SINGARAJA – Penyidik Polres Buleleng memeriksa Ketua Pimpinan Daerah KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia) Provinsi Bali, Putu Esa Purwita beberapa hari lalu terkait ‘’insiden Nyepi Sumberkelampok’’, peristiwa penerobosan dan pembukaan paksa portal di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) di Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, tepat hari suci Nyepi Isaka 1945, pada 22 Maret 2023 lalu. Video pembukaan paksa portal TNBB di Sumberkelampok tersebut sudah viral di media sosial, sampai akhirnya Polres Buleleng memeriksa sejumlah terduga pelaku, yang belakangan diketahui kena wajib lapor di Polres Buleleng.
Saat memberikan keterangan, Ketua PD KMHDI Bali didampingi Tim Hukum PHDI Bali, Putu Wirata Dwikora, Wayan Sukayasa, Ketut Artana, Agung Kesumajaya, dan Nyoman Sunarta. Sementara Ketua PHDI Provinsi Bali, Nyoman Kenak, menyerahkan Rekomendasi Paruman PHDI Provinsi Bali, 5 Juni 2023, yang menegaskan bahwa peristiwa 22 Maret 2023 tersebut sudah masuk penistaan terhadap Hari Suci Nyepi. Ini berdasarkan arahan Dharma Upapati PHDI Bali dan masukan dari Paruman Walaka dan Pengurus Harian PHDI Provinsi Bali.
Tim Hukum PHDI Bali menjelaskan, bahwa penyidik sudah memeriksa beberapa Saksi dan Ahli, di antaranya Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak, I Made Suastika Ekasana dan beberapa Saksi, termasuk pelapor dan memeriksa Ketua PD KMHDI Bali, Putu Esa Purwita.
‘’Dari keterangan beberapa saksi, termasuk Ketua PD KMHDI Bali, perbuatan pelaku pada hari suci Nyepi 22 Maret 2023, sudah masuk pelanggaran dan penodaan agama sebagaimana diatur dalam KUHP. Apalagi sudah ada rekomendasi PHDI Bali, 5 Juni 2023, yang berdasarkan arahan Dharma Upapati PHDI Bali, bahwa peristiwa pembukaan paksa portal TNBB pada hari suci Nyepi 22 Maret 2023 tersebut merupakan penodaan terhadap hari suci Nyepi. Apalagi, sudah ada Seruan Bersama Majelis-majelis Agama dan Lembaga Sosial Keagamaan tentang Hari Suci Nyepi, yang selain ditandatangani oleh Ketua-ketua Majelis semua agama yang diakui di Indonesia, juga ada tandatangan pejabat seperti Gubernur Bali, I Wayan Koster, Kapolda Bali, Danrem 169/Wirasatya,’’ imbuh Wayan Sukayasa dan Ketut Artana.
Seperti diketahui, Seruan Bersama tertanggal 13 Maret 2023 yang ditandatangani Ketua-ketua Majelis Agama dan pejabat penting seperti Gubernur Bali, tersebut mengikat semua orang yang berada di Bali pada Hari Suci Nyepi, 22 Maret 2023. Dan setiap pelanggaran yang terjadi dan dilaporkan ke penegak hukum, wajib untuk diproses sesuai mekanisme yang berlaku.
‘’Para Saksi dan tokoh Hindu di Bali sangat mendukung proses hukum yang dilakukan Kepolisian, agar pelecehan dan penodaan agama Hindu tidak terjadi berulang-ulang, tanpa adanya penegakan hukum. Apalagi, setelah peristiwa 22 Maret 2023 tersebut, baru-baru ini terjadi lagi penodaan Agama Hindu, berupa orang yang naik di Padmasana di sebuah Pura di Kalimantan Tengah, dan juga sudah dilaporkan ke kepolisian,’’ imbuh Agung Kesumajaya (*r).