Berikut ini adalah komentar-komentar yang berkembang di beberapa WA Group paska pencopotan Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI, Tri Handoko Seto.
Pro dan kontra memunculkan berbagai spekulasi. Ada yang merespon biasa-biasa saja, ada yang menyesalkan dan memprotes kebijakan yang dinilai sangat mendadak itu tanpa alasan yang masuk akal dan ada pula yang bernada mendukung. Masing-masing komentar sesuai perspektif dan cara pandang si pemberi komentar.
Ida Bagus Adnyana (Singaraja)
Menurut saya pribadi, masuk akal beliau dicopot. Harusnya Pak Dirjen yang mendamaikan permasalahan internal yang terjadi dalam Agama Hindu sampai ada MLB (PHDI). Mengundang Presiden hadir dalam Mahasabha PHDI di saat masalah sedang terjadi artinya tidak tahu menempatkan Presiden.
Ida Rsi Wisesanatha (Bali)
Bisa jadi, tergantung perspektif yang dipakai. Ada yang bilang karena data umat Hindu. Pula semua Dirjen (kecuali Islam) dicopot bersamaan. Ada yang menilai, dirjen-dirjen ini adalah orang terbaik di agamanya masing-masing. Mereka blusukan membangkitkan semangat beragama di pelosok-pelosok. Yang Hindu membangkitkan Candi Prambanan. Pasti resah. Anyway, mari kita tunggu penjelasan resminya. Ternyata so far belum ada info yang resmi.
Muliana Guntur (Bali)
Sebenarnya tidak perlu kaget juga dengan pencopotan mendadak ini. Karena saat diangkat dulu juga begitu mengagetkan. Malah kita sudah ucapkan selamat buat teman kita di sini (Bali) yang konon nilainya tertinggi (terpilih), tapi kok tiba-tiba beda yang dilantik.
Kita boleh menduga-duga alasan penggantian semua dirjen selain Islam. Tapi kita belum tahu apa sebenarnya yang menjadi tujuan Menteri Agama ini. Kalau strategi menghambat perkembangan agama lain selain muslim dengan mengganti dirjen kok kayaknya terlalu matah (premature, red) strateginya. Terlalu kelihatan. Saya yakin, pasti ada sesuatu di balik itu. Mari kita tunggu.
Ida Bagus Yudhi Arnawa (Jakarta)
Jangan bereaksi berlebihan terhadap prasangka yang kita punya, hal mana kewenangan itu ada di pihak atasannya, apalagi itu kewenangan penuh Presiden. Pertanyaan saya, kalau tetap Mas Dirjen diganti apakah kita bisa menerima dengan baik Plt Dirjen yang ditunjuk? Sebagai organisasi keagamaan mestinya kita bijak menyikapinya. Organisasi membawa gerbong di belakangnya, jangan memicu umat untuk emosi menyikapi yang bersifat prasangka dan yang bukan wewenang kita.
I Nyoman Sender, S.E, S.H, M.M (Bali)
Saya dengar kalau Menteri Yaqut ini orang NU yang moderat, kok tiba-tiba mencopot Dirjen ( khusus Hindu ) yang dipilih melalui fit and proper test yang ketat dan belakangan kiprah Dirjen Bimas Hindu sangat dinamis dan gesit dalam pembinaan umat disamping dari golongan milenial. Pasti ada rahasia besar atas kebijakan/keputusan Menag ini. Mari kita ikuti bagaimana bakal ujungnya.
Nyoman Parsua (Bali)
Saya pribadi masih tanda tanya besar dan ada rasa curiga atas pemutasian Tri Handoko, walaupun diganti oleh orang Bali. Bagi saya pribadi, kita perlu memperhatikan fenomena ini. Karena baru kali ini kita punya Dirjen yang sangat gesit dan fokus memperhatikan umat (Hindu, red).
Nyoman Kormek, S.E, M.M (Sulawesi Tengah)
Kalau Dirjen Islam ikut dicopot dengan kriteria yang sama dengan dirjen Hindu pasti kayak sarang tawon ketusuk galah ormasnya nyerang pemecatnya. Ini untung ada dirjen Kristen yang cerdas dan berani rencana mem-PTUN-kan yang sekiranya secara kompak bisa diikuti oleh 3 dirjen lainnya. Kalau tidak melakukan gugatan pada perbuatan yang memalukan ini, maka kita umatnya akan bertanya-tanya, jangan-jangan dirjen saya ada sesuatu yang salah sehingga layak untuk dicopot….?
Nyoman Suartha (Sulawesi Selatan)
Menurut Sekjen Kemenag RI, parameter yang digunakan penilaian seperti kapasitas, kompetensi, integritas loyalitas moralitas dan komitmen pada tugas dan tanggung jawab negara. Menurut penglihatan dan pengamatan saya, pak Dr Tri Handoko Seto sebagai Dirjen Bimas Hindu sangat mumpuni dan kami mengharapkan beliau masih diberikan mengabdi sebagai Dirjen Bimas Hindu.
Dr. Gusde Sutawa, S.E, M.M, MBA (Bali)
Masak seperti itu caranya memperlakukan seorang Dirjen. Baru menjabat belum lama dengan fit and proper test yang sangat ketat, eh tiba-tiba dicopot.
Ketut Puspa Adnyana (Sulawesi Tenggara)
Untuk memperbaiki tata kelola ASN sangat perlu untuk diajukan ke KASN dan PTUN. Memecat ASN dari jabatannya ada mekanismenya yang diatur UU, apalagi seorang dirjen/eselon satu yang belum menjabat 2 tahun. ASN yang dihukum penjara asal tidak lebih 2 tahun dapat dipulihkan jabatannya. Eselon satu bila mau diganti harus ada tempat yang disiapkan kecuali melanggar peraturan perundang-undangan dan perbuatan asusila.
Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si (Bali)
Apa pun komentar kita tentang kemelut dirjen, itu sah-sah saja. Paling tidak itu merangsang kita untuk berdiskusi, walau kita sama-sama tak pegang data atau informasi yang akurat. Tapi paling tidak, harapan kita, hal ini tidak terulang lagi di masa depan. Yang pasti harus kita lakukan adalah mendukung Ibu Plt Dirjen atau siapa pun dirjen efinitif nanti. Pelayanan kepada rakyat tak boleh terhenti hingga langit runtuh.
Drs. Suminto, M.M (Banyuwangi)
Om Swastyastu, menurut saya, surat pernyataan dukungan kepada Mas Dirjen cukup memberikan sinyal kepada Presiden agar lebih obyektif dalam melakukan penilaian kinerja dan tidak asal menerima masukan dari berbagai pihak yang sarat dengn kepentingan kelompok. Kita harus menghindari sikap emosional yang berlebihan hingga menghancurkan kredibilitas kita sebagai umat yang loyal pada pemerintah yang sah. PHDI harus dihindarkan dari polemik dengan pemerintah yang dapat merenggangkan kedekatan umat Hindu dengan Pemerintah.
Menjadi lebih bijak, jika kita terus ikuti perkembangan sembari berpikir positif atas apa yang telah dilakukan Mas Dirjen sebagai karma baik yang akan mendapatkan pahala berupa penempatan pada posisi yang lebih baik. Kita hindarkan prasangka buruk atas pemberhentian ini, toh kita tidak tahu rencana Presiden terhadap Mas Dirjen. Apakah Beliau akan ditempatkan pada posisi yang lebih tepat dan baik atau sekedar diberhentikan tanpa kejelasan posisi setelahnya. Orang sekaliber Mas Dirjen tentu akan dengan mudah dilihat oleh para petinggi negeri ini sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan oleh Negera sesuai kebutuhannya. Percayalah, pahala tidak mengingkari karma.
Terhadap desakan kepada PHDI Pusat agar mengeluarkan sikap resmi, saya percaya Ketum Pengurus Harian PHDI dan Sekum sudah melakukan itu dalam senyap sehingga tidak tampak emosional. Toch kita semua tahu pengangkatan dan pemberhentian pejabat eselon satu adalah wewenang presiden yang tentu ada pertimbangannya. Ajakan berpikir positif atas pemberhentian ini sesungguhnya dapat dipahami sebagai sikap dewasa yang membawa kita pada beberapa kemungkinan : (1) Siapa tahu akan ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi; (2) Siapa tahu akan dibutuhkan negara pada posisi lain. Jika yang terjadi sebaliknya, kita juga harus obyektif apakah pertimbangannya sesuai dengan fakta yang terjadi, seperti pelanggaran etika dan hukum? Kita belum tahu apa yang direncanakan oleh Presiden, jangan keburu menghakimi seolah keputusan itu merugikan kita. Mengenai kinerja Mas Dirjen yang hebat, harus meyakinkan kita bahwa pahala itu tidak akan ke mana. Pasti kita akan mendapati Mas Dirjen dalam kehidupan yang lebih baik setelah keputusan ini. Karena karma baiknya membawa perubahan dahsyat pada keberagamaan kita. Jangan sampai PHDI kita seret dalam posisi yang menimbulkan disharmoni dengan pemerintah. Artinya, penting bagi kita untuk dewasa, berpikir holistik dan komprehensif (*).