Bermodal Semangat "Ngayah" Para Tokoh Hindu
Geliat Pendidikan Hindu Widyalaya di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara

Murid bersama Pengelola

Catatan  : Kadek Yogiarta (Nang Bagia *)

Kadek Yogiarta (Nang Bagia)

Umat Hindu pertama kali menginjakkan kaki di Sulawesi Tenggara sejak tahun 1968 melalui program transimigrasi pertama di Desa Jati Bali, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan. Saat ini generasi Hindu di Sulawesi Tenggara yang memegang tampuk pimpinan di lembaga Keagamaan Hindu adalah generasi ketiga. Secara umum sebaran umat Hindu di Sulawesi Tenggara hampir merata di  13 Kabupaten/Kota dari 17 Kabupaten/Kota yang tersebar di 60 Kecamatan  dan di  120 Desa/Kelurahan di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2025 ini, jumlah umat Hindu di Sulawesi Tenggara mencapai sekitar 54 ribu lebih.

Selama 56 tahun mendiami Provinsi Sulawesi Tenggara, harus jujur diakui bahwa umat Hindu telah ikut berkontribusi dalam pembangunan daerah pada bidangnya masing-masing. Masyarakat Hindu di Sulawesi Tenggara kebanyakan bermata pencaharian di sektor pertanian, baik lahan basah maupun kering. Di lahan basah,  mereka hidup sebagai petani sawah. Sedangkan di lahan kering mereka menjadi petani kepala sawit, terutama mereka yang mendiami Kabupaten Konawe Utara dan beberapa wilayah di Konawe Selatan. Kehidupan umat Hindu yang secara umum semakin baik, semakin sejahtera, mereka mulai memahami pentingnya pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan Hindu.

Kementerian Agama Memajukan Pendidikan Hindu

Peraturan Menteri Agama (PMA) 56 Tahun 2014 dan telah diubah melalui PMA No 10 Tahun 2020 tentang Pendidikan Keagamaan Hindu membuka celah sekaligus ruang lebih lebar untuk berdirinya pendidikan keagamaan Hindu yang bernama Widya Pasraman atau sekolah formal keagamaan Hindu, baik pada jenjang Pratama Widya sampai dengan Maha Widya Pasraman. Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI melalui Direktur Pendidikan Hindu dan juga Bimas Hindu pada Kantor Wilayah Kemenag Sultra senantiasa mensosialisasikan PMA tersebut sekaligus mendorong umat sedharma pada kantong-kantong umat Hindu untuk menyambut regulasi tersebut dengan mendirikan Pendidikan Keagamaan Hindu Formal.

Hasilnya, pada tahun 2015 di Kabupaten Kolaka Timur dirikan Pratama Widya  Pasraman Dwitawana Saraswati, dengan ijin operasional Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Nomor 132 tahun 2015 tentang Persetujuan Ijin Operasional Pratama Widya Pasraman (PAUD/TK) Dwitawana Saraswati tanggal 12 Juni 2015. Sembari melengkapi administrasi, Pasraman Dwitawana juga telah mendaftar di Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI dengan jumlah siswa pertama kali dibuka adalah 31 orang. Selanjutnya pada tahun 2016 terbit SK Dirjen Bimas Hindu Nomor 90 Tahun 2016 tanggal 30 Mei 2016 tentang Ijin Pendirian dan Operasional Pratama Widya Pasraman Dwitawana Saraswati, Desa Mataiwoi, Kecamtan Loea, Kabupten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan keluarnya ijin pendirian dan operasional pasraman ini, maka resmilah Sulawesi Tenggara memiliki satu Pasraman Formal.

Karena ketentuan satuan Pendidikan formal swasta harus dinaungi oleh yayasan maka, selanjutnya di Kabupaten Kolaka Timur ini dibentuk Yayasan Pasraman Dwitawana Saraswati yang beralamat di Jalan Blok G, Kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara. Yayasan ini diketuai oleh Wayan Karyata, S.Ag. Pendirian Yayasan Prasraman Dwitawana Saraswati ini bersamaan dengan pendirian Yayasan Ganapati Jaya Kendari yang diinisiasi oleh Pengurus PHDI Sultra sebagai realisasi program kerja PHDI Sultra masa bhakti 2016-2021. Yayasan Ganapati Jaya Kendari ini menanungi Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Bhatara Guru Kendari.

I Wayan Karyata, S.Ag

Selanjutnya melalui Yayasan Pasraman Dwitawana Saraswati pada tahun 2016 dilakukan persiapan untuk pendirian Pasraman Formal setingkat SD. Untuk itu, dibentuklah Adi Widyalaya Dwitawana Saraswati dengan terbitnya ijin SK Dirjen Bimas Hindu Nomor  167 Tahun 2017 tertanggal 13 September 2017. Atas fasilitasi dan dukungan Kementerian Agama melalui Dirjen Bimas Hindu, bersamaan dengan itu, keesokan harinya juga terbit Ijin Operasional STAH Bhatara Guru Kendari melalui SK Dirjen Bimas Hindu Nomor 171 Tahun 2017 Tanggal 14 September 2017. Selanjutnya, tahun 2018 terbit ijin Operasional Pratama Widyalaya Dharma Kerti (setingkat SD) yang beralamat di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten  Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan untuk setingkat SMP selanjutnya pada tahun 2020 terbit ijin operasional Madyama Widya Pasraman Dharma Kerti yang juga beralamat juga di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur. Astungkara, berdirinya sekolah Pasraman Formal di Kolaka Timur, disusul oleh  beberapa kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara.

Satuan Pendidikan Widyalaya

PMA Nomor 10 tahun 2020 dirasa belum kuat mengatur standar pendidikan Widya Pasraman atau pasraman formal. Atas usaha dan kerja keras para tokoh dan pemerintah melalui Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, terbitlah Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pendidikan Widyalaya.  Widyalaya adalah satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, menyelenggarakan pendidikan umum yang berciri khas Hindu.  Pendidikan Widyalaya ini sekelas “madrasah” bagi umat Hindu, mencakup jenjang dari TK hingga SMA.  Dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama No 2 Tahun 2024, maka dilakukan penyesuaian terhadap satuan Pendidikan Widya Pasraman yang telah beroperasi. Salah satunya dilakukan dengan melakukan penyesuaian nama yang sebelumnya bernama Pasraman menjadi Widyalaya.

Suasana Madyama Widya Pasraman Dharma Kerti (setingkat SMP) di Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur dan Pratama Widyalaya Dharma Kerti

Peralihan Widya Pasraman menjadi Widyalaya adalah sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan Hindu di Indonesia dan merupakan sejarah yang menandai perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Hindu di Indonesia. Perubahan ini bertujuan membawa pendidikan Hindu menuju arah yang lebih terstruktur dan menyeluruh, dengan menyediakan kurikulum komprehensif yang mencakup aspek spiritual, agama, dan pendidikan akademik sesuai standar nasional dan internasional.

Sudah Berdiri 14 Widyalaya

Sampai Tahun 2025 ini, Satuan Pendidikan Widyalaya yang telah beroperasi di Sulawesi Tenggara tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kolaka Timur, Konawe dan Konawe Selatan yang berjumlah 14 Widyalaya. Dari 14 itu terdapat jenjang Madyama Widyalaya setara SMP berjumlah 1 (satu) Widyalaya yang bernama Madyama Widyalaya Dharma Kertih yang beralamat di Desa Putemata, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, 3 (tiga) Widyalaya pada jenjang Adi Widya (SD) yaitu; 1) Adi Widyalaya Dwitawana Saraswati, Kolaka Timur; 2) Adi Widyalaya Cendikiawan Saraswati, Mowila Konawe Selatan, dan; 3) Adi Widyalaya Wanasari, Desa Andoolu Utama, Kecamatan Silea, Kabupaten Konawe Selatan yang mendapatkan ijin operasional pada tahun 2024.

Pada jenjang Pratama Widyalaya atau setara PAUD berjumlah 10 Widyalaya tersebar pada tiga kabupaten yaitu Konawe Selatan, Konawe dan Kolaka Timur yang meliputi; 1) Pratama Widyalaya Dharma Kerti, Kolaka Timur; 2) Pratama Widyalaya Dwitawana Saraswati, Kabupaten Kolaka Timur; 3) Pratama Widyalaya Dharma Santi Konawe Selatan, di Desa Lapoa Indah; 4) Pratama Widyalaya Widyananda, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Lalembuu, Konawe Selatan; 5) Pratama Widyalaya Bhuana Sastra, Desa Lalosingi, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan; 6) Pratama Widyalaya Kusuma Dharma Kumara Konawe Selatan; 7) Pratama Widyalaya Dharma Widya Konawe Selatan; 8) Pratama Widyalaya Wanasari Konawe Selatan; 9) Pratama Widyalaya Widya Candra, Konawe dan; 10) Pratama Widyalaya Dharma Kertih, Desa Kasaeda, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe. Berdasarkan data, dari 14 (empat belas) satuan pendidikan Widyalaya, 6 diantaranya sudah terakreditasi, yang lainnya sementara proses persiapan dan pengusulan.

Partisipasi Umat Hindu Masih Rendah

Persoalan yang dihadapi pada satuan Pendidikan Widyalaya di Sulawesi Tenggara dan mungkin juga di Indonesia sangat kompleks dan mirip. Salah satunya berkaitan dengan standar pembiayaan yang selama ini hanya bergantung pada bantuan pemerintah melalui Kementerian Agama, baik pada Ditjen Bimas Hindu maupun pada Bimas Hindu pada Kanwil Kemenag di Provinsi dan Kemenag Kabupaten/Kota. Partisipasi dan dukungan dari masyarakat dirasakan masih sangat rendah dan belum mampu membiayai operasional Widyalaya dengan optimal. Di sisi lain, pendidikan Widyalaya yang baru seumur jagung, harus terus dipelihara semangatnya dan diharapkan dapat terus berkembang sambil terus meningkatkan kualitas. Tumbuhnya pendidikan Widyalaya saat ini di Sulawesi Tenggara berkat semangat yang tinggi dari beberapa tokoh di wilayah tersebut. Ditengah pesimisme segelintir orang, obat yang paling mujarab adalah semangat para pengelolanya, baik kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainya. Mereka bermodalkan “semangat ngayah”/karma yoga, kesabaran dan ketekunan sembari berharap suatu saat nanti sekolah yang dirintis bias berubah status menjadi sekolah negeri sehingg sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah mulai dari perbaikan kualitas pendidikan dan kesejahteraan para guru dan tenaga kependidikannya.

Dengan demikian, pendidikan keagamaan Hindu yang bernama Widyalaya di Bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara telah berjumlah 14 satuan pendidikan, mulai dari Pendidikan Tinggi sampai dengan satuan pendidikan paling rendah yaitu Pratama Widyalaya. Umat Hindu  berharap,  beberapa wilayah lainnya di Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi umat cukup banyak akan segera menyusul mendirikan satuan Pendidikan Widyalaya, seperti Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, Kota Bau-Bau, Kabupaten Muna Barat. Saya punya optimisme bahwa semakin tahun Widyalaya akan semakin bergeliat, mengalami kemajuan, mulai dari berdiri dengan kokohnya bangunan gedung, ruang-ruang kelas yang representatif, tersedianya sarana prasarana pembelajaran yang mulai memadai sampai dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Para pejabat  Bimbingan Masyarakat Hindu khususnya pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara berharap semua pihak bahu-membahu dan memberikan dukungan terhadap keberadaan Widyalaya yang telah beroperasi serta terus mendorong Widyalaya untuk pengelola melakukan perbaikan-perbaikan, melakukan inovasi dan memberikan pendidikan yang berdampak sehingga semakin kuat kepercayaan masyarakat terhadap Pendidikan Widyalaya. Pendidikan Hindu Widyalaya nantinya diharapkan dapat menjadi pilihan pertama untuk mendidik putra dan putri mereka, dapat memberikan layananan pendidikan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik sehingga dapat terbentuknya karakter daiwi sampad, sradha dan bhakti dan nantinya terbentuk insan pemeluk Hindu yang taat, kokoh dan sadhu gunawan. *) Penulis adalah Penelaah Teknis Kebijakan pada Bimas Hindu Kanwil Kemenag Sultra.

 

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email