Batukaru Tabanan, menjadi sumber mata air penting yang tidak terhitung jumlahnya bagi Kabupaten Tabanan, Badung dan Buleleng. Dari perspektif ruang Bali dan kawasan perhutanannya, menjadi sangat tampak aneka rupa persoalan alam yang sedang dihadapi Pulau Bali.

Berbicara keselamatan manusia Bali, dari sisi fisik, kebertahanan hidup, kesehatan dan ekonomi, tidak bisa dilepaskan dari peran dan keberaaan 4 (empat) danau di Bali yakni Batur, Beratan, Buyan dan Tamblingan. Keempat danau ini menjadi sumber pemasok air yang sangat penting demi keberlanjutan kehidupan dan pengembangan budidaya pertanian basah dan perkebunan yang merupakan tulung punggung ekonomi Bali.

Tantangan dan persoalan yang mendera empat danau di Bali sangat berat dan serius yakni persoalan yang sama  terjadinya pendangkalan, polusi limbah dari kawasan penduduk di sekitarnya, pengurangan debit air akibat penebangan hutan di sekitarnya, mendangkalan akibat sedimentasi dan suburnya enceng gondok (di Danau Buyan dan Danau Tamblingan), pengkavlingan puluhan hektar tanah di pinggir danau Beratan, polusi akibat 1.200 an keramba di Danau Batur (sesuai dengan amatan Dr. Ir. Luh Kartini, M.S yang disampaikan dalam rapat Paiketan Krama Bali beberapa hari lalu), dan belum ada kebijakan penting untuk menyelamatkan empat danau oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten serta belum adanya budaya merawat danau oleh masyarakat sekitar.

Tantangan mendesak untuk menyelamatkan ke empat danau ini, terlebih-lebih Danau Batur, adalah pentingnya pengerukan sedimentasi danau secara periodik oleh pemerintah daerah dan juga pembersian enceng gondok, penegakan hukum bagi pelaku penebangan hutan, pembuatan sistem drainase yang ramah lingkungan untuk meminimalkan pendangkalan, penertiban budi daya perikanan, budi daya perkebunan di seputaran danau yang ramah lingkungan, meminimalkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida pembrantasan hama.

Telah diterbitkannya PerpresNomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional yang telah ditandatangani oleh Presien Joko Widodo pada 22 Juni 2021 menjadi landasan hukum  bagi pemerintah daerah di Bali untuk menyelamatkan empat danau di Bali. Perpres ini mengatur penyelamatan 15 danau prioritas nasional di Indonesia termasuk 4 danau di Bali.  Pada Pasal 1 ayat (5) berbunyi sebagai berikut : “Penyelamatan Danau Prioritas Nasional adalah upaya untuk mengendalikan kerusakan, menjaga, memulihkan, dan mengembalikan kondisi dan fungsi badan air danau, daerah tangkapan air, dan sempadan danau sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan”. Ke-15 danau itu ditetapkan sebagai prioritas melalui 3 kriteria.  Kriteria pertama meliputi : mengalami tekanan dan degradasi berupa kerusakan daerah tangkapan air danau, kerusakan sempadan danau, kerusakan badan air danau, pengurangan volume tampungan danau, pengurangan luas danau, peningkatan sedimentasi, penurunan kualitas air dan penurunan keanekaragaman hayati yang mengakibatkan masalah ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Kriteria kedua yakni memiliki nilai strategis ekonomi, ekologi, sosial budaya dan ilmu pengetahuan. Kriteria ketiga adalah tercantum dalam salah satu dokumen perencanaan pembangunan, rencana induk, dan/atau bentuk dokumen teknis lainnya di sektor air dan/atau danau.

Jika Perpres danau ini bisa dijalankan secara baik dan konsisten, maka tradisi masyarakat agraris pertanian basah, dengan sistem Subaknya yang telah melegenda, dan melekatnya sistem keyakinan kehidupan yang diwariskan oleh tetua Bali akan bisa dibangkitkan kembali demi penyelamatan ke empat danau yang menjadi sumber air bagi Pulau Bali sekaligus menjaga kelestarian alam Bali dan membangkitkan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan masyarakat Bali (*)

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email