Selamat Jalan Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, S.U
Bali Kehilangan Wartawan Senior, Tokoh Idealis yang Konsisten Membela Petani

Wayan Windia

Laporan : Nyoman Merta, Pemimpin Umum Majalah Craddha

DENPASAR-Sabtu pagi, 1 April 2023, cuaca mendung dan hujan gerimis. Saya sudah bangun pukul 04.00 Wita. Entah kenapa, saya sempat duduk di teras rumah menyambut pagi. Pagi itu, saya punya rencana hari itu mau berkunjung ke rumahnya Prof. Windia untuk bisa bertemu langsung sambil ngobrol melepas kangen.  Pagi itu, saya tak paham rupanya alam hendak memberi khabar duka kepada saya.  Tak lama di teras, saya pun memulai aktivitas seperti biasa dengan olah raga ringan lalu bersembahyang. Pukul 08.04 Wita saya buka HP mendapatkan pesan berita duka di WAG Paiketan Krama Bali dari nomornya Agung Suryawan sebagai berikut.  “Berita duka dari Fakultas Pertanian. Turut berduka cita yang mendalam. Telah berpulang senior kita, tokoh yang sangat loyal kepada Pertanian khususnya Subak, Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, S.U. Dumogi Amor Ing Acintya”.  Sontak saja saya  merasa sangat kaget dan terpukul membaca berita duka tersebut. Prof. Windia menghembuskan nafas terkahir pada Sabtu subuh, 1 April 2023 di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah (dulu sering disebut RSUP Sanglah) Denpasar. Banyak institusi tempat di mana Beliau aktif merasa kehilangan seperti Universitas Udayana; STISPOL Wira Bhakti Denpasar, Paiketan Krama Bali;  Keluarga Besar Gugus Kebangsaan (GK) Bali; Monumen Perjuangan Bangsal (MPB); Yayasan/Majalah Craddha; Yayasan Made Sanggra Sukawati dan lain-lain.

Dokumen kenangan saat Prof. Wayan Windia, selaku Pembina Paiketan Krama Bali menyerahkan piagam kepada Pemenang Lomba Arjuna Digital Tahun 2018

Sejak beberapa hari sebelumnya sudah punya firasat kurang baik. Jumat, 31 Maret 2023 pukul 17.05 Wita saya chatt Prof. Windia menanyakan khabar sembari mendoakan kesehatan beliau. Profesor Ahli Subak Unud yang sudah saya anggap orangtua sendiri itu menjawab : “Nggih Becik”. Karena punya perasaan tidak enak, pukul 19.17 Wita saya kembali chatt beliau : Sekarang kok jarang sekali ngirim artikel ?”. Pukul 19.27  Wita beliau menjawab : “Nggih. Ampura. Niki sedang recovery kesehatan. Durung fit betul. Semangat belum ada nggih”. Saya lalu menjawab : Wah. Semoga cepat recovery kesehatan Bapak. Berselang dua menit, beliau kembal menjawab : “Ampura dumun man. Makanya zoom Paiketan tidak pernah ikut. Mogi man sehat. Rahayu”. Rupanya inilah kalimat terkahir yang saya terima dari Prof Windia. Sebelumnya, Rabu 29 Maret 2023, Gurubesar Unud ini masih memposting komentar soal wilayah Sumber Klampok, tempat pembukaan portal oleh oknum penista Nyepi itu masuk wilayah hukum Kabupaten Buleleng. Rupanya, itulah pesan-pesan terakhir dari wartawan senior yang dulu mengajari saya menulis berita dan sampai bisa  menjadi jurnalis saat ini. Ada khabar, sehari sebelum berpulang, pria asal Desa Sukawati Gianyar ini masih menandatangani tesis mahasiswa.

Tokoh yang satu ini, sedikit bicara, namun ide-idenya terus mengalir dan hampir seluruh idea dan keprihatinannya dituangkan melalui tulisan. Kecintaannya pada dunia jurnalistik tak pernah berubah walau beliau sudah menjadi gurubesar. Pernah  aktif sebagai wartawan Suara Pembaharuan dan sampai menjelang hayatnya masih rajin menulis. Menulis apa saja yang menjadi concern beliau.  Salah satu Pembina Umum  Paiketan Kama Bali ini  sejak dulu dikenal getol memperjuangkan nasib petani dan kelestarian Subak. Beliau berbicara lantang soal ketidakberpihakan pemerintah dan para elit terhadap pertanian.  Berikut ini penggalan tulisannya dalam artikel  berujudul “ANCAMAN ANTROPO-GEOGRAFI : Batalkan Reklamasi Teluk Benoa dan Bandara di Buleleng”.

“Di Bali perlu segera dilakukan pembangunan pertanian besar-besaran di Bali Utara, Barat, dan Timur. Pertanian yang produksinya bisa mensuple pariwisata di Bali Selatan. Saya akan respek pada Gubernur Bali yang mampu mempertemukan antara sektor primer dan sektor tersier itu. Saya mengira pimpinan Bali yang sekarang bisa melakukan hal itu, ternyata tidak juga. Tapi pekerjaan itu memang perlu fokus dan keterpanggilan. Menolong orang miskin di sektor pertanian memang memerlukan keterpanggilan nurani.

Tampaknya elit kita hanya ngomong soal pertanian kalau ada Gunung Agung meletus, perang Irak-Iran, terror bom Bali, dll. Setelah keadaan berangsur pulih, maka pertanian kembali dilupakan. Tidak ada yang mengubris. Kalau betul-betul ingin membangun pertanian, ikuti saran FAO. Sisihkan anggaran pemerintah 10% untuk sektor pertanian. Itu saja fakta aksinya. Kalau tidak, maka pembicaraan tentang pembangunan pertanian hanyalah di mulut saja”.

Prof. Windia (Nomor 5 dari Kiri) saat sosialisasi Subak kepada para peneliti muda dari luar Bali

Setidaknya redaksi Majalah Craddha telah menyimpak 54 judul artikel karya Prof. Windia. Tulisan-tulisannya itu bukan hanya soal pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) yang selalu di bawah 100,  harga pangan dari sektor pertanian dan pentingnya melestarikan Subak sebagai warisan leluhur Bali, juga soal bagaimana melestarikan Ekologisme Danau Batur, pentingnya memperjuangkan nasib para veteran pejuang kemerdekaan, soal mafia korupsi, pentingnya menjaga empat Pilar Kebangsaan, pentingnya melestarikan seni budaya Bali dan lain sebagainya. Segala bentuk keprihatinan beliau, dituangkan dalam bentuk tulisan (naskah).

Prof. Windia lahir di Desa Sukawati, Gianyar, 15 Desember 1949. Beliau adalah dosen pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Ketua Pusat Penelitian Subak, Univ.Udayana. Windia aktif dalam organisasi Pemuda Panca Marga (PPM) Bali dan  menjadi ketuanya tahun 1987-1997.

Sederet jabatan penting pernah dipegangnya. Pernah menjadi Sekretaris Jurusan dan Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakulas Pertanian Unud;  Pembantu Dekan bidang Akademik  Fakultas Pertanian Unud; Sekretaris Lembaga Penelitian Unud; Sekretaris Badan Kerjasama Unud dan Ketua Badan Penjaminan Mutu Unud. Almarhum juga pernah menjabat Seketaris Tim Proposal Warisan Budaya Dunia (WBD) Subak di Bali yang akhirnya telah diputuskan oleh Unesco.  Prof. Windia  meraih gelar Master dan Doktor di UGM Jogyakarta  dan menyandang gurubesar pada Tahun 2008 ini pernah menjadi anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Golkar pada 1997.

Sampai ajal menjemputnya, suami dari Gusti Ayu Mandriati (Dosen Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar) ini masih menjabat  Ketua Stispol Wira Bhakti Denpasar; Koordinator Gugus Kebangsaan  Provinsi Bali; Ketua Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Bali; Sekum Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), pernah menjabat Dewan Pakar INTI Bali dan sejumlah jabatan penting yang berkaitan dengan organisasi Veteran Pejuang Kemerdekaan RI.

Prof. Windia saat memberikan ceramah tentang Semangat Juang Nilai 45 kepada anak-anak SMA di Buleleng

Karirnya di dunia jurnalistik dimulai dari Harian Nusa Tenggara (saat ini NUSA Bali) saat menyelesaikan S1 di Unud, kemudian menjadi wartawan di Harian KAMI; Sinar Harapan dan Suara Pembaharuan.  Di dunia kewartawanan ini, beliau  pernah menjadi Wakil Ketua PWI Cabang Bali.  Sampai menghembuskan nafas terakhir, Prof. Windia aktif sebagai Dewan Redaksi Majalah Craddha. Putra sastrawan Bali Modern Made Sanggra dari Sukawati Gianyar ini dikenal hidup sederhana bahkan sampai saat ini kendati sudah menjadi gurubesar. Saat SMA, Windia pernah menjadi loper Koran. Selanjutnya sambil kuliah di Fakultas Pertanian Unud, mendiang pernah menjadi pesuruh dan guru honorer di Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) Negeri Gianyar. Beliau pekerja keras, tekun, kritis dan sosok idealis bahkan sampai menjadi gurubesar Unud.

Buku yang pernah ditulis antara lain : ”Orang-Orang di Sekitar Pak Rai” (1985); ”Bangsal Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan di Bali” (2008); ”Made Djapa dan Wayan Dipta Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan Indonesia di Bali” (2014); ”Transformasi Sistem Irigasi Subak Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana” (2006); ”Analisis Bisnis Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana” (2007); ”Subak Warisan Budaya Dunia” (2013); ”Subak dari Kajian Sosiologis” (2016); dan ”Agrowisata Subak” (2017) dan terbaru, bersama MPB menerbitkan Buku Bangsal, Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan di Bali dengan Sub Judul : Menuju Satu Abad Monumen Perjuangan Bangsal. Upacara Ngaben Almarhum Prof. Windia akan dilaksanakan di Setra Gede Desa Sukawati Gianyar pada 11 April 2023 mulai Pukul 10.00 Wita. Selamat jalan Profesor, semoga damai dan tenang di alam sana. (*)

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email