Puncak Acara Gema Perdamaian XIX Tahun 2021
Sejumlah Tokoh Nasional Hadir Dalam Dialog Damai

Puncak acara GP XIX Tahun 2021 pada 9 Oktober 2021 kemarin menghadirkan para tokoh nasional seperti : Menteri PPA RI, I Gst Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si; Roslan Ruslani mantan Ketua Kadin, 2015-2020, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, S.H, M.IP,  Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Dr. Agung Ari Dwipayana, M.Si; Artis Tiga Jaman, Eyang Titiek Puspa, para SC Gema Perdamaian seperti Dr. Ir. A.A.P. Agung Suryawan, Ph.D;  Dr. Gusde Kade Sutawa, S.E, MBA; para Pandita penggagas GP dan tokoh Bali serta mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi.  Tak kurang dari 650 peserta hadir di ruang virtual. Kehadiran sejumlah tokoh menjadikan puncak GP lebih meriah dan penuh makna.

Ketua Panitia, I Made Perwira Duta, SS, CHA menyatakan, Tahun 2021 tatkala pandemi Covid-19 belum juga reda, Komunitas Pengayah Gema Perdamaian (GP) semakin bersemangat untuk berkiprah menggemakan perdamaian. Ia melaporkan, GP tahun ini dimeriahkan melalui berbagai edukasi, literasi dan lomba untuk menggemakan Gema Perdamaian seperti :  (1) Lomba kreativitas damai; (2) Meditasi Damai 29 Agustus 2021 secara online dari 22 kota oleh ratusan peserta; (3) Yoga damai 31 kota di seluruh Indonesia; (4) Gerakan sosial pembagian sembako Agustus – saat ini akan diselenggarakan terus; (5) Pemilihan Putra Putri Ambassador Damai yang akan grand final dalam waktu dekat; (6) Bincang damai, pendalaman damai 22 September 2021 serangkaian Hari Perdamaian Internasional 21 September; (7) Puncak acara GP, 9 Oktober 2021.

Perwira melaporkan bahwa semua kegiatan dibiayai secara gotong royong. “Kami ucapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi. Terima kasih yang setulus-tulusnya kami sampaikan kepada seluruh panitia dan pengarah atas kerja kerasnya siang dan malam untuk mensukseskan seluruh rangkaian acara Gema Perdamaian” ujarnya. Dia berharap, agar damai akan bisa menggema dari Bali ke seluruh dunia.  Acara puncak GP yang dipandu oleh dr. Laksmi Duarsa, Sp.KK ini diisi dengan doa oleh Guru Suci Dharma.

 

Salah satu pendiri dan pengarah GP, Ida Rsi Wisesanatha menegaskan dalam key note speechnya bahwa beberapa prinsip terkait pentingnya menggemakan perdamaian. Berikut kutipannya. Saya ingin menyampaikan ketertarikan saya terhadap tagline GP bahwa “Damai itu Indah, Damai itu Upaya”. Saya sangat sepakat dengan pernyataan ini. Tagline ini memiliki makna sangat dalam dan inspiratif.  Hati yang dalam terasa indah, adab yang damai menciptakan keindahan, sebaliknya pula adab atau suasana indah memberikan  kedamaian. Saya yakin kita semua cinta damai. Kita bisa melihat senyum mereka mengembang di kala damai. Kita akan semakin mendambakan kedamaian manakala damai itu menjadi barang langka atau bahkan tiada. Ibarat butuh seteguk air saat dahaga kita berada di gurun pasir. Kita masih bisa menikmati kedamaian dan adab namun tanpa berusaha basa – basi atau menutupi kenyataan apalagi munafik bahwa ada fenomena  riak-riak yang bukan tak mungkin kalau tak dikontrol dengan baik akan bisa menimbulkan situasi yang tak kondusif.. Kita sangat perlu tindakan tegas dari pemerintah karena hanya pemerintah yang punya kewenangan tindakan tegas & memaksa. Menjaga kedamaian dan adab keindahan kehidupan adalah upaya kita bersama, bukan upaya kelompok orang saja. Jangan sampai ada kelompok yang berusaha agar negara ini tidak damai. Tiadanya damai jelas akan mengakibatkan perpecahan.  Damai adalah panggung budaya kita semua. Hendaknya kita belajar dari kejadian-kejadian yang menimpa negara-negara yang  seperti Suriah, Somalia, Yaman, Pakistan, Korut, mereka sering dilanda perang saudara, mereka berperang dengan bangsanya sendiri,  tak ada kedamaian, tak ada toleransi dan sungguh menyedihkan. Banyak anasir-anasir yang bekepentingan agar negara kita tidak maju, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu aranya adalah dengan menunggangi konflik yang ada agar terjadi perang saudara seperti di negara yang saya sebutkan tadi. Ini sungguhlah menyedihkan. Jangan sampai hal itu terjadi. Kemajemukan itu indah jika dihargai dan ditata. Manakala kemajemukan itu tidak diatur akan terjadi konflik. Kita semua cukup terdidik terhadap tantangan. Bangsa ini paling majemuk di dunia.  Dengan mengetahui dan menghayati ini, maka kita akan serta merta akan paham bagaimana kita mesti bersyukur kepada Tuhan bahwa Pancasila adalah anugerah kepada kita. Bila kita ingin NKRI utuh dan kuat, maka Pancasila harus semakin kokoh dan kuat. Kita semua yang hadir di sini adalah insan yang peduli akan pentingnya damai. Saya yakin semua akan sepakat dan komit mengupayakan damai walau sekecil apa pun upaya itu. Dari struktur berpikir dan tujuan menjaga damai, ada yang bisa kita lakukan  mulai hari ini yaitu dengan suatu yang sangat sederhana dan saya yakin semua bisa melakukannya yaitu dengan senyum yang bisa menciptakan damai. Senyum yang tulus yang melembutkan budi pekerti anda dan membuat kita lebih ikhlas. Dengan senyum anda akan ikut menciptakan damai.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si,  memberikan apresiasi kepada Kelompok Gema Perdamaian. Perdamaian adalah syarat dari kesehatan, kesetaraan dan kemanan manusia. Pentingnya perdamaian telah menjai perhatian dari para pendiri bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea keempat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan NKRI ini adalah salah satunya untuk menciptakan perdamaian dunia dan keadilan sosial. Melalui konstitusi itu pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan rasa aman dan melindungi dan menjamin kesetaraan kepada seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Namun sayang, berbagai indeks dan data menunjukkan bahwa perempuan dan anak yang mencapai 50 % dan sepertiga dari penduduk total populasi Indonesia belum mendapatkan hak-haknya setara setara. Dalam situasi yang tidak aman, perempuan dan anak menjadi kelompok yang paling rentan. Ini terjadi karena konstruksi sosial yang masih dipengaruhi oleh budaya patriaki  yang melahirkan ketimpangan jender. Ketimpangan jender inilah menyebabkan perempuan dan anak mendapat stigmatisasi dan diskriminasi dan mendapatkan kekerasan berbasis jender. Walaupun perempuan dan anak dalam kenyataannya rentan dalam konflik, namun partisipasi mereka merupakan kunci dari terciptanya perdamaian. “Kami mendorong semua pihak yang memiliki perhatian untuk terciptanya perdamaian agar selalu mengikutsertakan perempuan dan anak. Dengan demikian perdamaian yang diidamkan dapat terwujud” ujar Bintang Darmawati. Menurutnya, tanpa kerjasama yang antarsektor baik itu pemerintah, akademisi, profesional, dunia usaha, media, para tokoh, maka apa pun yang kita usahakan tidak akan dapat tercapai dengan maksimal. Beliau mengajak, marilah kita himpun kekuatan dan tatap tujuan yaitu duniayang damai dan sejaetera bagi semua. “Menuju damailah negeriku sehat dan kuat bangsaku” ujarnya mengakhiri pemaparannya.

Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Dr. AAN Ari Dwipayana, M.Si, mengaku merasa terhormat dapat berbicara dalam dialog damai di antara para pecinta damai. Suara pencinta damai harusnya lebih keras dari para pencinta kebencian. Oleh karena itu forum ini sangat penting bagi kita semua. Perdamaian bukan sesuatu hal yang harus kita kerjakan sendiri, namun harus kita kerjakan secara bersama-sama. Saya teringat sebuah surat , tahun 1.133, seorang fisikawan besar dunia Albert Einstein yang diberikan kesempatan untuk menulis surat kepada ilmuan yang lain yaitu Sigmon Freud dengan dimulai dengan kegelisahan yang dialami oleh Einstein. Kenapa manusia  memiliki kebiasaan untuk berperang. Jawaban Freud, manusia ada dua instink yakni kebencian membunuh dan instink cinta kasih, bersatu dan saling menjaga. Instink yang bersifat merusak dan membangun. Semua ajaran agama mengajarkan konsep cinta kasih. Orang Hindu mengakhiri salam dengan Shanti (damai). Kenapa kedamaian itu menjadi persoalan serius yang jauh dan sulit diperjuangkan padahal itu inherent dengan ajaran agama. Pandemi Covid-19 merupakan momen penting untuk merefleksi bagaimana memperjuangkan perdamaian. Ajaran Hindu mengingatkan umatnya betapa pentingnya perdamaian itu. Kata damai harus sering diucapkan. Menyuarakan atau menggemakan shanti perlu terus-terus dilakukan. Negara-negara yang mengalami kegagalan adalah negara-negara yang tidak mampu memelihara perdamaian sehingga ekonominya tidak bergerak. Oleh karena itu perdamaian adalah salah satu syarat untuk mendapatkan amerta. Perdamaian sulit diwujudkan kalau tidak ada literasi dan edukasi. Orang mudah tersulut emosi kalau literasinya dan edukasinya lemah. Di Hindu ada konsep wicaksana. Ketiga, kita perlu pelembagaan ekonomi, hukum yang lebih baik. Perdamaian adalah salah satu syarat untuk mendapat kehidupan. Ia menambahkan, kita perlu dialog perdamaian dalam karya, bagaimana kita menyelesaikan masalah-masalah bersama.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, S.H, M.IP mengambil contoh ritual dan budaya Bali. Orang beribadah di Bali ditonton karena dinilai indah. Ganjar memandang perlunya merawat Indonesia, merawat budayanya. “Garda terdepan dari Benteng Pancasila adalah kita: ujar Ganjar. Indonesia memiliki bonus demografi yang sangat besar menuju 2045. Bagaimana perbedaan itu ada. Ganjar bersama Yeni Wahid mendeklarasikan Desa Damai. Penduduk Indonesia 27 % generasi Z. Generasi ini melek teknologi media, maka kalau salah literasinya maka akan mereka akan tersulut. Ganjar menghargai perbedaan dengan menggunakan baju adat nusantara. Pemerintah menjadi contoh dalam menggunakan baju adat. Narasi di media sosial yang dinikmati oleh generasi Z mesti yang baik-baik. Terlebih lagi Indonesia memiliki visi Indonesia Emas 2045. Dengan adanya berbagai gangguan, maka semua harus mengamil peran. Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya. Indonesia akan berangkat menuju 2045.  Visi politik, kepribadiannya, ekonominya bagus. Ganjar mencontohkan “Jogo Tonggo” yakni saling menjaga antar tetangga. Jogo Tonggo mampu menginspirasi antar tetangga yang menumbuhkan semangat kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini solidaritas antartetangga, ini adalah praktek Pancasila. Contoh lain adalah Lapak Ganjar yang menjual kue, sampai lagu-lagu untuk menggerakkan ekonomi kuliner budaya Nusantara.

Roslan Roslani yang juga Mantan Ketua Kadin 2015-2020 lebih banyak berbicara tentang dunia usaha. Kebijakan pemerintah untuk menjaga kelangsungan dunia usaha terutama UMKM dilakukan dengan menyisihkan 20 persen dari total pinjangan untuk UMKM. Spirit kebersamaan menurutnya, penting dan indah untuk mendorong terciptanya keadilan dan kedamaian di dunia usaha.

Eyang Titiek Puspa

Titiek Puspa mengawali dengan lagu berjudul  “Untuk anak cucu”. Titiek Puspa mengaku terbawa oleh bapak, ibu yang pandai-pandai dalam ruang zoom. Menurutnya, saat ini anak-anak sudah pergi ke mana-mana, telah mengenal budaya negara lain. Titiek Puspa ingin di Indonesia didirikan sekolah seni yang menampung anak kecil dari usia 5 tahun dari keluarga kurang mampu. Di sekolah itu, anak-anak mesti dikasi pelajaran seni budaya Indonesia 30 %  dan 70 % dikasi pelajaran umum. Keinginan itu ia sampaikan supaya dari kecil mereka diajari seni budaya, budi pekerti dan budaya Indonesia. Di sekolah seni budaya ini bisa ditanamkan rasa damai, untuk menemui kemurnian cinta untuk sesama sehingga damai itu akan tumbuh sendiri karena diajarkan sejak ini. Saya selalu berterima kasih kepada alam semesta. Buat saya, damaikan dulu diri kita sendiri, maka akan muncul kemurnian cinta. Apa yang saya inginkan bisa dikerjakan oleh pemerintah dengan para pegiat sosial yang ingin melestarikan seni budaya Indonesia untuk menumbuhkan nasionalisme. Beliau bercita-cita membuat theater anak-anak. Keinginan ini sudah saya sampaikan sejak jaman Presiden Soeharto tapi sampai sekarang belum terwujud. “Saya ingin anak Indonesia punya rasa nasionalisme sejak usia dini”  ujar Titiek Puspa.

Atas pertanyaan Kadek Adnyana, pembicara AAN Ari Dwipayana menyebut Indonesia sebagai negara super power dari sisi keragaman budaya. Tinggal bagaimana kita mengatur dan mengelola keragaman. Sumpah Pemuda 28 Oktober telah meletakkan pondasi yang harus kita rawat. Kita juga harus mencari titik temu sehingga itulah pentingnya ada Pancasila. Namun kita tidak boleh borderless. Menjawab pertanyaan tentang pencanangan Candi Prambanan dan Borobudur sebagai tempat ibadah, Ari Dwipayana mengatakan bahwa sekarang ada paradigma baru dalam heritage (warisan) untuk digunakan untuk kepentingan agama. Tidak hanya sebatas merawat dan melestarikan tapi memanfaatkan untuk kepentingan umat beragama.

Rihard Alexander salah satu Generasi Z (Genzet) bertanya kepada Eyang Titiek Puspa, apa yang menjadi tindakan paling tepat untuk menggaungkan gong perdamaian dunia ini? Eyang Titiek Puspa menanggapi, bisa lewat musik, atau berbicara dengan mereka di luar negeri bahwa aku punya ini, itu di Indonesia. Perlihatkan bahwa Indonesia pernah punya berbagai produk seni budaya. Para leluhur telah mewariskan semua itu untuk generasi muda.  Generasi mua harus bangga dengan warisan budaya para pendahulunya. Puncak acara GP diselingi oleh persembahan karya Tari  bertajuk “Lango Dewi” garapan Agung Rahma dari Sanggar Pancer Langiit dan Desa Wisata Kapal, Badung. (ram)

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email