Oleh: Luh Irma Susanthi, S.Sos, M.Pd
(Penyuluh Agama Hindu Kementerian Agama Kabupaten Buleleng)
***
Ilmu Pengetahuan mendominasi setiap etika dan acara dalam mengkaji setiap femomena keagamaan. Pustaka Hindu Sarasamuccaya menyebutkan, kelahiran sebagai manusia adalah paling utama karena hanya manusialah yang mampu menjalankan misi terpenting dalam proses menuntaskan hutang karma wasananya dan memiliki perasaan, papineh dan wiweka yang membedakan baik dan buruk. Namun demikian, walaupun disebut utama, kelahiran manusia sesungguhnya tak ada yang sempurna. Untungnya, manusia mampu menyempurnakan kehidupannya dengan belajar secara tepat sehingga hidupnya bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Salah satu jenis ritual Hindu untuk menyempurnakan hidup manusia dan menghilangkan energi negatif, sarwa papa, klesa, roga, mala adalah melukat yakni mandi dengan air suci dan kembang disertai oleh mantra (ucapan suci).
Apa sesungguhnya esensi ritual melukat ?
Melukat adalah seni tradisi yang mendominasi perilaku keagamaan masyarakat Hindu. Pemahaman yang kuat dan dalam, membuat esensi melukat dalam perspektif Hindu merupakan proses penyucian diri, baik secara sekala maupun niskala. Melukat merupakan seni terapi kerohanian untuk membentuk ikatan yang semakin dekat dengan Sang Pencipta. Teknik melukat yang tepat adalah sebuah proses pembelajaran dalam mengaplikasikan ajaran Agama Hindu. Pemahaman yang tepat memberi kualitas bagi generasi muda Hindu untuk meningkatkan sraddha dan bhakti-nya kepada Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dalam Pustaka Suci Weda, air dianggap sebagai elemen sakral dan suci yang selalu identik dengan fungsi Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam semesta beserta isinya. Karakteristik air yang sifatnya mengalir juga memiliki fungsi untuk membersihkan kotoran secara fisik dan spiritual yang dalam ajaran Agama Hindu disebut dengan klesa. Klesa mencakup lima kondisi yang tidak suci (Bahasa Bali : leteh, cuntaka) yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kelima kondisi itu adalah Awidya (kebodohan), Asmita (egoisme), Raga (nafsu), Dwesa (kebencian) dan Abhiniwesa (kecurangan). Pengetahuan inilah yang memberikan andil betapa mulianya hakikat proses pembersihan dalam ritual melukat. Proses yang sederhana, singkat dengan jnana yang kuat akan memberi vibrasi yang tepat dalam memaknai hakikat Sang Diri.
Melukat memberi vibrasi positif yang tepat dalam memaknai sebuah kondisi sehat (jasmani –rohani) bukan malah sekarat karena efek dingin atau panas secara fisik. Sekarat itu secara rohani diakibatkan dangkalnya pengetahuan atau kebodohan (awidya). Esensi sehat bukan sekarat diperkuat oleh Pustaka Suci Manavadhamasastra Bab I .96 yang dalam terjemahan bebasnya menyebutkan bahwa “kelahiran sebagai manusia memiliki keistimewaan berupa kemampuan dalam menggunakan pikirannya, nalarnya (wiweka) untuk mengembangkan peradaban yang lebih tinggi dari makhluk lainnya”. Dalam buku “Sapiens” karya Yuval Noah Harari dijelaskan, manusia mampu merekam ragam impuls dari luar dirinya, kemudian menyimpan dan mengolahnya serta mencoba merekayasa dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Melukat yang sehat, tepat, penuh berkat diperkuat oleh esensi Pustaka Suci Reg Veda II.35.3 yang mengulas proses air suci mengalir baik dari mata air maupun laut hingga mempunyai kekuatan yang menyucikan (ngicalang sarwa papa, klesa roga, mala). Melukat adalah sebuah proses sederhana, singkat dan tepat untuk menuju hidup sehat lahir-bathin tanpa harus sekarat gegara kurang tepat dalam memaknai setiap proses pembelajaran kehidupan. Semoga semua makhluk selamat dan menjadi kuat penuh berkat dalam mengemban misi kelahiran dan menjalani kehidupannya (*).
.