Segera Laporkan ke Pihak Berwajib
Joged Jaruh itu Menghina Kebudayaan Leluhur Bali

Drs. Putu Suasta, M.A, seorang aktivis sosial, Alumni UGM dan Cornell University

DENPASAR – Drs. Putu Suasta,. M.A , seorang aktivis sosial Alumni UGM dan Cornell University menyatakan, Joged jaruh itu menghina kebudayaan leluhur (Bali), berupa Tari Joged Bumbung yang dipersembahkan dengan penuh estetika, keindahan, suasana keseharian, dan hiburan rakyat.  Joged jaruh itu sangat merusak estetika kebudayaan Bali, sehingga persepsi publik terhadap kebudayaan Bali menjadi negatif.  Pertunjukan rakyat yang semula indah, sopan dan beretika berubah menjadi pertunjukan porno.

“Ini menjadi tugas kita bersama mencegahnya dengan semua cara. Supaya tidak menjadi “penyakit” menular, maka penari Joged jaruh bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib. Kan sudah ada pasalnya di KUHP” ungkapnya

Ditanya apa yang mesti dilakukan menyikanpi Joged jaruh ?  Ia menjawab,  kalau sudah menggangu kenyamanan masyarakat, dan masyarakat marah dengan pertunjukan PORNO, dan ini merusak moral anak-anak yang melihat pertunjukan itu, maka publik, masyarakat berhak melakukan tindakan pencegahan melalui saluran media dan melaporkan ke pihak yang berwajib. Karena sudah ada payung hukumnya di KUHP, dengan bukti bukti yang ada, maka pihak organisasi maupun penarinya bisa diakukan,  dipanggil dan bisa masuk ke pengadilan.

Ni Wayan Indriyani, Pengurus Krama Adat Kertawinangun dan Ketua Porsenibud Kota Palu, Sulawesi Tengah

Ni Wayan Indriyani, seorang pelaku spiritual, Pengurus Krama Adat Kertawinangun dan Ketua Porsenibud Kota Palu mengaku miris dan sedih melihat tari Joged Bumbung yang aslinya sangat indah dan penuh nuansa keakraban sopan dan beretika, citranya rusak gara-gara Joged Jaruh.  Joged Jaruh menurut Indriyani, jelas porno aksi, tak sopan tanpa etika. Padahal leluhur Bali mengajarkan orang Bali  untuk selalu menjaga etika, kesopanan dan sangat melarang porno aksi. Justru pertunjukan Joged jaruh yang dilakukan sebaliknya. Yang lebih memprihatinkan lagi ternyata ada  Pemangku malah ikut ngibing (berjoged) dengan penari Joged jaruh ini.

“Khusus untuk kami di Kota Palu, kami juga punya sekeha Joged, namun penarinya dilatih oleh guru tari sesuai pakem asli Joged Bumbung  yang indah, sopan beretika. Kami awasi secara ketat setiap membina para penari Joged agar tidak ikut-ikutan menari Joged Jaruh.  Astungkara di Kota Palu tidak ada Joged Jaruh dan tak boleh ada ” tuturnya (ram).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email