DENPASAR – Walaupun manajemen Atlas Super Club sudah (ASC) menyampaikan maaf secara langsung dan menggelar upacara Guru Piduka di Pura Banjar Adat Berawa, Desa Tibubeneng, namun polemiK tentang tayangan simbol Dewa Siwa di klub malam itu sampai sekarang masih bergulir di media sosial. Ada yang mendesak aparat penegak hukum segera memproses hukum pelaku yang bertanggung jawab atas tayangan sImbol Siwa tersebut, ada pula yang berpendapat, mereka seharusnya diberi maaf, karena telah menggelar upacara Guru Piduka, serta mengucapkan maaf kepada publik.
Senin (10/2), manajemen Atlas Super Club, dipimpin Direktur Humas ASC, Adi, mendatangi PHDI Bali dan Tim Hukum PHDI Bali, guna menyerahkan Surat Pernyataan maaf kepada umat Hindu khususnya di Bali, karena suasana gaduh akibat tayangan simbol Siwa di Atlas Super Club, Tibubeneng, Badung. Adi menyerahkan pernyataan maaf dari Direktur ATLAS PT KREASI BALI PRIMA, tertanggal 6 Pebruari 2025, ditandatangani oleh Ruswandi selaku Direktur, dan bertandatangan selaku Mengetahui: Citra Yunita (Director of Event), Randy Aditya Hutabarat (Director of Human Resources), Andyna Sany (Director of Marketing Creative), Dimar Priyo Hutomo (Governance Relation Manager), Marc Spanjol (GM Facility and Management), Joseph Addo (GM Operasional).
Pernyataan maaf tertulis diserahkan kepada Ketua PHDI Bali I Nyoman Kenak, S.H, didampingi Ketua Tim Hukum PHDI Bali Putu Wirata Dwikora, S.H, M.H dan Wakil Ketua PHDI Putu Wira Dana dan I Made Suarta. Kenak menerangkan, bahwa diselenggarakannya upacara Guru Piduka oleh manejemen bersama seluruh karyawan ASC pada hari Saraswati, diharapkan mengobati sebagian dari amarah umat akibat peristiwa yang menghebohkan tersebut. Sementara Ketua Tim Hukum Putu Wirata Dwikora menyampaikan, ada respon yang positif dari umat atas upacara Guru Piduka tersebut. Walaupun masih pula ada yang tetap apriori dan marah atas peristiwa yang dalam seminggu ini menghiasi halaman media sosial, dengan komentar pro-kontra para netizen. Putu menyatakan, dalam waktu dekat, mengundang berbagai eksponen umat Hindu di Pesemetonan, Perguruan Tinggi, Yayasan, Ormas Hindu, tokoh-tokoh, buat mengkaji serta memutuskan langkah selanjutnya atas peristiwa di ASC tersebut. Kata Putu, keputusan diambil setelah mendengar berbagai masukan, menimbang berbagai segi, serta ketika hati sudah lebih sejuk dan kemarahan sudah menurun. Jangan sampai keputusan diambil dalam suasana gaduh dan emosional, katanya. Sepahit atau semanis apapun nanti keputusan umat Hindu atas peristiwa penayangan Siwa di klub malam itu, setidaknya keputusannya diambil dengan pertimbangan yang matang.
‘’Kalau dipantau melalui media sosial, ada yang masih emosi dan mendesak proses hukum. Ada pula yang memaafkan tanpa perlu proses secara hukum, kecuali kalau yang bersangkutan mengulangi perbuatan serupa,’’ ujarnya.
Adi selaku manajemen ASC menegaskan, selain menyerahkan pernyataan maaf secara tertulis dari Direktur beserta manajer di tingkat bawahnya, pihaknya menyiapkan pernyataan maaf secara visual, untuk disosialisasikan melalui media mainstream maupun media sosial, dengan harapan, agar ucapan maaf dari pihak ASC mampu mengetuk hati masyarakat Hindu dan membukakan pintu maaf buat pihak manajemen ASC.
Sementara itu, Nyoman Kenak mengingatkan, pihak manajemen memang sepatutnya lebih banyak berikhtiar dan berbenah, mengetuk pintu hati umat Hindu yang terluka, dan lakukan upaya yang sebaik-baiknya untuk menebus dan meredam amarah umat Hindu yang merasa simbol suci Siwa ditampilkan di tempat yang tidak selayaknya( r).