Unesco Dukung Umat Hindu Manfaatkan Candi Prambanan

Brahman dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Siwa terus menganugerahkan karunia bagi umat Hindu di Indonesia. Terbukti, kemajuan demi kemajuan diraih oleh Tim Kerja Candi Prambanan khususnya untuk menjadikan Candi Prambanan sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu.  Perkembangan terbaru, Unesco mendukung Umat Hindu memanfaatkan Candi Prambanan sebagai tempat persembahyangan.

Hal itu disampaikan pejabat UNESCO Cluster Office di Jakarta, Ms Moe Chiba dalam pertemuan yang digelar secara virtual dengan Tim Kerja Candi Prambanan, 4 Agustus 2021. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) adalah badan khusus PBB yang menangani Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.

“Pada prinsipnya, kami senang dan mendorong umat Hindu memanfaatkan Candi Prambanan untuk pusat persembahyangan umat Hindu, namun prinsip-prinsip dalam perlindungan cagar budaya dunia harus sama-sama kita laksanakan. Kami senang atas diadakannya pertemuan ini, dan ini merupakan pertemuan pertama yang dapat kita lanjutkan dengan pertemuan-pertemuan selajutnya. UNESCO juga membuka diri untuk diadakannya Nota Kesepahaman (MoU) dalam kita bersama-sama menjaga dan melindungi Candi Prambanan,” Ms Moe Chiba. Sekali pun mendapat komitmen dari Tim Kerja Candi Prambanan,  Ms Moe Chiba tetap bersikap hati-hati. Hal itu disampaikan Ms Moe Chiba setelah mendengarkan paparan dari Tim Kerja Candi Prambanan, KS. Arsana yang juga Ketum DPP Prajaniti.

Sebelumnya, dalam dialog itu, Tim Kerja Candi Prambanan menyampaikan bahwa, umat Hindu di Indonesia dan dari seluruh dunia akan ikut menjaga Candi Prambanan. Bahkan, dengan dijadikannya Candi Prambanan sebagai pusat persembahyangan bagi umat Hindu, perlindungan Candi Prambanan dapat lebih dijaga. “Umat Hindu tentu menjaga Candi Prambanan, karena dengan dimanfaatkan sebagai pusat persembahyangan umat Hindu, otomatis umat Hindu lebih menjaga kesucian Candi Prambanan. Dengan demikian Candi Prambanan tidak semata obyek wisata berupa candi yang mati, namun menjadi monumen hidup untuk menyebarkan spiritualitas dan membangun kebudayaan masyarakat dunia,” jelas KS Arsana.

Menanggapi pemaparan Tim Kerja Candi Prambanan, Ms Moe Chiba menyampaikan bahwa sering terjadi kesalahpahaman seolah-olah situs peninggalan budaya yang dilindungi UNESCO tidak boleh dipakai. “Padahal sejatinya tidak demikian,” kata Ms Moe Chiba dengan ramah. Lalu Ms Moe Chiba yang dibantu diterjemahkan oleh Mr Rizky Fardhyan menyampaikan beberapa prinsip yang menjadi panduan UNESCO dalam melindungi cagar budaya.

Dari UNESCO Cluster Office di Jakarta, selain Ms Moe Chiba juga hadir Programme Specialist for Culture dan Mr Rizky Fardhyan; sedangkan dari Tim Kerja Candi Prambanan hadir Tri Handoko Seto (Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI), KS Arsana (Ketua Umum DPP Prajaniti), Dr. Budiana Setiawan (Arkeolog, PHDI Pusat), Arya Suharja (Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal DPP Prajaniti), Kadek Andre Nuaba (KMHDI), Sugiman (tokoh Hindu di Klaten), Dewa Made Artayasa (Pembimas Hindu Jawa Tengah), Nurkhotimah (Arkeolog Muda Hindu), Ni Ketut Masmini dan Dewa Priana.

Tim Kerja Candi Prambanan terdiri dari gabungan pejabat di Direktorat Jenderal Bimas Hindu Kementerian Agama RI dan para Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan Hindu Tingkat Nasional ini. Dialog virtual ini digelar karena Candi Prambanan adalah salah satu peninggalan budaya di Indonesia dalam perlindungan UNESCO.

Pertemuan yang diinisiasi oleh Nurkhotimah, Arkeolog Muda Hindu yang sangat peduli dengan Candi Prambanan ini berlangsung cair dan akrab. Pertemuan virtual ini diawali dengan komunikasi Bahasa Jepang oleh Dirjen Bimas Hindu Tri Handoko Seto sebagai bentuk penghargaan kepada Ms Moe Chiba yang berasal dari Jepang. Diawali dengan pengantar dan ucapan terima kasih oleh Dirjen Bimas Hindu Tri Handoko Seto, pertemuan yang dipandu oleh Sekretaris Umum Tim Kerja Candi Prambanan, Dr. Budiana Setiawan dilanjutkan pemaparan konsep Candi Prambanan oleh Ketum DPP Prajaniti, KS Arsana. Arsana memaparkan landasan hukum, dasar pemikiran, hingga manfaat yang diperolah semua pihak atas pemanfaatan Candi Prambanan sebagai pusat persembahyangan umat Hindu.

Dialog hangat berlangsung selama pertemuan. Atas persetujuan Ms Moe Chiba, pertemuan yang awalnya dijawalkan untuk satu jam akhirnya berlangsung hampir satu setengah jam. Semoga Candi Prambanan, pusat pemujaan Tri Murti dengan sentral pemujaan kepada Dewa Siwa sehingga dikenal juga dengan nama Śiwagrha, ke depannya dapat menjadi penyebar spiritualitas Hindu Dharma ke seluruh penjuru dunia. Om Namah Shiva Ya. (Sumber : Diolah dari Press Release Tim Kerja Candi Prambanan)

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email