Pengusutan ‘’Insiden Penodaan Hari Suci Nyepi di Sumberkelampok’’
Penyidik Periksa Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak

Nyoman Kenak, S.H (no. 2 dari Kanan) bersama Tim Hukum PHDI Bali dipimpin oleh Putu Wirata Dwikora, S.H (No. 2 dari Kiri)

SINGARAJA – Setelah menerima audiensi Tim Hukum PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Provinsi Bali, Selasa (12/4) lalu, Polres Buleleng secara maraton memeriksa Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak, S.H, Sabtu (15/4) terkait kasus penodaan hari Suci Nyepi pada 22 Maret 2023. Nyoman Kenak datang ke Polres Buleleng didampingi Tim Hukum PHDI Bali yang terdiri dari : Putu Wirata Dwikora, S.H, Agung Kesumajaya, S.H, Wayan Sukayasa, S.H, Nyoman Sunarta, S.H  dan Kadek Aribudi Dwikayana.

Selain memberikan keterangan dalam kapasitas sebagai Ahli Agama Hindu, pada Hari Ngembak Gni, sehari setelah insiden 22 Maret 2023,  Kenak langsung turun ke Buleleng bersama Ketua FKUB Buleleng yang juga Ketua PHDI Buleleng, Dr. Gede Made Metera, dan beberapa pejabat terkait dari Kaban Kesbangpol Buleleng. Kenak turun guna mengetahui kondisi riil di lapangan, dan men-support berbagai pihak sebagai upaya untuk meredam ketegangan akibat  insiden Penodaan Hari Raya Nyepi 22 Maret 2023 di Sumberkelampok itu, serta mendorong penyelesaian sesuai perundangan yang berlaku.

Setelah memberikan keterangan kepada Penyelidik Polres Buleleng, Kenak menyatakan, dirinya telah memberikan informasi secara umum, untuk membuat terang dan jelas. Kepada penyidik, Kenak menjelaskan apa itu hari suci Nyepi, Catur Brata Panyepian, mengapa disebut sebagai hari suci, mengapa Catur Brata Panyepian diberlakukan untuk Bali sebagai Bhuana Agung, diri manusia yang tinggal di Bali sebagai Bhuana Alit, dan lebih khusus untuk umat Hindu. Lalu mengapa semua pihak yang ada di Bali pada hari Suci Nyepi itu terikat, semua umat beragama termasuk para wisatawan yang sedang berlibur di Bali, mesti terikat untuk menaati Catur Brata Panyepian?

‘’Karena yang disucikan pada hari Nyepi itu adalah Bhuana Agung dan Bhuana Alit serta mengikat semua orang yang berada di Bali. Ini implementasi dari Seruan Bersama Pimpinan Majelis-majelis Agama yang ditandatangani pada 13 Maret 2023. Di Taman Nasional Bali Barat juga sudah ada edaran bahwa pada tanggal 21 sampai 23 Maret 2023, kawasan itu ditutup serangkaian hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945. Dan kerukunan ini sudah berlangsung puluhan tahun, tanpa pernah ada kejadian seperti 22 Maret di Sumberkelampok itu,’’ kata Nyoman Kenak.

Tentang apa yang diterangkan di depan penyelidik, Kenak mempersilahkan media mengkonfirmasikan kepada petugas yang berwenang. ‘’Sebagai pimpinan Lembaga yang dijadikan Ahli dalam kasus ini, tentu kami menjelaskan tentang  adanya penodaan secara sengaja terhadap hari suci Nyepi, karena para pelaku sebagaimana terlihat dalam video yang viral, melawan Pecalang, membuka paksa portal, lalu memimpin sejumlah orang untuk menerobos dengan berkendaraan motor, menuju lokasi di TNBB, sebagaimana diucapkan salah seorang yang membuka portal tersebut. Kami tentu mendukung dan mendorong penegakan hukum, agar ada efek jera, serta mencegah hal serupa tahun mendatang, serta memulihkan keadaan, kembali rukun tanpa ada orang-orang yang mencederai kerukunan di hari suci Nyepi seperti di Sumberkelampok itu,’’ tutur Kenak.

Hasil pantauan media menyatakan bahwa, proses penyidikan oleh Polres Buleleng ini sekaligus membantah anggapan bahwa kasus penodaan Hari Suci Nyepi berakhir dengan selembar surat permintaan maaf  bermeterai Rp 10 ribu. Proses hukum tetap berjalan dan umat Hindu menunggu agar oknum-oknum yang menodai Hari Nyepi agar diberikan ganjaran hukuman yang setimpal agar kasus serupa tak terulang di kemudian hari (*r).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email