DENPASAR– PHDI dan masyarakat Bali sangat berharap, potensi radikalisme dan terorisme semaksimal mungkin bisa dicegah bersama Densus 88, dengan deteksi dini yang melibatkan berbagai komponen, sesuai bidang tugas masing-masing. Dan Densus 88 semakin dipercaya sudah memiliki kemampuan yang semakin baik, bersingergi dengan badan-badan khusus keamanan negara lainnya. Demikian terungkap saat pengurus PHDI Bali menerima utusan dari Densus 88 Mabes Polri, Selasa (5/9) di Sekretariat Provinsi Bali.
Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak, S.H dan jajaran pengurus PHDI Bali menyambut baik kunjungan Densus 88 Antiteror tersebut, lebih-lebih karena Bali sudah pernah mengalami dua kali teror bom yang sangat mematikan secara psikologis, dan menimbulkan dampak ekonomi-pariwisata yang luar biasa dan memerlukan beberapa tahun untuk pemulihannya. Utamanya sejak adanya letusan bom tahun 2002 dan 2005 yang merenggut banyak korban jiwa.
Densus 88 mengajak jajaran kepengurusan PHDI Bali sampai PHDI Kabupaten/Kota, PHDI Kecamatan sampai PHDI Desa se-Bali, tetap waspada terhadap ciri-ciri kelompok radikal yang berpotensi melakukan teror di antaranya dengan ledakan bom, yang disebutkan berakar dari pemberontakan semasa Orde Lama, yang bercita-cita mendirikan negara berbasis agama dan menyatakan Pancasila dan juga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bertentangan dengan agama, disebut sebagai thogut, dipimpin orang kafir dan harus mereka lawan.
Bahwa Bali menjadi salah satu target dan tetap harus waspada di semua jajaran, tidak terlepas dari fakta empirik telah terjadi dua kali bom di Bali, dan belakangan juga adanya informasi intelijen tentang orang-orang yang dibaiat untuk melawan negaranya, yakni Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Harus Waspada
Seperti tercatat dari pemberitaan media Kompas.com, tak hanya terkena serangan dua kali bom pada 2002 dan 2005, sampai sekarang pun Bali mesti tetap waspada terhadap serangan-serangan teror dari kelompok teroris yang menggunakan teror sebagai alat perjuangan untuk cita-cita negara berbasis ideologi radikal tertentu. Di tahun 2020, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang tersangka teroris berinisial RB (27) di Denpasar, Bali, pada 23 Juli 2020. Disebutkan bahwa RB merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono menuturkan waktu itu, RB yang sehari-hari berprofesi sebagai wiraswasta, aktif membagikan konten bermuatan radikalisme. “Pada tahun 2017 sampai sekarang, aktif membagikan konten-konten radikal seperti, membagikan video tentang ISIS, Aman Abdurrahman, tutorial pembuatan bom, dan lain-lain, melalui media sosial, Telegram dan Facebook. Kemudian, RB juga kedapatan memiliki senjata tajam jenis katana pada 2019. Lalu, menurut Awi, RB sudah memiliki niat untuk melakukan serangan teror.
Tamu Densus 88 diterima oleh jajaran pengurus PHDI Bali yakni Nyoman Kenakm SH (Ketua), Putu Wirata Dwikora, S.H (Sekretaris) besefrta para wakil ketua. Sementara Paruman Walaka diwakili I Ketut Wartayasa, M.Ag. Delegasi Densus 88 Mabes Polri tersebut sangat mengapresiasi penerimaan oleh jajaran Pengurus PHDI Bali, selain melayani umat Hindu lainnya setiap harinya.
Sementara delegasi Densus 88 Mabes Polri terdiri dari Kombes Pol. I Ketut Widiarto, S.H, M.H (Kasat Gagwil Bali), I Made Palguna, S.I.K.M.Si (Kasubdit), IPDA Hadi Nata, K. S.H, M.H (Katida Idensos), Briptu Dewa Gede, S.H (ADC Kasatgaswil Bali), Bripda Muhammad Chana, E.P (Anggota), dan Bripda Almaz R.S.P (Anggota). Densus 88 yang dibentuk paska terjadinya bom di Bali tahun 2002, selain bahu-membahu dengan masyarakat seluruh Indonesia, juga saling melengkapi dengan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), maupun kesatuan-kesatuan khusus lainnya. Kombes Pol Ketut Widiarto, menyampaikan, dengan personil yang terbatas, Densus 88 sangat terbantu dalam melaksanakan tugasnya, atas informasi yang disampaikan masyarakat, termasuk melalui lembaga umat seperti PHDI Bali dan jajarannya (*Sumber : Diolah dari rilis PHDI Bali).