Catatan : JMA Dr. Ir. Ketut Puspa Adnyana, M.TP *)
Om Swastyastu.
Sembah sujud kehadapan Sumber Sejati, memohon restu dan ampunan. Agar selalu berada dalam jalan yang terang dan terhindar dari Maha Pataka. Om Siddhirastu Astu Tad Astu Swaha.
Saat ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan early warning tentang bencana gempa dan dampaknya terjadi tsunami serta erupsi gunung berapi. Alam semesta termasuk bumi ini, sebagaimana kelahiran manusia, suatu saat mengalami kematian/peleburan yang disebut Pralaya. Karena itu, bencana sebenarnya sesuatu hal yang biasa dan lumrah. Pemerintah telah menerapkan sistem mitigasi bencana yang dapat dikatakan sangat baik kalau bukan sempurna.
Di dalam Purana yang terkait dengan bencana, ada penjelasan tentang Dasa Laksana. Dasa Laksana terdiri dari 10 (sepuluh) kriteria, yaitu: Sargah, Visarga/Pratisargah, Antarani, Vamshanucaritha, Samstha, Apasraya, Posana, Hetu, Vrtii, dan Mukti/Moksha. Berdasarkan sepuluh kriteria ini, Purana dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Mahapurana apabila memenuhi > 5 sampai dengan 10 kriteria; dan (2) Upapurana apabila memenuhi 5 kriteria, yang jumlahnya masing masing 18 pustaka suci.
Terkait dengan bencana, yang perlu dipahami adalah Antarani, Apasraya dan Samstha. Antarani yaitu masa pemerintahan Manu yang disebut Manwantara. Satu Manwantara berjumlah 71 Mahayuga. Satu Mahayuga terdiri dari 4 masa, yaitu: (1) Satyayuga/Kerthayuga (1.728.000 tahun); (2) Tretayuga (1.296.000 tahun); (3) Dvaparayuga (864.000 tahun); dan (4) Kaliyuga (432.000 tahun). Terkait Manwantara, 14 Manwantara disebut Kalpa. Setiap Manwantara terdapat satu pemerintahan Manu. Pada Manwantara pertama yang memerintah adalah Swyambhu Manu (Yang menciptakan dirinya sendiri). Telah lewat 6 (enam) Manwantara. Saat ini alam semesta berada dalam pemerintahan Manwantara ke-7 (tujuh) yakni Vaiswata Manu. Untuk mencapai 1 kalpa masih dibutuhkan 7 Manwantara. Satu kali masa pemerintahan Manu berjumlah 71 Mahayuga atau 1/14 kalpa.
Apasraya adalah perlindungan atau perlindungan yang utama, yaitu Brahman. Manusia pada saat bencana hanya dapat berlindung kepada Tuhan (Sang Makardi Jagad). Mereka yang dilindungi Tuhan pasti selamat atau mencapai-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Srimad Bhagavata Purana II.10.7, ditemukan sloka :
äbhäsas ca nirodhas ca
yato ‘sty adhyavasiyate
sa äsrayah param brahma
paramätmeti sabdyate
Terjemahan: “kepribadian yang satu yang dikenal sebagai kepribadian yang paling utama atau roh yang utama yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup merupakan sumber dari seluruh manifestasi semesta, juga sebagai wadah alam semesta serta sebagai akhir dari alam semesta. Dengan demikian beliau adalah sumber asli yang utama dan merupakan kebenaran mutlak”.
Samstha, yaitu saat atau masa peleburan alam semesta (Pralaya) baik Buana Agung (makrokosmos) maupun Buana Alit (mikrokosmos). Pralaya dalam konsteks bahasa sederhana manusia kita sebut dengan Bencana Besar atau Kimat menurut pemahaman yang lain. Sebab pemahaman Pralaya jauh melampaui Kiamat.
Bencana Besar (Maha Pralaya) dan Bencana Kecil (Kanda Pralaya)
Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa menurut Purana, Maha Pralaya akan terjadi pada masa 100 tahun Brahma. Seluruh alam semesta, dikembalikan ke Dunia Rohani dalam samadi Dewa Siva, termasuk Narayana/Sri Wisnu. Satu hari Brahma (B) yang disebut Kalpa bila dikonversi ke tahun manusia (TM) berjumlah 4.294.080.000 (4,2 milyar tahun) atau 1.545.868.800.000 hari manusia. Pralaya terjadi setiap 100 hari Brahma, Brahma berganti demikian juga Sapta Rsi, Indra dan Vedavyasa dikembalikan ke alam rohani. Namun Sri Wisnu tetap ada. Dengan demikian Maha Pralaya terjadi ketika alam semesta berusia 100 hari Brahma. Maha Pralaya Buana Alit, adalah kematian manusia. Kanda Pralaya terjadi pada Buana Alit dan Buana Agung. Pada Buana Agung satu hari Brahma terjadi Kanda Pralaya atau setiap 4,2 milyar tahun manusia. Kanda Pralaya dalam Buana Alit adalah perubahan yang terjadi pada badan, yaitu mulai dari bayi, anak anak, remaja, dewasa dan tua. Bedasarkan sebuah riset, perubahan sel yang jumlahnya bermilyar milyar mengalami perubahan secara periodik berlangsung setiap 7 tahun. Setiap tujuh tahun tidak ada satu pun sel manusia yang sama dengan sel pada tujuah tahun sebelumnya. Secara fisik manusia mengalami masa akil-balik (catur asrama). Rejuvinasi terjadi pada setiap 7 tahun (situasi ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian batin untuk menentukan dauh). Kanda Pralaya dalam buana agung pada badan/tubuh manusia adalah kematian.
Dari sudut alam rohani, pralaya adalah peleburan yaitu upaya mencapai kesimbangan. Seluruh dewa dan ciptaan-Nya kembali ke alam rohani yaitu melayani Brahman. Secara fisik pralaya terjadi pada konstelasi alam semesta planet-planet, bintang-bintang, termasuk bumi. Sebagaimana dalam keterangan mengenai Mahayuga pada masa Kaliyuga. Pada kehidupan kita ini ditandai dengan bencana alam pada bumi berupa: tanah longsor, gempa bumi, banjir, erupsi gunung berapi, terjadinya dampak gempa berupa tsunami.
Sementara itu, manusia mengalami sakit bukanlah termasuk kategori bencana atau pralaya dalam pemahaman Purana. Demikian juga dalam Dharma Sastra. Manusia sakit karena tidak belajar Veda dengan baik, artinya belajar dari Guru Suci.
Dengan demikian, Bencana alam yang terjadi saat ini dalam pandangan filosofis Maha Purana adalah siklus alam untuk mencapai keseimbangan. Keseimbangan bukan saja fisik tetapi juga rohani. Dapat dimaklumi bahwa pada masa Kaliyuga, kerusakan alam dan bencana yang terjadi juga karena terjadinya kerusakan rohani manusia. Om Santih Santih Santih Om. (* Penulis adalah Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Masa Bhakti 2021-2026).