JAKARTA – Sebesar 34, 52 % generasi muda usia 17-25 tahun masuk dalam kategori apatis. Data itu muncul dari Publikasi Astagatra Institute 2023 melalui survei yang melibatkan 1.045 responden generasi muda dengan menggunakan 102 instrumen pertanyaan. Kajian Astagatra ini juga menemukan 28.83% generasi muda masuk kategori change agent, 18,27 % oportunis dan 18.38% kategori loyalis. Survei yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Bela Negara, 19 Desember 2023 menghasilkan sebuah publikasi kajian yang berjudul “Menakar Kepemimpinan Generasi Muda Berwawasan Kebangsaan”.
Empat Segmen Karakter
Sebelumnya melakukan survei, Astagatra Institute mengidentifikasi 4 (empat) segmen karakter perilaku generasi muda yang dibentuk oleh dua faktor utama yaitu kepemimpinan dan jiwa patriotisme. Keempat segmen karakter perilaku itu adalah : (1) segmen Change Agent yakni seseorang memiliki kualitas kepemimpinan dan patriotisme yang tinggi yang siap melakukan perubahan yang bernilai di masyarakat; (2) segmen oportunis yakni kualitas kepemimpinan tinggi tidak disertai dengan patriotisme yang cukup; (3) segmen loyalis yakni punya patriotisme tinggi, namun kualitas kepemimpinan rendah. Terakhir, (4) segmen apatis yakni mereka yang punya patriotisme dan kualitas kepemimpinan yang sama-sama rendah.
Menurut Direktur Eksekutif Astagatra Institute, I Nyoman Gde Agus Asrama, publikasi ini menggambarkan pandangan generasi muda umur 17-25 tahun terhadap kapabilitas kepemimpinan dan jiwa patriotisme, melalui pemahaman mengenai integritas dan 4 (empat) konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Mereka diminta menjawab 102 instrumen pertanyaan. Instrumen tersebut menjelaskan publikasi ini menggunakan pendekatan pengembangan kepemimpinan generasi muda berwawasan kebangsaan dengan pendekatan Bina Muda Astagatra (BiMA) Agent of Change. Dijelaskan, pendekatan BiMA Agent of Change memiliki tiga elemen yaitu (1) elemen inti, (2) kompetensi dan (3) orientasi. Elemen inti berisikan wawasan kebangsaan dan integritas. Bagian ini menggambarkan pemahaman dan komitmen diri untuk memegang teguh nilai luhur dan tujuan bangsa. Nilai yang dianut tersebut kemudian ditunjukkan dalam kompetensi individu seperti kepemimpinan, membangun relasi, perencanaan dan pengelolaan, kepekaan sosial, dan inovasi. Setiap kompetensi kemudian dapat disalurkan dalam tiga orientasi pengembangan yaitu personal, tim, dan komunitas. Ketiga orientasi ini menjelaskan bahwa kemampuan seorang pemimpin (seorang agen perubahan) tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tatpi juga bagi orang di sekitarnya dan masyarakat luas. “Astagatra Institute mendedikasikan penelitian ini, dengan harapan dapat membangun generasi muda menjadi agen perubahan yang memiliki wawasan kebangsaan kuat, mampu membawa perubahan positif, dan menjaga keberlanjutan nilai-nilai luhur bangsanya” ujar Nyoman Agus.
Empat Tantangan Generasi Muda
Dijelaskan, terdapat 4 (empat) tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini yaitu (1) menguji ketangguhan identitas bangsa dalam menghadapi berbagai propaganda dan disinformasi yang mengancam generasi muda Indonesia, (2) menjaga integritas bangsa yang kuat untuk dapat mengelola sumber dayanya secara mandiri dan berkelanjutan tanpa terpengaruh intervensi dari luar, (3) memperkuat potensi diri dalam meningkatkan kapabilitas yang berkualitas untuk menggapai peluang bonus demografi, serta (4) kemampuan beradaptasi untuk mewujudkan kolaborasi pada tingkat global.
Astagatra Institute mencatat bahwa orientasi pengembangan diri di kalangan generasi muda perlu penyesuaian antara pengembangan dirinya dengan tujuan berbangsa dan bernegara. Dinamika global mendorong seluruh individu untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar tetap unggul di tengah persaingan yang ketat. Hal ini terkadang mendorong individu hanya berfokus pada kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan kepentingan bersama. Ketika kompetensi individu dipadukan dengan pemahaman fundamental seperti wawasan kebangsaan, maka mereka akan menjadi generasi muda yang akan memiliki kesadaran bela negara dalam konteks kekinian dan akan mampu mewujudkan Indonesia emas di masa mendatang
Menurut Nyoman Agus, era modern yang dibanjiri dengan arus informasi dan interaksi global, pemahaman tentang identitas nasional dan nilai-nilai luhur bangsa, utamanya pada generasi muda menjadi semakin penting. Namun, sayangnya kita seringkali tidak secara eksplisit menjelaskan hubungan antara kompetensi seseorang dengan ideologi atau nilai-nilai luhur bangsa. Wawasan kebangsaan merupakan salah satu pilar pendukung dalam memperkuat pondasi yang esensial untuk membentuk karakter dan kontribusi generasi muda terhadap masyarakat dan negara. Wawasan kebangsaan ini, menurutnya memiliki relevansi yang besar bagi generasi muda sebagai pilar utama dalam menjaga identitas diri dan dapat membantu generasi muda untuk menghadapi tantangan global. Menurut Nyoman Agus, diperlukan sebuah model untuk menciptakan solusi yang lebih konsisten dengan tujuan bangsa dan lebih relevan dengan realitas dan kondisi nasional di Indonesia (*r).