Persiapan Agar Terlahir Menjadi Manusia

Drs. Nengah Maharta, M.Si

Oleh : Drs. Nengah Maharta, M.Si, Lampung

Om Swastyastu,
Bila Atman kita tidak mampu mencapai mokhsa, maka ia akan terlahir kembali ke dunia ini. Karena itulah, kita harus berusaha mengumpulkan karma baik secara berlimpah sesuai tuntunan dharma. Ada 7 (tujuh) target yang mesti kita capai agar terlahir kembali menjadi manusia yang baik dan (kalau bisa) sempurna.

1. Terlahir Menjadi Manusia
Terlahir menjadi manusia sangat sulit dan sungguh sangat beruntung, karena dapat memperbaiki dirinya untuk mokhsa. Dewa-Dewi saja kalau mokhsa harus lahir menjadi manusia [Sarasamuscaya, 4 & 6].
Kita sebagai manusia sesungguhnya sudah mengalami reinkarnasi berulang kali, bahkan sampai milyaran tahun berkelana dari satu badan fisik ke badan fisik lainnya. Dalam kelahiran itu tidak selalu lahir menjadi manusia. Banyak orang pada kehidupannya terdahulu sebagai manusia, tetapi pada kehidupannya sekarang terlahir menjadi binatang bahkan banyak menjadi makhluk alam bawah. Jumlah penduduk Alam gaib (Niskala) 3 (tiga) kali lipat dari jumlah penduduk di dunia nyata ini (Guru Anand Krishna).
Kelahiran terpuruk saat ini terjadi karena saat kehidupannya terdulu tidak banyak melakukan karma baik berdasarkan dharma. Agar pada kelahiran mendatang tetap lahir menjadi manusia, maka jangan menyakiti makhluk lain dan berbuat baiklah kepada sesama dan makhluk lain. Saat hidup ini, kalau suka menyakiti makhluk lain, tidak akan pernah berbahagia di dunia ini [MDS.IV.170]. Oleh karena itu, lakukan karma baik sebanyak mungkin dan ikutilah petunjuk dharma dalam hidup ini. Karena dharma adalah jembatan menuju alam Surga/Mokhsa (Sarasamuscaya, 14).
2. Terlahir Berjodoh dengan Ajaran Dharma
Apa yang kita alami di dunia ini tidak ada yang kebetulan, tetapi pasti ada kaitannya dengan karma saat kehidupan masa lalu. Banyak di antara kita tidak menyadari tentang pentingnya ajaran kesucian (kebajikan) yang dapat membuat diri kita cepat sadar. Sepertinya hanya orang-orang yang memiliki suratan karma baiklah akan cepat tersentuh, bila ada yang memperdengarkan dan memperlihatkan ajaran kesucian (kebajikan). Ibarat besi berada di sekitar magnet, besi akan mengalami tarikan yang kuat oleh magnet itu. Begitu juga diri kita, hanya orang-orang beruntung akan tertarik dengan ajaran kesucian (kebajikan) itu. Artinya kita berjodoh dengan ajaran kesucian (kebajikan) yang bersumber dari dharma itu.
Sementara banyak orang tidak peduli terhadap ajaran kebajikan itu, walaupun sudah diperdengarkan dan diperlihatkan kepada mereka, tetapi mereka sama sekali tidak tertarik dan tak peduli. Bahkan ada yang menolaknya. Kitab Wrhaspati Tattwa, 25.7, dalam Swastikarana (Buku Pedoman Beragama Hindu yang dikeluarkan Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2013), bahwa dharma adalah:
(1). Sila ngarania mangraksa, yaitu melakukan kebiasaan-kebiasaan baik/rahayu.
(2). Yajna ngarania mangadakaken Agni Homa , yaitu melakukan yadnya Agni Homa.
(3). Tapa ngarania umatin indryania, yaitu secara terus-menerus menahan diri dari hal-hal yang tidak baik.
(4). Dana ngarania paweweh, yaitu membangun sifat suka memberi.
(5). Prawrajya ngarania wiku ansaka, yaitu mencari Guru Suci [Brahmana Sista/Acarya].
(6). Bhiksu ngarania diksa , yaitu selalu melakukan penyucian-penyucian diri (Saucam ).
(7). Yoga ngarania magawe samadhi (sama : seimbang, dhi : budhi. Samadhi artinya keseimbangan budhi).
Seorang yang tidak menjalankan Dharma dalam hidupnya, tidak akan pernah berbahagia di dunia ini [MDS.IV.170].
3. Terlahir di Lingkungan yang Aman dan Damai
Terlahir di lingkungan yang banyak kejahatan dan kekerasan tentu akan mempengaruhi kehidupan, sehingga sangat sulit untuk mengembangkan kesadaran. Untuk menghindari lahir di tempat yang jahat dan keras, jangan sampai kita terlibat kekerasan dan kejahatan. Jangan pernah memiliki sifat pemecah belah (propaganda) hanya ingin memenuhi ambisi pribadi. Hindari memfitnah, menghasut, saling menghina, saling merendahkan, dan saling membenci. Karena hal ini merupakan sumber keributan dan kekerasan. Efeknya akan terbawa saat lahir dikemudian hari.
4. Terlahir di Keluarga Baik dan Suci
Jika kita terlahir di keluarga yang moralitasnya kurang baik, maka untuk memperbaiki karma yang kita bawa dari kehidupan lalu akan sulit kita tebus. Ada 16 dosa yang kita bawa ke dunia ini, sehingga perlu ditebus, belum lagi harus mengumpulkan karma baik yang berlimpah. Dengan terlahir di keluarga tidak baik dan tidak memiliki kesucian, maka akan sulit untuk mengumpulkan karma baik. Apalagi terlahir di keluarga pemabuk, penjudi, dan suka berselingkuh, dll, maka cepat atau lambat pasti akan kena pengaruh, sehingga sangat sulit untuk meningkatkan kesadaran dan kesucian. Atman yang terlahir ke dunia ini, akan mengambil badan fisik pada seseorang yang memiliki Energi Kebaikan (Kesucian) yang sama.
Sebagai contoh, bila Atman seseorang yang akan lahir ke dunia memiliki Energi Kebaikan (Kesucian) 60%, maka Atman itu akan mencari orang-orang yang ada di dunia ini yang memiliki Energi Kebaikan (kesucian) 60 % juga. Inilah contoh hukum sebab-akibat (hukum karma). Agar dapat terlahir di keluarga yang baik dan memiliki kesucian, jauhilah semua bentuk kemaksiatan, karena kebiasaan apa yang kita lakukan pada kehidupan sekarang ini, akan sama seperti itulah kehidupan kita saat terlahir kembali nanti.
Hendaknya kita harus berusaha keras untuk menundukkan dengan hati-hati 10 sifat buruk dari kesenangan/hobinya [berburu, berjudi, tidur siang, mencari kesalahan orang lain, berlebihan wanita, mabuk-mabukan, menari, menyanyi, musik, dan bepergian tidak ada manfaatnya] dan 8 macam kejahatan yang timbul darinya [membual, kejam, dengki, cemburu, memfitnah, merampas harta orang lain, menghina, dan menyerang] karena semuanya akan berakhir dengan penderitaan [MDS. VII.47].
Lakukanlah karma-karma baik sesuai petunjuk dharma. Orang yang melakukan perbuatan baik, kelak akan lahir dari Swargan (Alam Dewa), berspiritual tinggi, menjadi rupawan, gunawan, muliawan, hartawan, dan punya kedudukan baik di masyarakat [Saramuscaya, 21].
5. Terlahir di Keluarga Berkecukupan Ekonomi
Jika terlahir di keluarga melarat, maka sebagian besar waktu akan dihabiskan untuk mencari kebutuhan hidup, sehingga tidak ada waktu untuk berbuat baik (kebajikan). Sebaliknya, jika terlahir di keluarga mampu secara ekonomi, maka kita akan memiliki waktu untuk melakukan perbuatan baik seperti mempelajari dan mempraktekkan ajaran Dharma secara mendalam. Dalam hidup sekarang ini, kita supaya berusaha mendapatkan harta dan cara menggunakannya sesuai dengan petunjuk dharma. Kumpulkanlah kekayaan itu dengan seratus tanganmu, setelah Engkau mendapatkannya, dharmakanlah kekayaan itu dengan seribu tanganmu [Atharva Veda, III.24.5].
Tetapi, janganlah mencari harta dengan cara tidak baik. Sebab, seorang mendapatkan kekayaan dengan cara curang, tidak akan pernah berbahagia di dunia ini [MDS, IV.170]. Begitu juga dalam menggunakan harta juga sesuai petunjuk dharma. Harta yang diperoleh harus dibagi 3 (tiga) yaitu: untuk Dharma, Artha, dan Kama [Sarasamuscaya, 262].
Begitu juga, 1/20 [5 %] dari penghasilan bersih tiap bulannya, supaya disumbangkan (didanakan) secara horizontal kepada orang lain (menjadi orang tua asuh), membantu suatu lembaga (membantu pasraman, membantu panti asuhan/jompo, membantu orang yang menyebarkan dharma), dll. Dana 5 % dari penghasilan itu tidak termasuk untuk urusan Vertikal (Tri Rna), karena Tri Rna merupakan kewajiban membayar hutang. Dana sebesar 5% itu adalah hak orang lain yang memerlukan, bila kita pakai untuk diri sendiri, maka kita tergolong rakus [Rakus tergolong dosa, BG.XVI.21]. Orang yang tidak mau berdana tidak lain seperti orang mati, bedanya dengan mayat hanyalah masih bernafas, tidak bedanya dengan pompa apinya pande besi [Sarasamuscaya, 179]. Bila dalam kehidupan sekarang, kita kikir dan pelit, maka kelak akan terlahir di keluarga miskin.
6. Terlahir Sehat Fisik
Agar dikemudian hari terlahir secara sempurna, pada kehidupan sekarang jangan pernah menghina dan mencampakkan orang lain yang memiliki cacat fisik. Kalau ada keluarga memiliki cacat fisik uruslah dengan baik karena di dalam dirinya nya ada Atman. Begitu juga, jangan pernah menyakiti dan melakukan kekerasan fisik kepada makhluk lain, apalagi sampai membunuhnya. Karena cara hidup seperti ini akan terbawa saat kehidupan dikemudian hari.
7. Terlahir Berjodoh dengan Guru Suci
Salah satu kemewahan orang-orang spiritual yang langka dalam hidup ini adalah berjodoh dengan guru suci. Dengan berguru dalam satu kehidupan, maka dengan cepat mengalami kemajuan kesadaran. Karena Guru Suci dapat menghilangkan kegelapan [Gu : gelap, Ru: menghilangkan]. Guru Suci juga membantu diri kita untuk menuju Alam Moksha [MDS, II.233]. Cara lain yang harus kita lakukan adalah jangan pernah merendahkan Guru Suci, menghina Ista Dewata yang menjadi idolanya orang lain, dan menghina semua orang suci lainnya. Jangan pernah menghasut orang agar tidak ikut memuja Ista Dewata orang lain, karena tidak sesuai dengan apa yang kita punya.
Kata-kata atau sifat buruk terhadap Ista Dewata, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan sangat berbahaya secara hukum karma, apalagi mengatakan sesat. Karena karma buruk ini sudah menutup pintu diri-sendiri dari pembimbing (Guru Deva) dan pelindung Alam Semesta ini. Kita harus menghormati Guru Suci dan Ista Dewata yang menjadi idola atau pujaan orang lain.
Begitu juga simbol-simbol Ista Dewata baik berbetuk gambar dan arca, Pustaka Suci, dll. harus ditempatkan di tempat yang suci. Demikian juga, semua bahan persembahan setelah jadi lungsuran (prasadam) jangan dibuang pada tempat sampah, tetapi dikumpulkan dan dibakar. Abunya bisa ditaburkan di Merajan/Sanggah, pekarangan, kebon dan di laut. Begitulah menjaga hidup ini agar kita tidak kena kutukan dan dosa. Om Tat Sat Swaha Hari Om Tat Sat Swaha. Om
Om Santih, Santih, Santih Om
Sumber :
1. I Nyoman Kurniawan.2014. Samsara Perjalanan Sang Atman. Rumah Dharma Hindu Indonesia. Bali.
2. Nengah Maharta dan Ni Wayan Seruni. Cetakan 2018. Pedoman Praktis Beragama Hindu Menuju Bahagia dan Damai. CV. Seruni Bandar Lampung

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email