Ajaran Hindu yang Universal, Bukti Nyata Moderasi Beragama

Para narasumber seminar nasional Moderasi Beragama bersama Ketum PHDI, Ketua Sabha Walaka, Ketua Panitia dan moderator

DENPASAR – Nilai-nilai ajaran Hindu yang sangat universal merupakan cermin toleransi tanpa batas dan telah dipraktekkan dalam mendukung Moderasi Beragama. Nilai-nilai universal itu telah dipraktekkan dalam kehidupan beragama di kalangan umat Hindu. Demikian disampaikan Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda (Walaka : Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc) saat menjadi narasumber Seminar Nasional Moderasi Beragama yang digelar oleh PHDI Pusat di Denpasar, Sabtu (19/11/2022).

Ida Mpu Jaya Bharmananda merinci sejumlah nilai universal ajaran Hindu dan Kebudayaan Bali semisal : Karmaphala (bagian dari Panca Sraddha), Trikaya Parisudha (pikir, kata, dan perbuatan yang baik dan suci); Tat Twam Asi (Vaisudeva Kutumbhakam, manusapada, non-discrimination); Tri Hita Karana (Keharmonisan antara manusia-Tuhan, manusia-manusia dan manusia-lingkungan); Rwa Bhinneda (binary opposition). Nilai-nilai itu universal itu telah menjadi kehidupan bagi umat Hindu dan merupakan praktek nyata Moderasi Beragama.

Menurut Gurubesar Fakultas Pertanian Unud ini, Hindu sangat mengakui dan menghargai keberagaman sebagai suatu keniscayaan. Banyak Sloka Pustaka Suci Hindu menunjukkan betapa Hindu sangat moderat dalam beragama, menghargai pluralisme dan menjunjung toleransi. Moderasi, terutama dalam indikator  toleransi, dilaksanakan dalam realita oleh umat Hindu. Konsep yang sangat diagungkan dalam Hindu adalah KESEIMBANGAN. Beliau mengutip statemen Swami Vivekananda dalam pidatonya di World Parliament of Religions di Chicago (1893): “Saya bangga menganut sebuah agama yang mangajari dunia tentang toleransi dan universalisme. Kami meyakini tidak hanya toleransi universal, tetapi juga menerima bahwa semua agama adalah benar. Saya bangga berasal dari bangsa yang telah melindungi pengungsi dan pelarian dari semua agama dan bangsa di dunia ini….”. Tak hanya itu, Mpu Brahmananda menambahkan, Hindu juga mengajarkan nilai-nilai universal yang menjadi dasar moderasi beragama seperti : Ahimsa (Non-Violence); Catur Guru; Dharma Negara dan Dharma Agama; Wasudewam Kutumbhakam; Catur Paramita dan Santhi (damai, red) yang selalu diucapkan khususnya oleh umat Hindu di Bali.

IPM Jaya Brahmananda

Beliau mengutip Maha Upanisad sebagai berikut :“Aham bandhurayam neti gananā laghuchetasām, Udāracharitānām tu vasudhaiva kutumbakam” (Maha Upanisad 6.72.) (“Pemikiran bahwa hanya dialah saudara saya, selain dia bukan saudara saya, adalah pemikiran dari orang yang berpikiran sempit. Bagi mereka yang berwawasan luas, atau orang mulia, mereka mengatakan bahwa seluruh dunia adalah satu keluarga besar.” ).

Mpu Brahmananda menambahkan, umat Hindu sangat menjunjung tinggi toleransi. Buktinya, di India, orang-orang Yahudi mengungsi ke India; orang Parsi penganut Zoroaster mengungsi ke India ketika Persia; hidup berdampingan secara damai dengan Hindu dan agama-agama asli India (Jain, Buddha dan Sikh). Sementara di Bali, ada kampung Islam di tengah-tengah umat  Hindu seperti : di Pegayaman di Singaraja, Loloan di Negara, Kepaon di Denpasar, Nyuh Kuning, Kecicang dan Saren Jawa di Karangasem; Kampung Gelgel di Klungkung. Di Bali, ada penyebutan: Nyama Selam, Nyama Kristen. Di Bali, tempat sembahyang non-Hindu di beberapa Pura Hindu seperti : Pura Langgar (Dalem Jawa) di Desa Bunutin, Bangli, Pura Konco di Kawasan Pura Besakih, Palinggih Ratu Ayu Mas Subandar di Desa Pakraman Pinggan, Kintamani, Bangli; Pura Mekah di Pura Penegil Dharma di Kubutambahan Buleleng; Pura Konco/Subandar di Pura Ulun Danu Batur, Kintamani Bangli; Pura Goa Giri Putri di Nusa Penida; Pura Mekah di Poh Gading, Ubung Denpasar.

Peran Pendidikan Mewujukan Moderasi Beragama

Ketua Badan Dharma Dana Nasional (BDDN), Dr. Tri Handoko Seto, M.Sc menjelaskan bahwa, revolusi mental dan pembangunan kebudayaan adalah satu dari 7 agenda pembangunan nasional. Arah kebijakan dan strateginya ditempuh dengan memperkuat Moderasi Beragama untuk mengukuhkan toleransi, kerukunan dan harmoni sosial. Langkah ini ditempuh melalui:  (a) Penguatan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam perspektif jalan tengah untuk memantapkan persaudaraan dan kebersamaan di kalangan umat beragama; (b) Penguatan harmoni dan kerukunan umat beragama; (c) Penyelarasan relasi agama dan budaya; (d) Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama; dan (e) Pengembangan ekonomi umat dan sumberdaya keagamaan.

Tri Handoko Seto

Tri Handoko Seto melanjutkan, pendidikan merupakan salah satu dari Penta Helix (strategi implementasi) untuk menciptakan Ekosistem Moderasi Beragama Berkualitas. Penta Helix selain Pendidikan yang turut menciptakan ekosistem Moderasi Beragama Berkualitas adalah pemerintah, majelis, ormas, agama, ekonomi, media, kerukunan, budaya, dan masyarakat.

Menurutnya, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan berperan sangat penting dalam menciptakan moderasi beragama yang berkualitas. Peningkatan kualitas dan optimalisasi lembaga Pendidikan Keagamaaan dicanangkan dalam 4 Matra. Salah satunya adalah Matra Peningkatan Moderasi Beragama. Dijelaskan, Matra peningkatan moderasi beragama itu meliputi : (1) Penyusunan literasi keagamaan yang moderat dalam aplikasi yang mudah diakses; (2) Penguatan muatan moderasi beragama dalam mata pelajaran agama dan budi pekerti; (3) Peningkatan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan yang melibatkan peserta didik dan pendidik, lintas agama/daerah/negara; (4) Peningkatan kapasitas guru agama dalam praktek moderasi beragama; dan (5) Penguatan peran lembaga pendidikan keagamaan  dalam mengembangkan moderasi beragama (*ram).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email