DENPASAR – Salah satu refleksi nilai-nilai keibuan sebagai inspirasi untuk sistem politik adalah bahwa dari nilai-nilai Keibuan : Semua bermula dari cinta dan berakhir dengan cinta ” (Robert Browning). Ketika komunikasi politik itu dikaitkan dengan nilai-nilai keibuan, maka ia akan menjanjikan masa depan yang baik dan berkelanjutan, memberi haparan yang lebih baik, membangun cinta suci sebagai kekuatan energi yang menyatukan dilandasi oleh pengorbanan dan martabat. Agar nilai-nilai keibuan itu dipedomani dan dipraktekkan secara bermartabat, maka para akademisi sebagai komponen masyarakat harusnya menjalankan peran penting untuk melakukan transformasi komunikasi dari tataran ide ke tataran realitas, membangun pola komunikasi yang rasional untuk melakukan transformasi dari metafisik ke fisik.
Demikian intisari dari Webinar Nasional Ilmu Komunikasi 2023 yang digelar Prodi Doktor Ilmu Komunikasi UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Jumat 22/12/2023. Webinar yang dipandu Ir. Nyoman Merta, M.I. Kom ini diikuti sekitar 216 peserta dari kalangan kampus di Bali dan luar Bali serta masyarakat umum. Webinar Nasional yang baru pertama kali digelar dan sekaligus “mempromosikan” Prodi Doktor Ilmu Komunikasi ini menampilkan 3 narasumber yang sangat kompeten yaitu : Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP, M.Si; Prof. Dr. Drs. AAG Oka Wisnumurti, M.Si; dan Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si dengan mengusung tema “Spirit Hari Ibu Menuju Komunikasi Bwerintegritas Di Tengah Keriuhan Pilpres 2024”.
Keynote Speaker Direktur Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Prof. Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag menyatakan, peran Ibu sangat besar bagi kelangsungan kehidupan. Tanpa Sakti (Istri) para Dewa tidak akan berdaya. Dari perspektif Hindu, Saraswati adalah saktinya Dewa Brahma; Dewi Laksmi adalah saktinya Dewa Wisnu dan Dewi Uma atau Bethari Durga adalah Saktinya Dewa Siwa. Menurutnya, partisipasi kaum perempuan dalam dunia politik saat ini masih rendah (kurang dari 30%) di parlemen Indonesia yakni masih di peringkat ke-7 se Asia Tenggara. Namun, dengan maraknya Baliho Caleg Perempuan khususnya di Denpasar, ia berharap mampu dapat meningkatkan peran kaum perempuan di parlemen, bahkan kalau bisa seimbang dengan kaum laki-laki (50% : 50%). Mengakhiri keynote speaknya, Prof. Relin mempersembahkan sebuah puisi sebagai apresiasi bagi kaum Ibu “Jaje Bali dicampur kelapa. Biar nikmat semua rasa. Jasa Ibu jangan dilupa. Akan kukenang sepanjang masa”.
Narasumber Prof. Oka Wisnumurti mengandaikan pesta demokrasi dengan Judi Tajen. Dalam judi Tajen, banyak aktor berperan. Ada ayam aduan (calon) yang akan bertarung; ada “pekembar” yang dalam politik itu sama dengan tim sukses, ada penonton, lalu ada “bebotoh” (penjudi yang akan bertaruh uang). Menurut Oka, sebelum ayam dilepas untuk tarung, ada suara gaduh, riuh rendah di arena Tajen yang ia sebut sebagai Demokrasi Tajen. Demikian halnya dalam pesta demokrasi/Pemilu, keriuhan menjelang Pemilu tidak dapat dihindarkan. Oka mereview pengalamannya sebagai Ketua KPU Provinsi Bali di masa reformasi dan saat itu ia menggagas Kampanye Berbudaya dengan tema Bali Santih klan Jagadhita, Model kampanye berbudaya itu akhirnya dilakukan di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Jika kegaduhan komunikasi politik di masa lalu terjadi di tataran fisik, maka saat ini kegaduhan telah berpindah ke media sosial. Ia berharap, tugas para akademisi untuk memberikan pencerdasan dan pembelajaran politik agar keriuhan komunikasi politik jelang Pilpres 2024 jangan sampai merusak persaudaraan dan prinsip menyama-braya orang Bali.
I Wayan Jondra lebih banyak menyoroti peran kaum Ibu dalam media sosial. Menurut Jondra, Ibu adalah benchmark dalam menciptakan komunikasi yang berintegritas dalam menghadapi Pilpres 2024. Ia menyitir ajaran Hindu “Mata Pita Guru Dewa” (Ibu dan Ayah adalah Tuhan itu sendiri). Menghormati dan memuliakan ibu dan ayah, sama dengan menghormati dan memuliakan Tuhan. Lebih jauh, Jondra memaknai kata “integritas” lebih ke era postmodern yang langsung menyentuh dunia aksi (praktek) dalam piker, kata dan perilaku.
Yang menarik, menurutnya, berdasarkan data Agustus 2018 hingga Mei 2023 di medsos didapatkan jumlah hoaks yang sangat pantastis yakni 11. 642 dari seluruh kategori. Dari jumlah itu, Facebook menjadi gudangnya hoaks mencaai 4.610 konten. Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat 5.311 hoaks dari FB, Twitter, Instagram, YouTube dan Tik Tok. Dari sebaran pengguna media social, prosentasi pengguna kaum perempuan mencapai 50 %. Ia berharap, kaum perempuan agar menggunakan Wiweka (kebijaksanaan) yakni dengan Memilah, Memilih, Memanfaatkan media sosial dengan cerdas sehingga tidak menjadi korban hoaks.
Menurut Jondra, komunikasi dalam riuh pilpres 2024 hendaknya dilakukan secara bertanggung jawab, komunikasi dilakukan secara berintegritas (inline antara piker, kata dan perbuatan) sehingga tidak terjadi multi tafsir. Ibu-ibu/perempuan sebagai jawara pengguna medsos perlu lebih bijak dalam bermedsos, karena sampah hoax berkeliaran di dunia maya. Perlu ada sebuah aksi bersama untuk memindahkan penggunaan medsos untuk menghabiskan waktu menjadi pengguna yang medsos yang bernilai.
Komunikasi Politik Indonesia
Narasumber Pamungkas, Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP, M.Si dalam presentasinya berjudul Mendorong Sistem Politik yang Merefleksikan Nilai-Nilai “Motherhood– Keibuan” (Pendekatan Sistem Komunikasi dalam Masyarakat Informasi 5.0) menegaskan, Refleksi Sistem “motherhood” sebagai inspirasi sistem politik Indonesia sebagaimana tertuang di atas.
Menurut Prof. Hermin, komunikasi (terutama komunikasi politik) di Indonesia merupakan masalah serius dan ini adalah tantangan para insan komunikasi. Potret sistem politik Indonesia lebih kepada janji-janji kosong alias normatif seperti Deklarasi Damai, tapi nyatanya hanya pura-pura damai. Wajah demokrasi di Indonesia juga masih diwarnai oleh politik uang, adu jotos, perang gimik, bukan adu gagasan yang mencerdaskan masyarakat. Menurutnya, komunikasi politik seperti ini belum bisa dijadikan media pembelajaran politik. Imbuhnya, sistem politik di Indonesia dengan kode binair : Menang- Kalah. Berbeda komunikasi dengan nilai-nilai keibuan (motherhood) yang merawat dengan kekuatan energi cinta dan mengabaikan.
Ia menjelaskan seputar Understanding = Information – Utterance. Potret ini menurutnya menggambarkan kualitas komunikasi politik kita masih diwarnai oleh komunikasi yang tidak substantif sehingga sistem politik kurang memiliki diferensiasi fungsional yang tangguh untuk mewujudkan fungsi Tata Kelola yang optimal untuk mencapai tujuan sistem. Dengan melihat problem-problem yang riil dihadapi oleh sistem politik, sangat dibutuhkan. Komunikasi politik yang mampu secara fungsional menggerakkan evolusi sistem politik yang bergerak optimal dan melahirkan fungsi-fungsi sistem spesifik yang merealisasikan harapan baik dan idealisme yang dicitakan bersama. Seleksi informasi, seleksi pengungkapan dan seleksi pemahaman inilah yang akan menentukan kualitas sistem politik Indonesia. Banyak kontingensi komunikasi politik yang harus diangkat sebagai wacana untuk diungkapkan, dimatangkan dalam budaya diskusi yang sehat (membutuhkan ekosistem komunikasi yang kuat)
Kemampuan Sistem Politik dalam melalukan Reflexivitas dan Refleksi Masyarakat modern mengalami problem Reflexivitas dan Refleksi. Sistem politik Indonesia nampaknya mengalami gejala blind reflexivity yaitu hanya berorientasi pada kodenya sendiri dan gagal dalam berefleksi mengenai kepentingan elemen-elemen penting di luar dirinya. Ia mempertanyakan, bisa jadi ini adalah problem komunikasi yang gagal mengiritasi sistemnya sendiri – gagal dalam berautopoesis ? Webinar nasional yang disertai dengan diskusi dalam dua sesi ini berlangsung hingga 2 jam lebih.
Ketua Prodi Doktor Ilmu Komunikasi UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M. Pd didampingi Sekretaris Prodi, Dr. Ni Gusti Ayu Agung Nerawati, S.Ag, M.Si mengucapkan terima kasih kepada semua narasumber yang telah berkenan meluangkan waktunya seraya memohon support pada kesempatan berikutnya agar prodi Doktor Ilmu Komunikasi yang dipimpinnya semakin dikenal dan menjadi prodi yang dimintai masyarakat. Nyoman Perni memberikan apresiasi, salute dan bangga atas semangat dan antusiasme seluruh mahasiswa Prodi Doktor Ilmu Komunikasi untuk menyelenggarakan webinar nasional hingga berjalan lancar dan sukses.
Sebelum memulai webinar, Ketua Panitia Webinar Nasional, Ir. Nyoman Mahardika, M.I. Kom melaporkan, bahwa webinar diselenggarakan secara mandiri dengan jumlah pendaftar secara online mencapai 300 an orang. Webinar sengaja digelar bertepatan dengan Hari Ibu untuk menghormati dan memuliakan sosok Ibu. Webinar ini adalah kick off pertama Prodi Doktor Ilmu Komunikasi yang akan dilanjutkan dengan beberapa kegiatan ilmiah lainnya. Menurutnya, webinar ini sesungguhnya bukan webinar politik, namun akan lebih khusus membahas spirit Ibu dan Politik dari perspektif Ilmu Komunikasi dan literasi media sosial. Mahardika mengakhiri laporannya dengan sebuah pantun : Ke Bukian orderan Jerami. Jerami diikat dengan senar. Sekian laporan kami, selamat mengikuti webinar. (ram).