Berpegang pada Motto Unud : “Taki Takining Sewaka Guna Widya”
Mewujudkan Sinergi  Teknologi dan Kebudayaan Bali

Prof. Dr. Ir. IGN Nitya Sanhthiarsa, M.T (Tengah pake toga) diapit oleh Agus Maha Usadha (Kiri) dan Drs. I Ketut Ngastawa, S.H saat Pengukuhan Gurubesar Unud, Sabtu, 16 September 2023 lalu di Kampus Unud Jimbaran

Oleh : Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, M.T

PERGURUAN  Tinggi termasuk Universitas Udayana (UNUD) mempunyai tanggung jawab untuk mencetak para sarjana di semua level ( S1, S2, dan S3). Para sarjana ini dididik agar memahami benar, apa yang dimaksud dalam motto “Taki Takining Sewaka Guna Widya”, orang yang menuntut ilmu (para sarjana) wajib mengejar ( belajar dan menerapkan) ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta nilai-nilai kebajikan. Kebajikan yang dimaksud utamanya adalah mengamalkan iptek yang dikuasai untuk kepentingan kemajuan bangsa dan negara serta masyarakat secara luas.  Iptek sendiri adalah bagian dari kebudayaan, bagian yang paling dinamis dan penuh daya cipta sehingga dewasa ini perkembangan iptek menjadi lokomotif bagi upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

Prof. Dr. Ir. IGN Nitya Santhiarsa, M.T ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Teknik Unud

Terkait dengan motto UNUD itu, menurut saya, setidaknya ada 3 syarat yang mesti dilakukan untuk menjadi yang terbaik atau terkuat dalam suatu bidang kehidupan.

Pertama, berusahalah menjadi perintis atau pelopor. Orang yang pertama kali menciptakan, menemukan dan mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, seperti menjadi pencipta komputer, penemu pesawat terbang, menjadi orang pertama mendarat di bulan dan sebagainya. Usaha ini yang paling sulit untuk dilakukan, karena membutuhkan sumber daya yang luar biasa.

Kedua, berusahalah menjadi yang utama yaitu berhasil meraih prestasi puncak, seperti menjadi juara pertama dalam lomba Pemilihan Putri Indonesia, meraih medali emas di Kejuaran atletik dunia, berhasil memecahkan rekor dunia tertentu, dan sebagainya. Usaha ini cukup sulit, karena melalui proses seleksi dan persaingan yang ketat.

Ketiga, berusahalah menjadi yang unik, yaitu memiliki ciri khas yang kuat dan berbeda sehingga mudah dikenali atau populer di kalangan banyak orang, seperti penyanyi wanita yang bersuara berat, pesepak bola sekaligus model iklan, orang yang bisa berkomunikasi dengan lima bahasa dan sebagainya. Cara ini relatif lebih mudah dibandingkan dua cara sebelumnya. Jadi, ada tiga cara untuk menjadi yang terbaik atau pemenang dalam gemuruhnya persaingan, dimana ketiga cara ini berdasar pada motivasi, semangat dan ambisi yang kuat. Seperti anjuran kalimat bijak, mulailah dari yang mudah, maka upaya untuk menjadi yang terbaik bisa dimulai dari bagaimana menjadi yang unik.

Prof. Dr. Ir. IGN Nitya Santhiarsa, M.T bersama istri (Dr. IGA Alit Suryawati, M.Si) saat pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Fak Teknik, Unud

Bali sudah terkenal ke seluruh dunia dengan kebudayaannya yang unik, sebuah kebudayaan yang dijiwai oleh ajaran dan nilai Agama Hindu, namun menghormati prinsip-prinsip agama yang lain (pluralis), memiliki sistem politik, sistem perekonomian dan sistem kekerabatan  sendiri, mempunyai pola kesehatan dan medis yaitu Ayur Veda dan Usada Bali, memiliki sistem kesenian yang estetik seperti Bahasa dan Sastra Bali, serta sangat adaptif pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kebudayaan yang ada saat ini bukan hanya dipandang sebagai penanda atau identitas sebuah masyarakat namun juga sudah dipandang sebagai modal dan aset yang bernilai tinggi yang bisa diolah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian jangan sampai kebudayaan yang luhur ini sampai hilang, sebaliknya harus dijaga dan dikembangkan sedemikian rupa agar tetap menarik sepanjang masa dari generasi ke generasi.

Dengan cara apa kebudayaan Bali yang unik ini bisa dikembangkan?  Salah satu  cara yang efektif adalah mensinergikan kemajuan semu aspek kebudayaan utamanya mensinergikan kemajuan iptek dengan keenam aspek kebudayaan Bali lainnya. Jadi, dalam hal ini aspek iptek menjadi sentral atau lokomotif penggerak bagi pengembangan kebudayaan Bali secara utuh menyeluruh. Hal yang sama pernah dilakukan oleh Bangsa dan Negara Jepang ketika melakukan Restorasi Meiji pada tahun 1868 yang berhasil membawa Kekaisaran Jepang menjadi bangsa dan negara yang kuat dan unggul hingga sekarang.

Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, M.T

Sebagai bagian dari Civitas Academica Universitas Udayana, lembaga pendidikan tinggi tertua di Bali, saya mempunyai tanggung jawab untuk terlibat aktif dalam menjaga dan memperkuat Kebudayaan Bali, apalagi ketika juga mengemban amanat sebagai Guru Besar atau Profesor. Setelah mengabdi selama tiga dasa warsa, akhirnya per tanggal 1 Juni 2023, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan SK Pengangkatan Guru Besar Tetap  kepada saya, Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, M.T dalam bidang Ilmu Teknik Mesin – Teknologi Rekayasa Material Maju.  Apa yang menjadi perhatian atau penekanan dalam bidang ilmu ini?  Teknologi Rekayasa Material Maju adalah ilmu yang mempelajari beragam proses rekayasa dalam pembuatan material maju dan cabang dari Ilmu Material Teknik, dimana material teknik sangat beragam jenisnya, yang makin bertambah seiring dengan kemajuan iptek,  mulai dari material keramik, material logam, biomaterial, material polimer, material komposit hingga beragam jenis material hasil rekayasa. Material Maju adalah material modifikasi dari jenis material yang sudah ada untuk memperoleh performa yang superior pada satu karakter atau lebih. Dalam hal ini, bila suatu material maju diolah dengan baik, akan dihasilkan nilai (value) yang lebih besar dan unggul dibandingkan dengan material yang ada sebelumnya.

Dewasa ini, kebutuhan manusia akan bahan-bahan dan energi sangat besar dan berkelanjutan, pada semua bidang kehidupan, sehingga menjasi logis dan nyata bahwa semua rekayasa teknologi untuk pengolahan, baik bahan dan energi sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk dikembangkan, termasuk teknologi rekayasa dalam produksi material maju, dimana  salah satu jenis material maju adalah material komposit. Material komposit banyak ragamnya, ada komposit logam, komposit keramik, komposit polimer, biokomposit dan sebagainya. Ada pun material komposit yang menjadi fokus penelitian beberapa tahun terakhir adalah biokomposit  dan komposit polimer.

Ada beberapa alasan terkait hal ini. Pertama, ada upaya sistematis untuk memanfaatkan sumber daya bahan alami dan lokal untuk bahan penguat atau pengisi komposit seperti serat ijuk, serat kelapa, serat bambu, serat pisang, serat agel, serat rami dan lain-lain. Kedua, ada upaya untuk meningkatkan kekuatan fisik dan mekanik  dari bahan-bahan serat tadi, dengan bantuan rekayasa efek kimia, fisika, maupun dengan aplikasi teknik tenun atau anyaman (tekstil). Ketiga,  upaya peningkatan mutu material komposit lewat rekayasa pada mesin produksinya, seperti penggunaan mesin cetak komposit dengan pompa vakum yang diotomatisasi dan di-digitalisasi. Jadi dengan beberapa rekayasa di atas diharapkan kualitas produk lebih baik yaitu lebih kuat dibandingkan tanpa direkayasa. Berikut ini, akan dibahas teknologi rekayasa apa saja yang dilakukan dan bagaimana hasil proses rekayasa tersebut.

1. Rekayasa Teknologi Tekstil untuk Penguat Material Komposit

Satu hal yang menarik perlu disampaikan di awal, bahwa pada riset ini ada upaya untuk mensinergikan antara teknologi rekayasa dengan kearifan lokal atau budaya Bali. Dimanakah posisi budaya lokal tersebut ? Pertama, ada pada penggunaan serat alam produk local;  Kedua, ada pada pemanfaatan teknik dan pola tenun khas Bali. Proses rekayasa teknologi tekstil untuk penguat material komposit secara ringkas dinyatakan dalam gambar di bawah ini:

Pada riset ini,  serat tali agel dan benang katun ditenun agar membentuk kain, tali agel berdiameter 1 mm sebagai  pakan dan benang katun sebagai lusi. Selanjutnya perlakuan permukaan dengan rendaman larutan NaOH untuk menghilangkan kotoran dan lignin dari serat, dibersihkan dan dikeringkan, setelah itu siap sebagai penguat dalam cetakan komposit.

 2. Rekayasa Otomatisasi dan Digitalisasi Alat Cetak Vakum Material Komposit

Pada riset ini, juga dilakukan upaya sinergi antara teknologi rekayasa dengan tradisi cetak yang menggunakan pompa vakum  dengan yaitu pada  rekayasa teknologi otomatisasi dan digitalisasi, sehingga mesin pompa vacuum bisa dikendalikan, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh (dapat mengatasi kendala jarak dan waktu). Selain itu, dengan pengendalian yang baik, pengaruh udara bebas yang sering terjebak dalam proses cetak komposit, yang menggunakan teknik roll tekan dan cetak tekan dapat diminimalkan, sehingga sedikit sekali void yang terbentuk, dengan demikian kekuatan material hasil cetakan bisa bertambah baik.

Dalam hal ini dilakukan rekayasa teknologi otomatisasi yaitu penambahan sensor tekanan dan pengaturan saklar on off arus listrik, agar dapat mengendalikan kerja mesin pompa vacuum sesuai standar tekanan yang diberikan (pemberian tekanan vakum tergantung pada kekentalan dari resin). Kemudian, ada tambahan teknologi rekayasa digitalisasi berupa aplikasi sistem android atau Internet of Things (IoT) sehingga kendali mesin vakum terkoneksi lewat internet, dimana proses pengendalian bisa dilakukan dengan smartphone yang berarti dikendalikan dari jarak jauh.

Penerapan teknologi tekstil berupa anyaman atau tenunan, makin menambah kekuatan tarik maupun bending dibandingkan dengan komposit dengan bahan penguat yang sama, namun masih dalam bentuk serat yang bebas. Hal ini karena adanya ikatan atau saling kait secara fisik, sesuai pola tenun atau anyaman, baik arah lusi dan pakan, sehingga antar serat, benang dan tali  tidak mudah bergeser satu sama lain. Perlakuan permukaan pada serat dengan larutan NaOH berkadar tertentu juga dapat meningkatkan kekuatan serat dan anyaman, karena berbagai kotoran dan lignin pada permukaan serat dan anyaman dapat dihilangkan serta sekaligus memperbanyak pori-pori pada permukaan serat yang meningkatkan sifat adhesive. Kemudian, dengan penerapan otomatisasi dan digitalisasi pada proses cetak vakum komposit, pengaruh udara bebas yang sering terjebak dalam proses cetak dapat diminimalkan, sehingga sedikit sekali void yang terbentuk, dengan demikian kekuatan material hasil cetakan bias bertambah baik.

Inilah salah contoh upaya sinergi iptek dengan kebudayaan Bali, untuk memanfaatkan sumber daya lokal guna memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat. Kita berharap upaya sinergi ini dapat diterapkan dalam skala yang lebih luas dan terintegrasi serta diakomodasi dalam berbagai kebijakan pemerintah.  Aplikasi iptek yang bersinergi dengan kebudayaan Bali ini, saya persembahkan guna mewujudkan Moto Universitas Udayana : TAKI TAKINING SEWAKA GUNA WIDYAMengabdikan diri dengan sungguh-sungguh pada kebajikan dan ilmu pengetahuan (*). 

 

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email