Catatan dari Peresmian Sekretariat MA Kecamatan Rendang, Karangasem
Semeton Manca Agung Wajib Jalankan Bhisama Bathara Kawitan

Papan Sekretariat MA Kecamatan Rendang setelah diresmikan

KARANGASEM. “Satya Nangun Swabawaning Rna” (komitmen untuk memuliakan dan menjaga kemartabatan leluhur) tetap menjadi tema di setiap kegiatan Pasemetonan Manca Agung warih Lelangit Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung. Hal itu kembali disampaikan Ketua Panitia Harian Manca Agung Pusat Tahun 2021 dan 2022, Sang Putu Eka Pertama, S.E, Ak, CA.  M.Tr. Par dalam peresmian Sekretariat Manca Agung Kecamatan Rendang di Pura Kawitan Dalem Kubakal, Desa Adat Segah, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem Bali  beberapa hari lalu.

Suasana di Mandala Utama Pura Dalem Kubakal serangkaian peresmian Manca Agung Kecamatan Rendang, Karangasem

Ia menambahkan bahwa, salah satu tujuan dibentuknya organisasi Pasemetonan Manca Agung adalah menjalankan Bhisama Kawitan/Leluhur yakni Satya Nangun Swabaning Rna (Setia dan Bhakti atas Keagungan Kawitan /Lelangit). Ia mengajak seluruh semeton Manca Agung untuk menjadikan organisasi sebagai wadah nett working, menjalin persaudaraan, saling menolong dan memberi informasi.

Jung Eka (demikian ia disapa), mengajak semeton Manca Agung untuk bersama-sama membangun sumberdaya manusia (SDM) serta membuka wawasan, membangun nett working dengan modal genetik trah pemimpin (Ida Dhalem Sri Aji Tegal Besung).  Yang menarik dari sambutan Jung Eka adalah prinsip ketetaraan. “Kita internal Manca Agung jangan lagi berpikir sektarian : saya trah Gedong Artha, saya trah Dewa Nusa, saya trah Dewa Anggungan, Dewa Pagedangan, Dewa Bangli” tegasnya.   Mantan Bendesa Adat Kedewatan, Ubud, Gianyar ini kembali menegaskan bahwa di pasemetonan berlaku prinsip kesetaraan dengan panggilan “Ajung” atau “Jung” tanpa berpikir ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah.

Para Prajuru Manca Agung saat peresmian papan sekretariat Manca Agung Kecamatan Rencang, Karangasem, Bali.

Menurut pengamatannya selama ini, semeton keturunan I Dewa Anggungan di Desa Adat Segah, Kecamatan Rendang, Karangasem banyak yang nyineb wangsa  artinya tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan. “Tapi janganlah ini membuat berkecil hati. Kita di organisasi Pasemeton Manca Agung kedudukan sama yaitu sama-sama sebagai Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung” tegas General Manager The One Legian, Kuta ini. Menurutnya, inilah salah sati implementasi bhisama leluhur.

Lupa Kawitan, Hidup Sakit-sakitan

Hal penting dijelaskan oleh Jung Eka, ada kepercayaan di kalangan umat Hindu di Bali bahwa siapa pun  yang lupa kawitan atau leluhurnya, ia mengalami sesuatu yang yang tidak baik (tertimpa kesusahan). Di antara kesusahan itu antara lain : saba asanak (berkelahi antar keluarga); tan pegat agering (terus-menerus menderita sakit tanpa sebab yang jelas);  katemah dening butha kala dengen (diganggu pikirannya tidak pernah tenang); surud kawibawaan (tidak punya wibawa atau kharisma); surud kawisesan (bodoh, malas, kata-katanya tidak berarti); kelangenan tan genah (hidup boros, sehingga menjadi miskin); sedina-dina anunggun yuda neng pomahan (tidak pernah rukun dengan anak-istri/suami); rame ing gawe kirang pangan (banyak bekerja, tetapi hasilnya selalu kurang).

Jung Eka yang juga peraih penghargaan sebagai Top Hospitality Leader 2019 dan 2022 ini  juga menegaskan bahwa sulinggih/Pandita di Manca Agung kedudukan sama dan setara. Tidak ada sulinggih yang boleh merasa lebih tinggi atau lebih rendah dari sulinggih lainnya. Semua sulinggih sama dan setara dan semuanya patut dihormati. “Kita patut bangga, salah satu sulinggih Manca Agung menduduki jabatan di Sabha Pandita PHDI Pusat” ujarnya.  Menurut salah satu Sulinggih trah Manca Agung, sikap merasa setara untuk menjaga kebersamaan ini sangat patut mendapat apresiasi sebagai sikap rendah hati dan saling menghormati satu sama lain demi kebesaran Manca Agung.

Pengageng-ageng Manca Agung, bersama Ketua Pantia Harian, Sekretaris Panitia Harian (Ajung Anom) lan prajuru Manca Agung Dalem Kubakal Ajung Mangku Sudewa (paling Kanan)

Pengageng-ageng Manca Agung Pusat, Prof. Dr. I Dewa Nyoman Oka, M.Pd mengawali sambutannya dengan sebait pantun : “Ke anggungan pakai sepatu baru, ke pasar agung beli obat. Dewa Anggungan Bersatu, Manca Agung semakin hebat”.  Prof. Oka menjelaskan perihal Ida Dhalem Sri Aji Tegal Besung. Sesuai fakta sejarah, Bliau adalah putra dari Ida Dhalem Sri  Aji kresna Kepakisan dari perkawinannya dengan Ni Gusti Ayu Kuta Waringin.  Ida Dhalem Sri Aji Tegal Besung kemudian menikah dengan Ni Luh Pemaron, Putri dari Ki Pande Pemaron yang adalah keturunan Pande Bang Brahmaraja. Dari pernikahan ini, Ida Dhalem Sri Aji Tegal Besung menurunkan 5 putra yakni :  I Dewa Gedong Artha, I Dewa Nusa, I Dewa Anggungan, I Dewa Pagedangan dan I Dewa Bangli. Dijelaskan bahwa, I Dewa Anggungan memiliki dua putra yakni I Dewa Sangkan Gunung dan I Dewa Sangkan Giri. Salah satu putra dari I Dewa Sangkan Gunung diberikan kekuasaan di Desa Kubakal dengan gelar Dhalem Kubakal.

Pasemetonan Manca Agung menurut Prof. Oka terus bertambah hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali bahkan beberapa wilayah di Indonesia. Sampai saat ini, Manca Agung telah memiliki 14 sekretariat kecamatan dan Kecamatan Rendang  merupakan sekretariat yang ke-14. Pihaknya terus mendorong Panitia Harian Manca Agung Pusat untuk mendirikan sekretariat Manca Agung kecamatan di seluruh Bali.

Prof. Oka menegaskan kembali bahwa, setiap individu trah Manca Agung wajib hukumnya menaati Bhisama leluhur. Bhisama itu terdiri dari : (1) Ingat bersembahyang di Pura Dalem Samprangan dan Besakih; (2) Ingat terus belajar susastra dan (3) Ingat kepada saudara sedarah yakni lima putra Ida I Dewa Tegal Besung yang disebut Manca Agung. Kelima saudara kandung putra-putra Ida Dhalem Sri Aji Tegal Besung adalah I Dewa Gedong Artha, I Dewa Nusa, I Dewa Anggungan, I Dewa Pagedangan dan I Dewa Bangli. Sementara itu, Penglingsir Ageng Manca Agung, Kakiyang I Dewa Putu Banjar yang juga perintis berdirinya Manca Agung kembali menegaskan pentingnya memegang erat motto pasemetonan Manca Agung tersebut demi membangkitkan kembali rasa persaudaraan sesama pratisentana Ida Dalem Sri Aji Tegal Besung.

Prof. Oka menyerahkan dana punia kepada Pengurus MA Kecamatan Rendang disaksikan Jung Eka Pertama

Acara peresmian sekretariat Manca Agung Kecamatan Rendang digelar bertepatan dengan Pujawali di Pura Dalem Kubakal.  Hadir dua Gurubesar druwen Manca Agung yakni Prof. Dr. I Dewa Nyoman Oka, M.Pd  (Pengageng Ageng Manca Agung Pusat) dan dan Penglingsir Ageng Dalem Kubakal Kecamatan Rendang yaitu Prof. Dr. Tunas Artama yang juga  Gurubesar UGM Jogyakarta. Acara peremian MA Kecamatan Rendang ini menjadi ajang semakin merekatkan dan memperkuat pesemetonan (persaudaraan) di antara sesama pratisentana Manca Agung di seluruh Bali.

Usai memberikan sambutan, sekaligus meresmikan Sekretariat Manca Agung Kecamatan Rendang,  Prof. Oka menyerahkan dana punia kepada Pengurus Manca Agung Kecamatan Rendang.  Acara yang dihadiri oleh pengurus Manca Agung Kabupaten/Kota se Bali ini dan ratusan semeton Manca Agung se Kabupaten Karangasem, khususnya pratisentana Dalem Kubakal ini dimeriahkan oleh berbagai tarian (*man).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email