DENPASAR-Presiden RI, Joko Widodo, Putri K.H. Abdurrahman Wahid alias Gusdur, Yenny Wahid dan Gubernur Bali 2008-2018, Komjen Pol (Pur) Dr. Drs. I Made Mangku Pastika, M.M bakal dianugerahi award sebagai tokoh perdamaian. Penganugerahan itu akan diberikan oleh Komunitas Gema Perdamaian bertepatan dengan puncak acara Gema Perdamaian di Pelataran Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, Renon Denpasar, 14 Oktober 2023. Hal itu disampaikan oleh Ketua Steering Committee dan salah satu Founding Father Gema Perdamaian, Ida Rsi Wisesanatha di Denpasar, beberapa hari lalu.
Menurut Ida Rsi Wisesanatha, ketiga tokoh itu sengaja dipilih setelah tim Penilai Gema Perdamaian merunut rekam jejaknya selama kurun waktu puluhan tahun. Presiden Joko Widodo adalah satu-satunya presiden di dunia yang berani datang langsung menemui Presiden Ukraina dan Presiden Rusia untuk memediasi perdamaian antara kedua Negara yang sedang sengit-sengitnya berperang. Di tangan Presiden Jokowi, Indonesia sangat berperan besar secara nyata untuk menciptakan perdamaian di dunia. Di dalam negeri, kiprah Presiden Jokowi telah terbukti berhasil menjaga stabilitas keamanan Indonesia. Jokowi berhasil menjaga keseimbangan tatanan sosial, politik sehingga stabilibitas keamanan terjamin di masyarakat. Di tangan Presiden Jokowi, gerakan terorisme dan intoleransi dapat ditekan secara signifikan. Tentu saja, peran aparat keamanan dan kepolisian sangat besar dalam menjaga stabilitas keamanan Indonesia.
Putri Gusdur, Yenny Wahid adalah Direktur Wahid Foundation. Tokoh perempuan Indonesia ini dikenal selalu menggaungkan nasionalisme dan menghormati keragaman di Indonesia. Yenny melalui Wahid Foundation bekerjasama dengan UN Women pada 2017 menginisiasi Program Desa Damai di Indonesia. Ia menegaskan perempuan adalah agen perdamaian di setiap desa melalui program Desa Damai. Dilansir dari situs Antara, 10 Agusgtus 2021, Yenny mengatakan, Desa Damai dibentuk untuk mengatasi ancaman radikalisme dengan memberdayakan masyarakat melalui penguatan kohesi sosial, ketahanan masyarakat, meningkatkan kesetaraan sosial dan penghormatan kepada keberagaman. Sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU), peran Yenny Wahid dikenal sangat besar dalam memelihara kerukunan dan kedamaian antarwarga negara di Indonesia.
Made Mangku Pastika adalah Gubernur Bali dua periode yakni 2008-2013 dan 2013-2018. Di masa kepemimpinannya, Made Mangku Pastika dikenal sangat menghargai keragaman sekaligus berhasil menciptakan Bali sebagai Pulau Damai. Dilansir dari situs Bale Bengong, Media warga berbagi cerita, 13 Oktober 2013, nama pria kelahiran Patemon, Seririt Buleleng ini melesat ketika Markas Besar Polri menunjuknya sebagai Ketua Tim Investigasi Pengungkapan Pelaku Bom Bali. Di tangan Made Mangku Pastika, para pelaku Bom Bali ternyata bisa ditangkap kurang dari satu bulan. Ini sebuah prestasi besar di dunia terkait serangan teroris. Berkat kepemimpinannya menangani penyelidikan kasus bom Bali, Made Mangku Pastika dianugerahi julukan khusus oleh majalah bertaraf internasional, Time. Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu dijuluki sebagai Time’s Asian Newsmaker of the Year, atau yang terjemahan bebasnya sebagai “Pembuat Berita se-Asia Tahun Ini Versi Time” (sumber : suaramerdeka.com, edisi 26 Desember 2002). Dunia dibuat terkagum-kagum akan prestasi Polri terutama pada Tim Investigasi dan terlebih lagi kepada Sosok Made Mangku Pastika. Berbagai pujian mengalir, dan nama Mangku Pastika melesat tinggi.
Ketua Tim Penilai Award Perdamaian, Ir. Anak Agung Putu Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc, Ph.D mengatakan bahwa tim memutuskan 3 penerima award untuk tahun ini. Menurut Agung Suryawan, tidaklah terlalu sulit untuk memutuskan ketiga figur ini karena kiprahnya yang nyata dalam menciptakan kedamaian.
Refleksi Budi Luhur Menuju Perdamaian
Gerakan Gema Perdamaian ini bermula dari suasana keprihatinan paska teror Bom yang mengguncang dan memporakporandakan Bali pada 2002 lampau. Sekelompok anak bangsa yang peduli Bali berkumpul guna merajut kembali rasa damai yang sempat terkoyak oleh ulah segelintir manusia biadab yang tak berperikemanusiaan menyebarkan teror yang berujung pada tragedi kemanusiaan Bom Bali. Mereka (para perintis GP) lalu berkumpul guna merumuskan sebuah gerakan untuk membangkitkan naluri kemanusiaan akan betapa pentingnya rasa damai. Mereka berprinsip bahwa semua insan harus disadarkan bahwa semua pihak harus mengupayakan damai karena damai adalah panggung bagi perhelatan peradaban dan budaya. Tanpa rasa damai dan suasana damai,, peradaban akan tak akan maju atau pasti tetap terkebelakang. Kata “damai” harus menjadi prioritas yang mengemuka pada pikiran semua insan atau damai menjadi top of mind dari hal-hal lainnya. Gerakan ini awalnya dikampanyekan dengan slogan; “Damai itu Indah, Damai itu Upaya”.
Namun, sejalan dengan situasi dan kondisi Indonesia memasuki tahun politik, Gema Perdamaian ke-21 Tahun 2023 ini mengusung tema “Refleksi Budi Luhur Menuju Perdamaian”. Komunitas Gema Perdamaian telah mendesign beberapa kegiatan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya untuk senantiasa mengedukasi, menggaungkan damai di benak semua insan dan mengingatkan bahwa keadaan damai adalah kebutuhan kita semua tanpa sekat SARA karena keadaan damai adalah panggung perhelatan kehidupan kita sehari-hari.
Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan latar belakang budaya ekslusif yang anthroposentris bisa disadari menjadi yang ekosentris yang inklusif; bahwa kita semua bersaudara (Vaisudhaiva Kutumbhakam). Kegiatan Gema Perdamaian pada tahun ini sudah dimulai sejak Bulan Juli 2023 dengan Event Kreatif Damai yang terdiri dari Lomba Kreatif Damai, Yoga Damai, Meditasi Damai dan yang lainnya. Kemudian diiringi dengan International Peace Day dan Sarasehan Damai Komunitas Gema Perdamaian pada Bulan September 2023. Selain itu, Putra-Putri Ambasador Damai 2023 juga ikut serta mengadakan kegiatan pendukung. Kegiatan-kegiatan mulia itu diharapkan memperoleh perhatian dari komunitas-komunitas sosial. Kepedulian dan peran serta semua elemen masyarakat sangatlah diharapkan sehingga upaya swadaya masyarakat dengan semua stakeholdernya dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan bersama yang diharapkan.
Puncak acara dari seluruh rangkaian Gema Perdamaian 2023 digelar pada Sabtu, 14 Oktober 2023. Ini adalah maha karya yang direncanakan melibatkan setidaknya 3 ribu masyarakat pecinta damai. Untuk mensukseskan agenda ini, panitia bersama stakeholders sedang melakukan berbagai persiapan termasuk pendekatan kepada berbagai insansi dan kelompok masyarakat agar mendukung agenda utama ini. Puncak acara Gema Perdamaian ini diharapkan menjadi “Hari Besar Damai Bersama” dan tonggak mengekspresikan rasa damai dari Bali ke seluruh dunia. Kerja keras dari para pengayah atau Organizing Committee yang dipandu oleh Steering Committee menjadi penentu bagi kesuksesan agenda ini.
Pemerintah daerah, para tokoh umat beragama dan aliran kepercayaan, FKUB dan Ormas – ormas lainnya sangat ditunggu partisipasinya untuk mengambil peran terdepan dalam menggaungkan dan mengekspresikan damai. Panggung ini sengaja disediakan agar para tokoh semua agama tampil memberi tauladan bagi umatnya betapa pentingnya selalu menjaga harmoni dan kedamaian. Peran media masa tentu sangat vital dalam menyebarluaskan gerakan Gema Perdamaian ini sekaligus agar Bali benar-benar menjadi tolok ukur bagi gerakan damai sehingga tetap layak disebut Pulau Damai (Island of Peace) yang merupakan syarat mutlak bagi Bali sebagai destinasi utama pariwisata dunia. Mari kita dukung dan ekspresikan rasa damai dari Bali untuk dunia dan semesta
Sekali lagi, semua kegiatan itu dilandasi oleh tujuan dan cita-cita Gema Perdamaian sebagai berikut : (1) Menggaungkan doa dan vibrasi hening perdamaian ke dalam diri, pelaksana, peserta dan hadirin dari acara ini, mengisi kosmis sehingga bisa menyebar ke seluruh Bali, Indonesia, dan seluruh dunia, sehingga diharapkan energi damai dan kasih ini dapat melingkupi seluruh kehidupan kita dan hidup kita sehari hari dapat lebih berlandaskan hening, rasa damai dan kasih tersebut; (2) Sebagai wahana edukasi masyarakat sehingga terbentuk mindset damai, mengenal perbedaan sebagai fakta alam nyata yang tak terbantahkan dan dapat hidup saling menghormati dan menghargai di masyarakat; (3) Simbolisasi menyatunya keperbedaan dengan tampil apa adanya sesuai dengan etnisitas dan peribadatan masing-masing, lalu menyatu dalam acara yang sama yaitu doa perdamaian; (4) Tempat berkumpul dan menyatunya anak bangsa untuk menjalankan panggilan nuraninya tanpa terbedakan oleh agama/kepercayaan yang dianutnya, suku, adat– istiadat, warna primordial, status atau ragam/mosaik cara pandang lainnya; (5) Menjadikan Gema Perdamaian sebagai acara tahunan yang tidak akan pernah berakhir masanya, sebagaimana manusia senantiasa mengupayakan dan mengingatkan dirinya untuk menjaga hening dan kedamaian hati sebagai dasar sikap dan perbuatannya; (6) Menjadikan Gema Perdamaian sebagai ikon Bali – Indonesia sehingga dapat lebih dikenal di seluruh dunia dan dapat memberikan inspirasi kepada dunia; (7) Sejalan dengan salah satu misi Pariwisata Bali, untuk menjadikan Bali sebagai destinasi Wisata Spiritual, maka Gerakan Gema Perdamaian sangatlah relevan dan menunjang visi tersebut, karena Gema Perdamaian selain diselenggarakan oleh masyarakat Bali dan Indonesia juga menyertakan peran serta aktif para spiritualis asing setiap tahunnya.
Panitia Gema Perdamaian 2023 berseru dan mengajak seluruh tokoh, pimpinan organisasi kemasyarakatan, pimpinan dan aparat pemerintah daerah dan seluruh krama Bali untuk hadir berdoa bersama dan menggaungkan rasa damai dengan penuh kegembiraan, tulus ikhlas dari hati yang terdalam. (*Humas GP)