DENPASAR – Mengaku terharu bisa mengikuti Upacara Manusa Yadnya, Metatah Bersama, peserta seorang dharmika (umat Hindu yang baru disudi wadani) dari Surabaya yang juga dharmika mengaku sangat bersyukur. Testimoni itu ia sampaikan di hadapan para undangan dari berbagai kalangan saat mejaya-jaya sebagai akhir dari Upacara Manusa Yadnya Metatah, Mepetik, Menek Kelih dan Mewinten bersama yang digelar oleh Pasraman Sarwa Dharma, Padangsambian Kelod, Denpasar Barat, Sabtu-Minggu, 28-29 Juni 2025. Upacara Manusa Yadnya ini diikuti oleh peserta Mepetik 12 orang, Menek Kelih 4 orang, Mewinten 16 orang dan Metatah 61 orang.

Seminggu sebelumnya yakni 22 Juni 2025, panitia menggelar Temu Wirasa Peserta Manusa Yadnya. Acara ini menampilkan empat narasumber yakni Ibu Ni Made Ratnadi, S.E dengan Materi Entrepreneurship Hindu; Dr. Made Swasti Puja, S.E, M.Fil. H dengan materi Leadership Hindu; Jro Mangku Ningsih dengan materi Mandiri dalam Berritual; dan Pandita Mpu Agnijaya Shre Bhaskara dengan materi Tattwa Penyucian.

Sehari sebelumnya, Sabtu (28/9/2025) telah dilakukan upacara Penyucian Karang, Menek Kelih, Mepetik, Pengekeban dipimpin oleh Pandita Mpu Agnijaya Shre Bhaskara. Minggu (29/6/2025) pagi adalah puncak upacara manusa Yadnya dilanjutkan dengan Pawintenan bersama. Selanjutnya dilanjutkan dengan Mejaya-jaya dipimpin oleh Ida Pedanda Istri Sebali Tianyar Arimbawa (Griya Subagan, Karangasem), Ida Pandita Mpu Bhaskara Murti Biru Dhaksa (Griya Madusudana, Jembrana) dan Ida Sri Bhagawan Yogananda (Griya Santabana, Br. Payuk, Tembuku Bangli. Hadir dalam acara Mejaya-jaya itu, Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba, didampingi para Para pimpinan Sabha Pandita PHDI Pusat seperti Ida Rsi Agnijaya Mukthi lanang – istri, Ida Sri Bhagawan Yogananda lanang – istri dan Ida Pandita Mpu Bhaksara Murti Biru Dhaksa lanang – istri.

Gubernur Bali mewakilkan kehadirannya kepada Staf ahli bidang perekonomian, I Wayan Eka Dina, sementara Walikota Denpasar diwakili Ida Bagus Alit. Perwakilan Gubernur dan Walikota Denpasar menyerahkan dana punia untuk biaya upacara kepada panitia, diterima oleh Kerua Dewan Pasraman Sarwa Dharma, Ni Made Ratnadi, S.E.
Tampak hadir sejumlah tokoh seperti Ketua PHDI Bali I Nyoman Kenak, Ketua Umum Paiketan Krama Bali Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si; perwakilan MDA, Ketua Prajaniti Bali dokter Wayan Sayoga, para pimpinan pasraman dan ratusan tamu undangan dari seluruh Bali dan luar Bali.
Yayasan Tatar Parhyangan Bali
Ketua Dewan Pasraman Sarwa Dharma, Ni Made Ratnadi dalam sambutannya menyatakan, Pasraman Sarwa Dharma telah bernaung di bawah Yayasan Tatar Parhyangan Bali yang telah resmi berbadan hukum melalui Kementerian Hukum RI Nomor AHU-0009881.AH.01.04 Tahun 2025 tentang Pengesahan Pendirian Yayasan Tatar Parhyangan Bali. Yayasan ini akan menjalankan program sosial keagamaan seperti Manusa Yadnya untuk meringankan beban ekonomi umat HIndu.

Ratnadi memaparkan kilas balik Pasraman Sarwa Dharma sejak berdiri tahun 2001. “Melalui Pasraman Sarwa Dharma, kami mendedikasikan diri dalam bidang sosial, spiritual dan kewirausahaan melalui pendekatan lintas agama dan budaya” ujarnya. Sarwa Dharma tercatat aktif dalam kegiataan kemanusiaan seperti memberikan bantuan bagi korban bencana alam gempa di Bangli pada 16 Oktober 2001. Menurut Ni Made Ratnadi, Pasraman Sarwa Dharma telah menetapkan agenda tahunan seperti : (1) Bedah rumah layak huni; (2) pelayanan ke Panti Jompo; (3) Pembagian sembako; (4) Program Makanan Bergizi Gratis; (5) Donor Darah; (6) Penanaman pohon; (7) Penuangan eco enzyme untuk filter air, pupuk alami dan menurunkan efek rumah kaca; (8) Metatah, Sudi Wadani, Tiga Bulanan, Otonan, kunjungan ke Panti Asuhan; (9) Spiritual Care Tirta Yatra secara rutin.
Ratnadi berharap kepada seluruh tamu undangan dan peserta Manusia Yadnya untuk menjadikan momentum upacara Manusa Yadnya sebagai momen kebersamaan guna menghilangkan semua musuh dalam diri sekaligus momen introspeksi diri (mulat sarira) untum menata kembali sikap dan perilaku kita dalam menjaga keharmonisan dengan alam semesta, sesama dan Sang Maha Pencipta sehingga bisa menebarkan vibrasi positif untuk mewujudkan keharmonisan, kedamaian dan jagadhita.
Perwakilan Tokoh Masyarakat, A.A. Kartika dari Gerenceng Denpasar dalam pesan singkatnya kepada para tamu undangan dan peserta Upacara Manusa Yadnya mengutip Asta Brata. “Para pemimpin dan calon pemimpin hendaknya menghayati dan menjalankan konsep Asta Brata dalam menjalankan tugasnya” ujar Agung Kartika saat jamuan makan siang. Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak membekali peserta dengan tattwa suksmaning Metatah yang pada intinya mengendalikan Sad Ripu yakni enam musuh dalam diri.
Dharma Adhyaksa PHDI Pusat, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba menyampaikan terima kasih kepada Pasraman Sarwa Dharma sekaligus berharap agar terus melakukan pelayanan kepada umat Hindu. “Sekarang sudah Bu Made Ratnadi, S.E., mengulurkan tangan, siapa tahu nanti ada generasi lainnya mengikuti jejak Bu Made alangkah bahagianya Ida Pedanda. Bagaimana caranya beryadnya dengan dana seminimal mungkin tuntas jalankan Yadnya. Ini yang perlu kita pikirkan,” harapnya. Beliau memberikan pesan-pesan dharma kepada para peserta terkait peningkatan kualitas manusia melalui upacara Manusa Yadnya. Menurut Ida Pedanda Bang, manusia itu adalah perwujudan Dewa sekaligus Buta, Manusa ya, Dewa ya. Upacara Metatah angtara lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas rohani manusia agar sifat-sifat dewa lebih dominan.

Acara Mejaya-jaya disertai penyerahan sertifikat kepada para peserta upacara Manusa Yadnya, dan serah terima SK Kementerian Hukum dan HAM tentang badan Hukum Yayasan Tatar Parhyangan dari Notaris kepada Ketua Dewan Pasraman Sarwa Dharma, Ni Made Ratnadi, S.E (*ram).