Ida Rsi Acharya Waisnawa Agni Budha Wisesanatha (Pembina Umum Paiketan Krama Bali, Griya Agung Segara Giri Nusa Dua, Bali)

Mungkin pepatah Bahasa Inggris berlaku di sini, “ Better late than never”. Sesungguhnya kalau bangsa ini “normal” dan harmonis, sejak bangsa ini merdeka seharusnya negara memberikan peninggalan nenek moyang kepada penerusnya untuk digunakan. Bukan malah mensterilkan situs tersebut dengan balutan UU Peninggalan Purbakala, lantas melarang umat Hindu melakukan ibadahnya di sana. Demikian juga terhadap situs-situs lainnya. Jangan karena monopoli dan politik tertentu umat Hindu dilarang untuk melakukan puja kepada para Dewa – dewi dan leluhurnya. Tentu sebuah kemajuan kalau Candi Prambanan diputuskan bisa digunakan sebagai tempat melakukan peribadatan. Sebagai daerah wisata, tentu saja mesti disinkronisasikan setelah Candi Prambanan menjadi tempat peribadatan. Jangan sampai segala biaya peribadatan dibebankan ke umat Hindu, namun pendapatan pariwisata masuk kas negara. Ini akan menjadi beban tambahan bagi umat Hindu. Hal ini mesti disikapi secara arif dan bijak. Selain itu, kajian akademik keberadaan peribadatan Hindu perlu dibuat untuk menjelaskan latar belakang historis Prambanan. Selamat kepada mereka yang mengupayakan hal ini terjadi. Ida Rsi cukup bangga ikut muput pada saat abhiseka (istilah odalan ) pertama beberapa waktu lalu, setelah seribuan tahun lebih ritual ini tak dilakukan. Ini sebuah realitas dan pertanda, bahwa, Hindu Nusantara tak terelakkan akan bangkit kembali !

Ida Bhagawan Nabe Agni Yogananda (Griya Santabana, Payuk, Tembuku, Bangli, Bali)
Saya rasa ide yang sangat bagus untuk untuk menjadikan Candi Prambanan sebagai tempat suci. Yang penting sebagaimana ajaran Hindu, hendaknya Hindu di Jawa khususnya mampu mengembangkan sikap terbuka. Tidak seperti yang belakangan berkembang, malah membawa semangat anti India dan sebagainya. Saran saya, benahi SDM-nya dulu, Jika SDM sudah siap, maka tamu dari luar negeri entah sebagai touris, bisnisman, ilmuwan atau yogi akan senang berwisata spiritual ke Prambanan.
Prof. Dr. I Putu Sudira (Gurubesar UNY Jogyakarta)

Dalam posisi bottom up, banyak usulan strategis perlu disiapkan lalu disusun dalam naskah akademik. Kajian mencakup perlindungan dan perawatan situs, pemanfaatan untuk kegiatan ritual keagamaan, spiritual global, pengembangan pariwisata, pengembangan bisnis, pengembangan moderasi beragama, pencitraan bangsa sebagai bangsa majemuk, dan yang tak kurang pentingnya untuk dunia pendidikan dan penelitian. Secara kesejarahan, Prambanan memberi ruang betapa tingginya peradaban Hindu pada masa Mataram Kuno. Umat Hindu perlu menggaungkan diri membangun CANDI PERADABAN dengan mindset baru yang semakin terbuka. Mengikis konflik-konflik internal, meningkatkan perluasan pembangunan manusia Tri Hita Karana sebagai kekuatan masa depan. Jika ada kesatuan ide, wilayah Prambanan bisa dijadikan sebagai pusat Pasraman Hindu Nasional dan dunia untuk kebangkitan kembalinya cahaya kekuatan Majapahit Kuno itu.

Prof. Dr. I Nengah Duija (Gurubesar Antropologi UHN I Gusti Bagus Sugriwa)
Jika ingin menggunakan candi Prambanan sebagai tempat melaksanakan ritual Hindu, ya, saya apresiasi artinya fungsi candi harus diklarifikasi terlebih dahulu. Apakah tempat pemujaan leluhur (candika) atau sebagai tempat suci. Pertama, konsekwensi sebagai tempat suci, wisatawan tidak boleh masuk di mandala utama. Kedua, konsepsi teologinya juga harus dikupas secara mendalam dari teks-teks Jawa Kuno, siapa sesungguhnya yang menjadi pusat orientasi di candi itu. Intinya perlu kajian arkeologi, filologi dan teologi Hindu Jawa
Drs. Putu Suasta, M.A (Budayawan)

Pertama, Prambanan bisa menjadi PUSAT HINDU NUSANTARA, Pusat orientasi dari kultur Hindu yang berbeda latar belakang di seluruh nusantara. Hindu supaya bisa bangkit. Simbolnya PRAMBANAN, PUSAT HINDU NUSANTARA. Kita punya umat Hindu Karo, Hindu Aceh, Hindu Dayak Kalimantan, Hindu Banten, Hindu Tengger, Hindu Jawa Jogya, Hindu Jawa Solo, Hindu Bali dan seterusnya. Kedua, PRAMBANAN sebagai simbol Hindu Nusantara, upacara keagamaannya yang bersifat nasional bisa diselenggarakan di Prambanan dengan beragam budaya sesuai daerah. Ketiga, secara politik kebudayaan, Prambanan adalah simbol Hindu Nusantara. Saya yakin, akan banyak umat yang leluhurnya Hindu Jawa Majapahit akan kembali ke kepercayaan leluhurnya. Jadi, ide yang hebat ini, harus kita perjuangkan. Hindu Bali tidak boleh menjajah Hindu di daerah lain karena Hindu sudah berkembang di daerah lain. Budaya umat Hindu di Nusanyara yang beragam adalah sebuah kebhinekaan yang perlu dipelihara. Oleh karena itu orang Bali jangan mengekspor Sulinggih dan banten ala Bali ke Jawa dan daerah lain. Biarkan ritual sesuai budaya setempat.

Ir. A.A. Ketut Sujana, MBA (Tokoh Desa Adat Legian, Kuta)
Menyoal gagasan Prambanan dijadikan destinasi wisata religi (Agama Hindu), barangkali dari komponen kepariwisataan Bali bisa memberikan kontribusi; melalukan link ke Pemerintah Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah; Lokasi Prambanan dekat dengan airport dan antara Jogya-Solo. Presiden Jokowi sudah meresmikan jalan toll dan Kereta Api khusus Jogya-Solo. Selain itu, budaya di sana sudah terpelihara. Sementara di Klaten sudah ada Sekolah Tinggi Agama Hindu yang segera dinegerikan. Ini merupakan modal pendukung usulan secara tertulis kepada pemerintah.
Ir. Ketut Darmika (Ketua Divisi Parhyangan Paiketan Krama Bali)

Saya sangat setuju. Candi Prambanan itu terindah se-Asia Tenggara. Pernah memberikan bukti saat gunung Merapi meletus, tak banyak abu yang mampir di sana, padahal di sekitarnya sudah hampir tertimbun. Demikianlah bahasa alam yang orang umum bilang benda mati. Gagasan ini sangat tepat untuk mengarahkan militansi kearifan lokal “di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung”. Sebagai orang Bali yang berwawasan Nusantara, saya sangat bangga dengan fenomena ini. Mari bangkit, bersatu dan maju bersama. Bersama kita bisa, di mana ada usaha, di sana ada jalan. Lakukanlah yang tepat dan terbaik. Rahayu Rahayu Rahayu.

Made Mendra Astawa (Ketua Forum Desa Wisata Prov. Bali)
Ide ini sangat bagus menguatkan posisi Hindu di tanah Jawa (kebangkitan). Yang perlu diperhatikan adalah gali kearifan setempat dalam pelaksanaan upakara sehingga mereka sangat mudah melaksanakan. Jangan bawa budaya Bali sepenuhnya ke Jawa agar tidak membebani masyarakat setempat.
Made Suastika (Pratisentana Manca Agung Buleleng, Bali)
Kita patut bersyukur atas rencana dibuka Candi Prambanan sebagai tempat suci umat Hindu, bahkan sebagai pusat wisata religi bagi umat Hindu se dunia. Mudah-mudahan apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Mendengar Candi Prambanan bulu kuduk saya merinding. Saya ingat pengalaman Tahun 2018 yang lalu, saat itu saya ikut rombongan BPBD Provinsi Bali studi banding kebencanaan bidang mitigasi.

Rombongan mampir ke Candi Prambanan untuk pertama kali dan begitu menginjakkan kaki di Pelataran Candi, sangat terasa auranya yang sejuk damai. Saya tidak tahu apakah itu hanya sugesti saya. Saat itu saya mencoba bertanya kepada petugas di sana “Apakah umat Hindu di sini sering melakukan persembahyangan ?” Petugas itu bilang “Tidak, hanya setahun sekali pada saat tawur Agung Kesanga”. Lalu saya lanjut masuk ke Candi Prambanan. Di dalam candi saya mencoba memejamkan mata sesaat. Aura damai sejuk dan getaran-getaran halus terasa, satu menit ketika saya buka mata, di depan terlihat sebuah Arca Dewa Siwa. Saya merasakan Beliau tersenyum. Kemudian saya melihat keliling ruangan di dalam candi, ternyata saya sudah sendirian di sana. Akhirnya saya cepat-cepat ke luar. Di luar bertemu dengan dua teman serombongan, Pak Nyoman Alit dan Jro Mangku Wayan Purwa terus lanjut ke Jaba Tengah menuju sebuah candi kecil. Di situ juga terasa getaran-getaran halus. Dua teman saya juga merasakan hal yang sama dan akhirnya keluar areal candi namun begitu baru lewat portal bulu kuduk terasa naik ke kepala terus ke ubun-ubun, kaki terasa berat melangkah, rasanya ada sesatu di balik kejadian itu. Saya balik langsung menyembah, mohon maaf, lanjut mohon diri untuk balik ke Bali.
“Prabanan for the Nation”

Nyoman Parta S.H, anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan, perindustrian, penanaman modal, dan koperasi UMKM menyatakan setuju Prambanan didorong menjadi salah satu simbol peradaban Hindu Dunia, tetapi perlu diingat status candi saat ini adalah dead monument, dikuasai dan dikendalikan oleh Pemerintah. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah strategis agar disamping tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku juga memiliki dampak positif yang berkelanjutan. Menurut Nyoman Parta, ada 3 (tiga) hal penting yang perlu diperhatikan : (1). Gerakan ini perlu disinergikan dengan rencana pemerintah yang menjadikan Borobudur sebagai salah satu dari destinasi wisata baru. Umat Hindu harus bisa meyakinkan pemerintah bahwa ada keuntungan strategis dengan memperluas destinasi wisata Borobudur ke Prambanan; (2). Keuntungan sebagaimana dimaksud poin 1 di atas harus dilandasi kajian akademik, tentang potensi wisatawan, penyerapan tenaga kerja dan perputaran uang yang berdampak secara ekonomi kepada masyarakat; (3). Menghindari penggunaan istilah atau tujuan yang sempit hanya untuk umat Hindu. Tetapi mendorong ke arah pemikiran yang lebih luas yaitu kepentingan bangsa. Maka tagline “Prabanan for the Nation” misalnya menjadi penting. Sejalan dengan itu, Prambanan sebaiknya tidak didorong untuk menjadi tempat ibadah umat Hindu, melainkan sebagai Destinasi Wisata Spiritual dunia.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Prajaniti, K.S Arsana saat menjadi narasumber Webinar Internasional “Dharma Rising” bersama tokoh-tokoh Hindu dunia mengajak semua warga Hindu di dunia untuk mendukung upaya-upaya warga Hindu di Indonesia untuk menjadikan Candi Prambanan agar kembali menjadi Pusat Peradaban Hindu di dunia. “Dengan demikian, Candi Prambanan akan menjadi monumen hidup yang menyebarkan indahnya pesan-pesan Weda bagi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia termasuk bangsa Indonesia,” ujar KS Arsana. (*)