Oleh : Dr. dr. Tjokorda Gde Dharmayuda, Sp. PD-Khom, Finasim
Pengantar
Sahabat-sahabat yang berbahagia.
Dalam pengamatan dan pengalaman saya selama bertahun-tahun menggeluti dunia kesehatan, kalau kita mau memahami, mencermati dan menghayati dunia kesehatan secara lebih komprehensif, maka setidaknya ada beberapa sudut pandang (perspektif) yang perlu kita bahas di ruang ini sebagai berikut : (1). Kesehatan Kehidupan Fisiknya; (2). Kesehatan Kehidupan Jiwanya; (3). Kesehatan Kehidupan Ke-Abadiannya; (4). Kesehatan Kehidupan Sosialnya (hubungannya dengan lingkungan) dan (5). Kesehatan dari sisi arah perjalanan kehidupan untuk mencapai tujuan hakiki dari kehidupan ini.
Dari lima perspektif tadi, mari kita coba pikirkan apa yang dibutuhkan dalam setiap komponen tubuh (1.2.3 / tubuh Fisik, tubuh Jiwa, tubuh ke-Abadian dalam menjalani kehidupan sekarang ) agar Kehidupan Persahabatan Sosial kita menjadi Sehat (4) dan Arah Perjalanan Kehidupan Selamat sampai di tujuan yang seharusnya yakni Sumber Keabadian (5).
Dengan berbekal pengetahuan kita masing-masing tentang Kesehatan dan Penyelamatan Kehidupan, marilah kita mengambil peran sebagai “Pelayan Ke-Abadian” yang terjangkau oleh kita masing-masing dan bersedia menjalin persahabatan saling melengkapi dan menjalin keharmonisan, tanpa perselisihan, sehingga tidak mengingkari Kebenaran hakiki, dengan tetap menegakan kesabaran selamanya.
Ijinkan saya berbagi dan silahkan materi ini terbuka untuk kita diskusikan dengan tujuan semata-mata untuk membangun kesadaran dan kesabaran kita semua menjalani hidup melewati keputus-asaan.
Di dalam pengantar umum, sudah saya uraikan tentang beberapa perspektif bagaimana kita memahami kehidupan badan fisik manusia yang terdiri atas : aspek kehidupan fisik badan manusia; aspek kehidupan keabadian badan manusia; aspek kehidupan jiwa badan manusia; aspek kehidupan persahabatan manusia dengan lingkungan sosialnya; dan aspek arah sikap kehidupan sesuai kehendak-Nya yang terealisasi dalam perilakunya sehari-hari. Sebelum kita mulai membahas itu satu per satu, ijinkan saya menguraikan sekilas tentang tradisi budaya layanan kesehatan berikut ini : (1) Layanan Kesehatan Tradisional Klasik; (2) Layanan Kesehatan Tradisional Alternatif – Komplementer dan (3) Layanan Kesehatan Modern.
Jika kita telusuri, Layanan Kesehatan Tradisional klasik (Yankestrad) dibedakan atas 3 (tiga) kategori yakni : (1) Yankestrad Klasik yang mengacu pada aspek spiritual; (2) Yankestrad Kontemporer yakni Yankestrad spiritual yang diterjemahkan di jaman ini (saat ini); dan (3) Yankestrad Modern yakni gabungan antara Yankestrad Klasik dan Kontemporer yang dimasa depan akan mengarah kepada layanan kesehatan untuk tujuan ke-Abadi-an.
Sejatinya, layanan kesehatan tradisional itu didasari oleh hubungan komunikasi dari hati ke hati (heart to heart) antara pelayan dan penerima kesehatan yang di dalam proses komunikasi itu ada pesan-pesan kasih sayang, menghibur, memberi semangat, melepas kerinduan, menghilangkan keputusasaan, dengan penuh kesabaran menunggu anugerah Tuhan dan keyakinan kepada Sang Pemilik Keabadian (Tuhan).
Layanan Kesehatan Tradisional Klasik mengandung makna yang perlu disadari untuk diselaraskan dengan kehendak-Nya sebagai pemilik ke-Abadi-an. Sistem layanan kesehatan tradisional klasik ini mesti disesuaikan dengan kelahiran (weton) pasien dan pelayan kesehatan melalui persahabatan dengan tradisi klasik alamiah. Sementara itu, kesehatan kontemporer dan modern memanfaatkan lingkungan alam (jaman, desa kala patra) sebagai sarana berdasarkan : pemahaman dan pengetahuan masing-masing (individu); pengalaman yang diyakini terhadap peristiwa pergeseran jiwa kehidupan masing-masing untuk bersama-sama diselaraskan sembari menyadari sikap dan kebiasaan kita dalam mempercayai dan meyakini keabadian yang mengasihi semua.
Layanan Kesehatan Tradisional Kontemporer dijalankan karena kita berada pada jaman saat ini, saat ini. Mau tak mau kita mesti mengambil contoh pengalaman di masa lampau dan mengharapkan masa depan terbaik, termulia, terindah, sesuai keterbatasan pemahaman kita masing-masing. Semuanya benar dan semua akan menuju pada keabadian. Namun, kita mesti menyadari di manakah posisi kita saat ini ? Inilah yang akan menjawab, apakah kita sebagai penolong/pelayan kesehatan akan memanfaatkan hidup ini untuk aktivitas yang memupuk persahabatan, kesabaran, menghindari perselisihan yang sejalan dengan kebenaran atau bahkan justru membelakangi atau menjauhi kebenaran. Pentingnya merawat persahabatan dan saling menolong itu dalam keyakinan Hindu dikenal dengan Tat Twam Asi, Vaisudhaiva Kuthumbakam yang dilandasi oleh pikiran, kata-kata dan perilaku yang baik dan suci (Tri Kaya Parisudha). Mari kita renungkan hal-hal mendasar ini untuk membuka pintu penyelamatan (kesehatan), sebuah bentuk pelayanan menuju alam keabadian (suka tan pewali duka) dengan pelepasan keterikatan pada alam ketidakabadian (tak kekal yang senantiasa berubah). Sekarang ijinkan saya menguraikan Kesehatan Kehidupan Fisik Badan Manusia.
Kesehatan Kehidupan Fisik Badan Manusia
Unsur kehidupan terkecil organ manusia adalah sel. Sangat banyak macam-ragam jumlah sel, dan beragam martabat sel tubuh dalam memberi respon mengikuti Kehendak alamiah penciptaan-Nya dan dampak jejak sikap jiwa kehidupan sebagai alat-Nya. Dalam layanan kesehatan kehidupan fisik, kesehatan sel memegang peran sangat esensial, karena pergeseran perubahan dari sifat yang alami dan jujur, setia pada keabadian dapat berubah oleh laku yang kurang dan jauh dari kasih sayang sebagaimana sifat sumber keabadiannya. Karena di dalam setiap sel, di bagian luarnya ada membran sel. Di bagian inti/tengahnya ada jiwa kehidupan. Di sinilah ada spirit persahabatan perantara kasih sayang yang menjaga pelestarian jiwa kehidupan sejati/keabadian, kesetiaan yang melestarikan keabadian.
Membran sel sangat sensitif menseleksi paparan material dan energi yang dapat menggeser perubahan fungsi yang berpotensi berselisih dengan kehendak alami. Organel sub-seluler yang banyak jenisnya dalam lapisan tengah (inti sel) akan beraktivitas menyelaraskan kejujurannya dengan fungsi yang secara alami seharusnya dilakukan. Di sini ada mitokondria sebagai dapur sel yang mengelola kehidupan sel, dan ada DNA yang mengharmoniskan kehidupan sel. Setiap penyimpangan di bagian kecil ini, mesti dikenali karena akan berdampak pada gangguan fungsi penyelarasan jaringan dan organ di suatu hari. Inilah salah satu alasan penting bahwa setiap upaya penyehatan seharusnya menunjang penyelamatan di masa depan, bukan hanya penyehatan sesaat (pragmatis) yang pada akhirnya pasien mengalami kumat-kumatan yang kita anggap biasa terjadi.
Berikut ini adalah beberapa eksistensi sel dan gangguan fungsi sel yang perlu kita cermati kembali sebelum melakukan upaya penyelarasan yakni : (1) Sel butuh hidup harmonis, baik internal maupun eksternal; (2) Sel heterogan memiliki batas aktivitas dan waktu kehidupan dalam kuantitas dan kualitas; (3). Sel dapat berkomunikasi satu dengan lainnya melalui suatu sistem yang sangat harmonis; (4). Sel mengemban dasar kehidupan fisik menuju keharmonisan jiwa kehidupan yang bersifat sementara menuju keabadian (suka tan pewali duka).
Contoh Kasus dan Tawaran Solusi.
Seorang penyehat tradisional bertanya kepada saya sebagai berikut. Om Swasti Astu, selamat pagi, saya mau tanya, ada pasien saya tiba-tiba jempol kakinya bengkak dan mengeras, sebelumnya tidak ada gejala gatal apa pun, tetapi setelah 4 hari kulitnya mengelupas. Saat gatal-gatal, dokter menyarankan kasi obat jamur. Setelah dikasi obat jamur, gatal-gatalnya hilang tapi kulitnya mengering dan mengelupas berlapis-lapis dan katanya terasa perih. Menurut kesehatan tradisional, itu penyakit apa ? dan apa jenis terapinya ? Catatan : pasien tidak mengidap diabetes mellitus (DM), justru test glukosa darahnya selalu di bawah 100. Mohon pencerahannya, terima kasih.
Saya jelaskan sebagai berikut. Om Swasti Astu, ini adalah salah satu contoh kejadian nyata saat ini. Yang jelas, setiap kejadian (apa pun itu), ada riwayat sebelumnya, saat ini, dan di masa mendatang. Pertemuan pasien dan pelayan kesehatan juga ada riwayatnya. Solusi kesepakatan perjalanan pertolongan ada arti dan maknanya. Dari tantangan ketiga riwayat di atas, perlu disusun analisis penyehatan secara Holistik yang meliputi : (1) Apa yang sedang terjadi; (2) Di bagian tubuh mana yang terganggu; (3) Mengapa saat ini terjadi; (4) Bagaimana seharusnya terjadi bilamana arah kehidupannya selalu dalam Kasih Sayang Tuhan.
Pelayan kesehatan dan pasien (penerima kesehatan), kemudian melakukan pendekatan seraya menjelaskan dan meng-crosschek teori/pengetahuan penyehatan (penyelarasan) dengan cerita pasien yang mengalami peristiwa sebenarnya (pasien sebagai guru alam). Hal yang sangat penting disadari oleh pelayan kesehatan adalah cerita dan keluh-kesah pasien mutlak harus didengar, diamati dengan baik sebagai kekuatan bersama sebelum memilih sistem penyelamatan/pengobatan dengan tetap menjaga keharmonisan fisik, jiwa, spirit pasien. Ini mesti dijalani dengan penuh persahabatan dan kasih sayang yang tulus sambil menanti karunia Tuhan, Sang pemilik sumber keabadian.
Sekali lagi, pelayanan kesehatan tradisional itu didasari oleh hubungan komunikasi dari hati ke hati (heart to heart) antara pelayan dan penerima kesehatan (pasien) yang di dalam proses komunikasi itu ada pesan-pesan kasih sayang, menghibur, memberi semangat, melepas kerinduan, menghilangkan keputusasaan, dengan penuh kesabaran menunggu anugerah Tuhan dan keyakinan kepada Sang Pemilik Keabadian. Ketika keduanya sama-sama berkeyakinan akan kasih sayang Tuhan, Sang Maha Pemurah, saat itu pula karunia kesembuhan itu akan turun. Jika Sang Pemilik Keabadian sudah berkehendak, maka tak ada yang tidak mungkin terjadi.
Peristiwa kasus pergeseran dan kerusakan sel di jempol kaki adalah bagian alam (fisik tubuh) yang berubah. Jika kita telusuri secara seksama, setiap kejadian, gangguan kesehatan, menurut filsafat Hindu, secara alam ada aksaranya. Pemeluk Hindu meyakini, di setiap organ tubuh yang merupakan kumpulan jaringan dan sel, diyakini dihuni oleh kekuasaan Dewa tertentu.
Kembali ke soal eksistensi sel. Sel memiliki jiwa kehidupan yang sesungguhnya jangatlah jujur dan alami. Namun, ketika ada laku/tindakan yang tidak selaras terhadap sel dan laku itu melanggar kasih sayang dan kehendak pemilik Keabadian, maka saat itulah terjadi pergeseran fungsi sel dari harmonis menjadi tidak harmonis yang berakibat konflik yang memunculkan rasa sakit. Nah, untuk mengatasi ketidakharmonisan ini dibutuhkan pengetahuan yang komprehensif tentang sistem penyelamatan yang menggabungkan teknik kesehatan tradisional dan kesehatan kontemporer, yang oleh orang Bali disebut kesehatan sekala-niskala. Ini merupakan kemuliaan ritual lokal yang dapat mengangkat martabat layanan perawatan spiritual Paliatif ke depan. Idealisme inilah yang suatu saat nanti akan menjadi pilihan nyata, tatkala semakin banyak orang memahami betapa pentingnya penyelamatan jiwa kehidupan yang mendekati sumber keabadian. (* Bersambung).