Oleh: I Ketut Donder *)
Ada suatu yang unik dan menarik di acara Wisuda UHN I Gusti Bagus Sugriwa tahun 2022 ini. Ada satu keluarga (ayah, ibu dan anaknya) kuliah satu angkatan dan satu jurusan serta satu kelas diwisuda berbarengan dengan predikat Cum Laude.
Ceritanya menarik, satu keluarga ini setiap kuliah kadang-kadang duduk berdampingan. Sejak awal penulis bertemu dengan ketiganya ada perasaan lain, ternyata ayah dan ibunya adalah penekun spiritual. Secara khusus, entah kenapa, ayah dan ibunya merasa sangat senang jika saya mengajar, alasannya karena anaknya merasa senang setiap saya mengajar. Sehingga setiap saya mengajar satu keluarga ini selalu hadir lengkap. Cerita ketiga anggota keluarga yang menjadi wisudawan dan wisudawati ini saya uraikan satu per satu di bawah ini.
Wisudawan yang seorang ayah atau suami bernama I Ketut Darma, S.Ag, lahir di Tabanan, 7 Juni 1968. Riwayat pendidikannya : SD Negeri 1 Tangguntiti, tamat tahun 1981; SMP Negeri 2 Selemadeg, tamat tahun 1984; SPG Negeri Denpasar, tamat tahun 1987; D2 Jurusan Bahasa Indonesia FKIP UNUD Singaraja, tamat tahun 1989; selanjutnya kuliah S1 Teologi Hindu Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa Denpasar 2018, tamat tahun 2022. Pada awalnya setelah tamat SPG kemudian melanjutkan lagi dan tamat D2 jurusan Bahasa Indonesia ingin sekali menjadi PNS khususnya Guru, tetapi karena selalu gagal, akhirnya setelah berumah tangga mengambil profesi petani sambil menjadi pedagang anak babi (Bahasa Bali : kucit) sampai sekarang.
Darma adalah seorang ayah berpenampilan kalem dan sederhana, hal itu terbentuk karena ia mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Tetapi bersamaan dengan kesulitan hidupnya, kemudian melalui membaca dan mendengar tentang kebenaran yang indah dari Svami Vivekananda. Sebagaimana wejangannya, ia menyatakan bahwa pengetahuan suci adalah ‘harta paling utama’. Pernyataan ini yang mendorongnya untuk terus belajar. Setelah mendapatkan sedikit pengetahuan, lalu ia praktekkan. Inilah yang akhirnya menjadikannya semakin rendah hati dan sedikit bicara, karena pengetahuan suci itu jauh lebih baik direfleksikan kedalam diri melalui kontemplasi, dharana, dan dhyana. Selain itu pernyataan-pernyataan dalam sloka Bhagavad Gita, terutama pernyataan “Tidak ada yang menyamai kesucian ilmu pengetahuan; perahu ilmu pengetahuanlah dapat menyeberangkan manusia dari samudera penderitaan” menginspirasi Darma untuk terus belajar.
Itulah latar belakang mengapa Darma kuliah di UHN IGB Sugriwa. Jadi Darma motivasi untuk kuliah agama di UHN IGB Sugriwa ini bukan muncul tiba-tiba tetapi sudah ada keinginan untuk memahami agama secara baik dan benar sejak kecil. Hal tersebut ditandai oleh bakat, tanda, dan memori spiritualnya yang telah muncul sejak usia SD tahun 1976. Sesuai perjalanan waktu, ia pada tahun 1990 bertemu dengan Guru Raja Yoga Blahkiuh (ini sudah almarhum), dan kemudian berguru kepada beliau. Karena minatnya kepada spiritual sangat tinggi, akhirnya pada tahun 2002 bergabung sebagai anggota Self-Realization Fellowship, yakni penekun Jnana dan Raja Yoga yang berpedoman pada ajaran-ajaran Svami Vivekananda dan Sri Paramahansa Yogananda. Sadhana spiritual Self-Realization itu tekuni sampai sekarang. Pada saat kuliah, I Ketut Darma, S.Ag, penuh perhatian dan semua tugas-tugasnya dikerjakan secara sempurna. Selain itu sikap hormat dan bhakti kepada para dosen sangat mencerminkan ia seorang penekun spiritual. I Ketut Darma dengan judul Skripsi Ajaran Ketuhanan dalam Teks Kakawin Arjuna Wiwaha atas karyanya ia layak lulus dengan predikat cum laude. Itulah sekilas riwayat hidup I Ketut Darma, S.Ag.
Istri dari I Ketut Darma, S.Ag, bernama Dra. Ni Ketut Suprapti, S.Ag, lahir di Blahkiuh, 22 Mei 1962; riwayat pendidikannya: SD Negeri 2 Blahkiuh, tamat tahun 1977; SMP Pandawa Blahkiuh, tamat tahun 1980; SMA Pandawa Abiansemal, tamat tahun 1983; S1 Biologi FKIP UNUD Singaraja, tamat tahun 1988; S1 Teologi Hindu UHN IGB Sugriwa Denpasar 2018, tamat tahun 2022; Riwayat pekerjaan, pernah mengajar di SMA Perintis Denpasar, tahun 1988-1992; mengajar di Gandhi Memorial School Jakarta, tahun 1992-1995; membuka kursus Bahasa Inggris dan Komputer di Blahkiuh, tahun 1995-1999; setelah delapan kali ikut melamar Pegawai Negeri namun selalu gagal, akhirnya bersama suami bekerja sebagai pedagang anak babi (kucit) mulai tahun 1999 sampai sekarang. Suprapti punya tekad kuat mendapatkan aset melebihi PNS, astungkara dikabulkan. Ia adalah penekun Karma Yoga dari bukunya Svami Vivekananda sejak kelas IV SD sejak tahun 1974 sampai sekarang. Sebagaimana suaminya, Dra. Ni Ketut Suprapti, S.Ag, juga sangat tekun dan rajin belajar, dan yang paling “istimewanya” Suprapti sangat suka bertanya setiap dosen mengajar siapa pun mengajar. Mungkin bagi teman-teman sekelasnya dianggap Suprapti dianggap cerewet, karena teman-temannya tidak tahu kalau Suprapti menguasai Bahasa Inggris dan pernah menjadi instruktur kursus Bahasa Inggris. Karena itu Suprapti akan bertanya kepada dosen siapa pun yang sedang mengajarnya, termasuk kepada saya, bahkan pertanyaannya sampai ke “alam niskala” menurut sains Fisika Kuantum untuk menjelaskan hal spiritual. Suprapti yang belajar gigih dapat menyelesaikan skripsinya dengan gemilang berjudul “Kalepasan dalam Paingala Upanisad: (Kajian Teologi Hindu. Atas prestasinya itu, Suprapti pantas lulus cepat dan dengan predikat cum laude.
Berikut wisudawan yang tidak lain adalah seorang anak dari pasangan suami-istri dari I Ketut Darma dan Ni Ketut Suprapti bernama Gede Arisudana Dharmakarma, S.Ag, panggilan akrabnya Aris, lahir di Denpasar, 16 Juni 2000; Pendidikan TK Kumara Shanti Blahkiuh, tamat 2006; SD Negeri 4 Blahkiuh, tamat tahun 2012; SMP Negeri 1 Blahkiuh, tamat tahun 2015; SMK Negeri 1 Denpasar, jurusan Teknik Bangunan tamat tahun 2018; selanjutnya kuliah S1 Teologi Hindu di Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa Denpasar, tamat tahun 2022. Aris selama kuliahnya tampak kalem-kalem saja, mungkin merasa malu satu kelas bersama ayah dan ibunya, sehingga enggan untuk bersikap seperti remaja pada umumnya. Aris adalah anak semata wayang (anak tunggal) memang sangat diawasi terutama oleh ibunya. Karena saking protektifnya, saya sebagai pembimbing Aris, dipesani, kata-katanya: “pak mohon bimbing baik-baik anak saya, yang penting bisa lulus bersama bertiga, apakah kira-kira bapak bisa melakukannya”. Ibunya tidak mengetahui bahwa anaknya intens bimbingan dengan saya. Karena terlalu sering pesan seperti itu, baik lisan maupun melalui WhatsApp (WA), maka saya katakan, tidak usah tergesah-gesa berharap anaknya cepat lulus. Kalau memang anaknya belum siap lulus, tidak usah cepat lulus, untuk apa cepat-cepat lulus, jika tidak bermutu. Saya tambahkan dengan Bahasa Bali “apang de dadi sarjana ngentuk-ngentukin jalan, peselengkat di jalan, ngempetin jalan dogen”. Kemudian saya blockir nomor HP (WA)-nya sehingga Suparti tidak bisa menyampaikan pesan WA dan enggan bertemu.
Sementara bimbingan skripsinya Aris tetap berjalan dan saya ajak bimbingan di rumah, karena Aris merasakan suasana yang berbeda jika bersama saya, oleh sebab itu sejak mengajukan judul proposal skripsinya dan jauh sebelum membuat proposal, Aris sudah konsultasi ke saya. Saya sarankan Aris mengambil judul skripsi “Teologi dalam Asta Kosa Kosali”. Saya menyarankan judul tersebut mengingat latar belakang pengetahuan Aris saat di STM jurusan Bangunan. Aris merasa sangat senang karena ilmunya yang didapat selama 3 tahun di STM akan diinterkoneksikan dengan teologi, khususnya Teologi Hindu. Hasilnya sangat bagus yakni suatu eksplanasi saintifik terhadap naskah teologis yang diambil dari naskah lontar juga Vastusastra. Sehingga kontribusinya terhadap upaya literasi ajaran Hindu sangat baik untuk memotivasi peneliti lainnya untuk melakukan studi-studi dengan interpretasi logis saintifik sesuai dengan tuntutan jaman. Seandainya Aris tidak terlambat mengurus Surat Ijin Penelitiannya, maka Aris adalah mahasiswa yang lulus tercepat. Sebelum ayah dan ibunya mengumpulkan skripsi, skripsinya Aris sudah selesai, tetapi ujiannya menunggu batas akhir ijin penelitian. Hal tersebut ia capai karena selama bimbingan ia mengerti benar arahan pembimbingnya dan secepat mungkin melakukan memperbaikan dan mengkonfirmasikan kembali hasil perbaikan skripsinya ke pembimbing. Hasilnya, Aris lulus dengan predikat cum laude.
Prestasi Aris sesungguhnya bukan hanya saat S1 sekarang ini. Saat di SMK Negeri 1 Denpasar, Aris adalah atlit renang yang telah meraih prestasi di tingkat nasional. Prestasinya bukan prestasi ecek-ecek. Aris pernah beberapa kali meraih Juara I (satu) lomba renang tingkat nasional dan mendapatkan Medali Emas pada KRAPSI 2013 di Jakarta; selanjutnya tiga Medali Emas pada O2SN SMK 2016 juga di Jakarta.
Setelah selesai S1, Aris bercita-cita melanjutkan S2 Brahma Widya karena setelah ia tamat S1 dan berhak menyandang gelar Sarjana Agama (S.Ag.), Aris merasa semakin tertarik untuk belajar Sains dalam Lontar-lontar Bali, motivasinya tersebut timbul selama membuat skripsi yang barus disadari bahwa pustaka suci Veda hingga derivatnya dalam bentuk lontar-lontar terkandung muat sains dan teknologi. Atas motivasinya itu, maka pembimbingnya yang juga berbasis pendidikan Teknik Bangunan menyarankan, jika kuliah S2 Prodi Brahma Widya agar mengambil tesisnya terkait Ilmu Mekanika, khususnya Momen Guling. Sehingga dapat mengambil judul Proporsi Bangunan Berbasis Ajaran Asta Kosala Kosali dan Kemampuannya Menahan Momen Guling – Suatu Kajian Interdisipliner. Mendengar ajuran pembimbingnya, Aris tersenyum penasaran (* Penulis, Dosen Fakultas Brahma Widya UHN IGB Sugriwa, Denpasar ).