BULELENG – KEDASIH (Kelompok Diskusi Asyik Intelektual Hindu) adalah ruang diskusi dan dialog yang dipelopori oleh Koordinator Penyuluh Agama Hindu Kecamatan Buleleng, I Kadek Satria, S.Ag., M.Pd.H. KEDASIH sekaligus menjadi ajang pertukaran gagasan dan pemikiran kritis terkait isu-isu strategis di Buleleng. Kegiatan ini terselenggara melalui kerjasama dengan organisasi kepemudaan Hindu seperti PC KMHDI Buleleng, DPC Prajaniti, dan DPK Peradah. Tak berlebihan jika dikatakan, KEDASIH sebagai bentuk kolaborasi pemuda Hindu yang menggugah kesadaran dan partisipasi pemuda Hindu terhadap isu-isu pembangunan di Buleleng. Diskusi KEDASIH ke-3, Jumat petang (19/12/2025) di Wantilan Pura Agung Jagatnatha, Kota Singaraja mengangkat isu hangat terkait penataan Titik Nol Kota Singaraja serta upaya pelestarian kawasan bersejarah yang menjadi ikon Kabupaten Buleleng. Hadir dalam diskusi ini Wakil Bupati Buleleng, I Gede Supriantna, S.H beserta jajaran pemerintah daerah, pemangku kebijakan, serta berbagai pihak terkait untuk membahas arah pembangunan Kota Singaraja kedepan.
Wakil Bupati Buleleng, I Gede Supriatna mengapresiasi diskusi itu. Pria yang kerap disapa Supit ini mendorong generasi muda Hindu terus melakukan gerakan-gerakan yang masif untuk mendukung pembangunan di Buleleng. Diskusi ini mengulas program-program pembangunan Pemkab Buleleng seperti penataan titik nol yang menarik perhatian para pemuda Hindu di Bali Utara Bali ini. Supriatna berharap masukan untuk pengerjaan penataan titik nol Kota Singaraja. Kata dia, penataan titik nol Kota Singaraja merupakan bagian dari arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Buleleng guna menjaga dan melestarikan peninggalan warisan sejarah kolonial.
Seperti diketahui, Buleleng memiliki kekayaan dan tinggalan bangunan bersejarah yang berbeda dengan kabupaten/kota lainnya di Bali. Karenanya, diperlukan kebijakan penataan ruang yang tepat agar nilai sejarah tersebut tetap lestari, terjaga dan semakin dikenal oleh masyarakat luas tak hanya oleh wisatawan Nusantara tapi juga wisatawan manca negara.
“Generasi muda harus berperan aktif untuk mengembangkan kemampuan, selain ikut serta ikut menyukseskan program pemerintah seperti penataan Titik Nol Kota Singaraja serta upaya pelestarian kawasan bersejarah agar kedepannya proses pembangunan di Kabupaten Buleleng dapat berjalan lancar. Saya minta generasi muda Hindu harus peka terhadap hal-hal yang tengah menjadi isu-isu hangat, salah satunya adalah Penataan Titik Nol kota Singaraja” ujar Supriatna.
Sementara itu kepala Dinas Kepala Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Buleleng, Ir. I Putu Adiptha Ekaputra, ST, M.M, IPU menekankan urgensi penataan infrastruktur kawasan Tugu Singa Ambara Raja sebagai Titik Nol Kota Singaraja yang memiliki nilai sejarah panjang sebagai pusat aktivitas dan pintu gerbang ekonomi Buleleng pada masa lalu. Kawasan ini dinilai strategis untuk ditata secara terencana dan berkelanjutan.
“Singaraja dikenal sebagai kota tua yang menyimpan berbagai bangunan bersejarah, seperti gardu-gardu peninggalan di Kampung Tinggi, kawasan Peguyangan, Kampung Bugis, Jembatan Lengkung Kampung Tinggi disamping pintu masuk di Ex Pelabuhan Buleleng, hingga Kantor Bupati Buleleng dengan arsitektur Belanda dan miniaturnya dibuat seperti istana negara. Selain itu, Singaraja juga berkembang sebagai kota pendidikan dengan keberadaan mahasiswa dari berbagai daerah yang turut memicu dinamika perputaran ekonomi di Kabupaten Buleleng.”ujar Adiptha.
Sementara itu, pendiri/pelopor KEDASIH, I Kadek Satria alias Jro Satria mengaku siap mengawal rencana peremajaan Titik Nol Kota Singaraja agar berjalan dengan lancar dan hasilnya mampu berdampak positif bagi masyarakat Buleleng. ” Kami harapkan Perencanaan penataan Titik Nol Kota Singaraja berjalan lancar. Kami akan mensupport Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam penataan Titik nol kota Singaraja baik dari perencanaan, maupun eksekusi bahkan jika nantinya kami diperlukan bantuan pikiran dan tenaga kami siap”ujar Jro Satria
Penataan Kota Singaraja tak hanya berfokus pada aspek sejarah, namun juga estetika kota, antisipasi penanganan banjir dan penyediaan ruang publik yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Penataan kawasan direncanakan meliputi Palemahan Kangin, Palemahan Kauh, dan Tengah yakni Tugu Singa Ambara Raja, termasuk pengembangan ruang terbuka hijau (RTH).
Saat itu mengemuka rencana pelaksanaan penataan mulai Januari 2026 dan ditargetkan selesai Juli 2026. Beberapa rencana teknis yang dibahas antara lain pelebaran trotoar untuk mendukung aktivitas masyarakat serta penanaman kabel listrik dan jaringan provider di bawah tanah guna menciptakan tata kota yang lebih rapi dan indah.
Diskusi KEDASIH diharapkan menjadi wadah partisipatif yang mampu menghimpun masukan, memperkuat kolaborasi, serta menyelaraskan persepsi berbagai pihak dalam mewujudkan penataan Kota Singaraja yang berkarakter, bersejarah, dan berorientasi pada kenyamanan masyarakat (wan).