Kalingga Bali Yatra- – Dialog Budaya dan Pentas Seni Bali–India
Menyatukan Warisan dan Wawasan Melalui Dialog Budaya Bali–India

Para tokoh spiritual dan pembicara dalam dialog budaya di Ashram Gandhi Puri Sevagram, Rabu, 9 Juli 2025

KLUNGKUNG  — Ashram Gandhi Puri Sevagram, Klungkung, Bali, menjadi tuan rumah perhelatan budaya “Kalingga Bali Yatra – Dialog Budaya dan Pentas Seni Bali–India” sebagai bagian dari peringatan Bulan Bhakti Pertiwi Mahatma. Mengangkat tema “Dari Warisan ke Wawasan: Kemanusiaan dalam Kebudayaan,”  acara pada Rabu, 9 Juli 2025 ini menghidupkan kembali jejak persaudaraan antara Nusantara dan India melalui dialog spiritual, budaya, dan seni lintas generasi dan negara.

Nama “Kalingga” merujuk pada kerajaan maritim kuno Nusantara yang memiliki ikatan erat dengan India dalam bidang perdagangan, budaya, dan nilai dharma. Dalam semangat itu, Kalingga Bali Yatra dirancang untuk menyambungkan masa lalu sebagai sumber inspirasi, masa kini sebagai ruang dialog, dan masa depan sebagai komitmen bersama membangun kemanusiaan global.

Para pembicara dalam dialog budaya di Ashram Gandhi Puri Sevagram, Kliungkung Bali, Rabu (9/7/2025)

Acara ini menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai latar belakang untuk berbagi pandangan dan refleksi. Guru Maharaj Subhag Swami, tokoh spiritual dari India, menekankan pentingnya nilai Bhakti dan Seva (pelayanan) sebagai fondasi universal yang mampu melampaui batas negara dan agama. Menurutnya, warisan spiritual seharusnya menjadi kekuatan pemersatu untuk perdamaian dunia hari ini.

Dari perspektif lokal, Ida Rsi Putra Manuaba, seorang Sulinggih dan pendiri Ashram Gandhi Puri, memperkenalkan filosofi  “Dust to Diamond”, yaitu bagaimana warisan lokal yang sederhana dapat disublimasi menjadi wawasan global. Ia menekankan pentingnya menjadikan generasi muda sebagai Shantisena, pasukan damai masa depan yang lahir dari kesadaran budaya dan spiritualitas.

Prof. Dr. I Gede Sutarya, SST. Par, M.Ag, akademisi UHN I Gusti Bagus Sugriwa, sastrawan dan juga  penekun budaya Bali, menguraikan keterkaitan erat antara Bali dan India yang terekam dalam berbagai teks klasik. Ia menekankan bahwa bahasa, filsafat, dan estetika Bali merupakan hasil dialog panjang dengan India, dan perlu direkontekstualisasi agar tetap relevan di era digital dan global.

Sementara itu, Ida Bagus Ketut Susena, tokoh spiritual dan budaya Bali, menyoroti pentingnya pelestarian nilai Tattwa, Susila, dan Acara secara kontekstual. Ia menegaskan bahwa warisan leluhur bukan hanya untuk dipertahankan secara simbolis, tetapi untuk diselaraskan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal guna membentuk karakter bangsa yang berakar kuat.

Dalam bidang seni, Dr. I Nyoman Miyoga, seniman dan penata taman ternama Bali, menyampaikan bahwa seni merupakan bahasa universal yang melampaui batas negara. Ia menjelaskan bahwa menata taman bukan hanya soal estetika, melainkan juga bentuk ekspresi jiwa dan sarana membangun dialog antarbangsa secara damai.

Suasana Dialog Budaya di Ashram Gandhi Puri Sevagram, Klungkung, Bali, Rabu (9/7/2025)

Diskusi dipandu oleh I Gusti Raka Panji Tisna, instruktur yoga dan fasilitator budaya lintas generasi, yang menyatukan seluruh gagasan narasumber dalam benang merah: dari warisan menjadi wawasan, dari budaya menjadi komitmen kemanusiaan.

Melalui Kalingga Bali Yatra, peserta dan penonton diajak napak tilas perjalanan sejarah budaya yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga dijadikan pondasi  dalam membangun masa depan yang penuh kesadaran, dialog dan kerjasama lintas bangsa. Di tengah jaman yang kerap menonjolkan perbedaan, dialog ini menjadi contoh nyata bahwa Indonesia dan India bukan hanya terhubung secara sejarah, tetapi juga memiliki misi bersama dalam membangun peradaban yang damai dan berkeadilan (dik/ram).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email