JAKARTA – Kelompok Kerja Penguatan Moderasi Beragama (Pokja PMB) Kementerian Agama RI melaksanakan tahapan seleksi terhadap 150 Instruktur Nasional. Dari jumlah itu, 28 Instruktur Nasional mendapat kesempatan mengikuti Refresher Course dari United In Diversity (UID). Refresher Course dihelat pada 7 s.d 10 Oktober 2024 di sebuah hotel di Cilandak Baru, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Di antara 28 peserta tersebut Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM PH PHDI Pusat sebagai Instruktur Nasional (Ketut Budiawan) mendapatkan kesempatan mengikuti Refresher Course Penguatan Moderasi Beragama.
Tim UID yang memberikan materi adalah Kang Yoto, Frans, Sobhi, dan beberapa tim lainya. Refresher Course tersebut didampingi juga oleh Alisa Wahid. Kang Yoto merupakan Vice President I UID. Sebelum aktif di UID, ia dikenal sebagai salah satu sosok yang berhasil membangun daerah yang dipimpinnya, Bojonegoro. Saat menjabat Bupati Bojonegoro, Kang Yoto berhasil membangun dan mengelola Bojonegoro dari daerah tertinggal menjadi percontohan dunia dan mendapatkan ratusan penghargaaan. Atas keberhasilannya mengentaskan kemeskinan Endemik di Bojonegoro, beliau diakui sebagai satu-satunya ahli Pembangunan desa di Indonesia.
Tim UID, Shobi memperkenalkan bahwa yang melatarbelakangi Theori U karena ada tiga jurang kesenjangan utama dalam kehidupan manusia, yaitu:
- Jurang ekologis: penghancuran lingkungan di skala yang belum pernah terjadi-menyebabkan musnahnya alam.
- Jurang sosial: ketidakmerataan dan terpecahnya keutuhan umat manusia pada tingkat yang gila-gilaan menyebabkan tergerusnya keutuhan masyarakat.
- Jurang spiritual: semakin meningkatnya kejenuhan dan depresi-mengakibatkan hilangnya makna dan hilang-nya Diri. Yang saya maksud “Diri” dengan huruf “D” bukan ego diri saat ini, melainkan potensi masa depan tertinggi kita.
Penguatan Moderasi Beragama, Theori U merupakan kerangka besar instrumental yang sangat efektif dalam transformasi sosial berskala besar yang digunakan untuk membantu memahami konteks sistematik persoalan intoleransi dan keberagaman yang ekstrim, memahami mental model lama, dan menyusun kerja transformasi dengan mental model baru.
Kang Yoto berpesan kepada peserta bahwa pemimpin dan pelaku perubahan adalah meraka yang mampu Menggarap Ladang Sosial. Ladang Sosial yang dimaksud terdiri atas hubungan-hubungan antara individu-individu, kelompok-kelompok, dan sistem-sistem yang menghasilkan pola berpikir, bercakap dan berorganisasi, yang lantas menghasilkan keluaran praktis.
Hall senada juga diharapkan oleh Frans pada Refresher Course adalah titik poin yang harus dibangun adalah menggarap ladang sosial yang diawali dari diri kita masing-masing dengan Dimensi Spritual: Hadir Utuh, Sadar Penuh untuk menginternalisasikan nilai pada diri kita sebagai manusia dalam melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab. Sebagai penutup dalam refleksi, seluruh tim UID bersama seluruh peserta melakukan hening dan meditasi untuk menginternalisasikan nilai dalam Menggarap Ladang Sosial (r).