Oleh : JMA Dr. I Ketut Puspa Adnyana, M.TP *)
“Sembah sujud hamba kehadapan Hyang Embang, Hyang Tumuwuh yang memberi kehidupan. Sembah sujud hamba kepada Maharsi Vedayasa yang menulis Mahabharata. Mohon tuntunan dan arahan yang benar, jalan Dharma”.
Rahwana dan Kubera (Kuwera) bersaudara tiri lain ibu, ayahnya adalah Rsi Wisrawa. Ibu kandung Rahwana adalah Dewi Keykesi sedangkan ibu kandurng Kubera adalah Dewi Illawati. Rsi Wisrawa adalah seorang Brahmana siddhi yang bijaksana yang sangat memahami Catur Veda. Karena itulah, Kaki Sumali (versi Bali) yang mempunyai anak sepuluh sangat ingin menikahkan putrinya, Dewi Keykesi (Dewi Sukesi) dengan Brahmana Rsi Wisrawa. Tujuannya, agar kelak memiliki cucu atau keturunan yang “bijaksana”, sebagaimana Maharaja Asura Hiranya Kasipu atau Maharaja Mahabali, leluhur Kaki Sumali. Selain karena kecantikannya, Dewi Kaykesi mampu memikat Rsi Wisrawa untuk menikahinya, namun juga karena kecerdasannya. Rsi Wisrawa juga menikahi Dewi Illawati, seorang wanita keturunan Brahmana yakni putri dari Maharsi Bharadwaja (ayah Dronacarya). Dewi Illawati melahirkan seorang putra bernama Kubera (Kuwera, kelak dipuja sebagai Dewa Kekayaan, Bendahara para Dewa).
Kekalahan Raja Asura Kaki Sumali melawan Sri Wisnu menyebabkan Kaki Sumali takluk dan kehilangan kerajaannya, Alengka. Sri Wisnu kemudian mengangkat Brahmana Kubera sebagai Raja Alengka, menggantikan Kaki Sumali. Sementara, Raja Asura Kaki Sumali sangat ingin kelak keturunannya kembali menguasai Alengka sehingga ia mencari menantu yang hebat dan termashur. Pernikahan Keykesi dengan Rsi Wisrawa melahirkan tiga orang putra: Rahwana, Kumbakarna, Wibisana dan seorang putri bernama Surpakanaka. Anak-anak Dewi Keykesi ini dalam tradisi Hindu tidak berhak memiliki status atau mewarisi tradisi Brahmana, karena Dewi Keykesi sendiri bukan Brahmana atau berdarah Brahmana.
Dalam bimbingan ayahnya (Rsi Wisrawa), Rahwana tumbuh menjadi seorang pemuda gagah perkasa. Ia sangat hafal dan menguasai isi Veda sehingga disebut sebagai “Master” Veda”. Inilah yang membuat Rsi Wisrawa dan Keykesi bangga pada anaknya. Rahwana juga sangat disayangi oleh kakeknya, Kaki Sumali, yang mengajarinya berbagai macam tantra, ilmu danurdara dan ilmu perang lainnya. Rahwana dan adik-adiknya pemuja Siwa Mahadewa yang fanatik, kecuali Gunawan Wibisana seorang penganut Waisanawa pemuja Sri Wisnu yang fanatik. Rahwana menganut Siwa yang non kasta. Bagi Rahwana, tidak ada kelas antar-manusia. Bagi Rahwana semua manusia berhak untuk memperoleh hak-haknya termasuk mempelajari ajaran Veda.
Ketika Kubera memimpin Alengka, praktek Catur Warna sangatlah ketat. Bangsa Asura digolongkan sebagai “Sudra”, termasuk Rahwana dan adik-adiknya. Kubera tidak mengakui Rahwana Cs sebagai saudaranya, sehingga Rahwana dan ibunya (Dewi Keykesi) disingkirkan dari Trikota, Istana Kerajaan Alengka.
“Engkau bukanlah golonganku, hai wanita asura, bawalah anak-anakmu menyingkir dari kerajaanku”, kata Raja Kubera ketika Dewi Keykesi mengingatkan perlakuan Kubera terhadap dirinya dan anak-anaknya. Ayahnya, Rsi Wisrawa tidak bisa berbuat apa-apa atas perlakuan anaknya oleh Raja Kubera. Karena memang demikian tersurat dalam Dharmasastra yang ditulis Sri Manu, yang harus ditegakkan. Rahwana yang melihat ibunya terisak dan ayahnya yang diam, bangkit, membusungkan dada.
“Kubera engkau adalah saudara tiriku. Engkau tidak selayaknya memperlakukan ibuku yang dicintai oleh ayah kita berdua. Engkau dan aku memahami isi Veda. Aku pada awalnya atas dasar pemahamanku tentang Veda tidak ada keinginanku untuk menuntut balas atas perlakuanmu. Ini karmaku. Namun, engkau Kubera sebagai saudara tiriku telah memperlakukan perempuan dengan tidak hormat, Ibumu juga, maka aku bersumpah demi ibuku Dewi Keykesi Putri Maharaja Sumali pada saatnya akan menjatuhkanmu dan mengambil alih kerajaan Alengka untuk ibuku Dewi Keykesi. Ingatlah kata-kataku saudara tiriku Kubera”, ujar Rahwana sembari memapah ibunya yang terluka, diikuti oleh adik-adiknya juga dihina.
Rahwana sebagai saudara tertua bertanggung jawab atas keselamatan ibu dan adik-adiknya. Rahwana hidup dari satu tempat ke tempat lain. Rahwana juga berguru kepada guru-guru sejati yang termashur, karena kecerdasannya.
Suatu hari, Rahwana bersama ibu dan adik-adiknya mengunjungi pengasingan Maharaja Asura Mahabali, yang dikalahkan oleh Rsi Cebol Wamana. Melalui mata-matanya, Rahwana akhirnya mengetahui persembunyian Maharaja Asura Mahabali. Ketika Rahwana memasuki “rumah” Maharaja Mahabali, mereka disambut dengan sukacita. Di hadapan Maharaja Mahabali, Rahwana berkata sebagai berikut. “Paduka terimalah sembah sujudku, putra dari Ayahku Rsi Wisrawa dan Ibuku Dewi Keykesi. Paduka, mengapa engkau nampak sangat ringkih dan tidak berdaya. Engkau adalah raja asura yang dasyat dan menguasai triloka setara dengan Maharaja Hiranyakasipu dan Hiranyaksa. Aku sungguh-sungguh tidak menyangka engkau nampak ringkih seperti ini Paduka”, kata Rahwana sembari memperkenalkan diri, ibu dan adik-adiknya.
Maharaja Mahabali berujar kepada Dewi Keykesi, “Oh…putri, anakku, walau aku ini adalah Raja Asura yang dasyat, namun aku dikalahkan oleh Sri Wisnu. Janganlah, bersedih putriku. Aku tahu, anakmu Rahwana akan berhasil dalam cita-citanya. Namun, aku juga memahami masa kelam anakmu”. Kepada Rahwana, Maharaja Mahabali berujar, “Wahai Pemuda Asura yang Gagah Perkasa yang menguasai seluruh isi Veda, engkau boleh merebut Trikota, namun janganlah sekali-kali memusuhi Sri Wisnu. Jadilah seorang Waisnawa sepertiku”, kata Mahabali menasehati Rahwana. Rahwana yang berdarah muda dan perkasa bangkit, lalu mendekati Mahabali.
“Paduka…aku sangat memahami situasimu. Namun, aku sangat kecewa karena engkau telah kehilangan karakter seorang Asura. Darah muda Rahwana bergejolak dan niatnya untuk menjadi raja Alengkapura semakin kuat meskipun tidak mendapat dukungan dari rajanya yang ia banggakan. Rahwana terus melakukan konsolidasi menghimpun kekuatan. Ia meminta ijin kepada kakeknya agar pamannya yang bernama Asura Prahastha (saudara Dewi Kaykesi) bergabung dalam perjuangan mengangkat memartabat Bangsa Asura, sebagaimana leluhurnya di masa lalu. Kekuatan Rahwana semakin mantap, ia mendapat berbagai ilmu kedigdayaan dari Kapiwara Subali, Dewa Brahma, Dewa Siwa Mahadewa. Rahwana mengangkat pamannya Asura Prahastha sebagai penasihat sekaligus menteri utama dalam perjuangannya. Setelah merasa mantap, atas persetujuan Prahastha, Rahwana lalu menyerang dan menggulingkan Raja Alengka Kubera. Kubera tidak mampu melawan kedahsyatan Rahwana dan pendukungnya. Kubera kalah, kemudian mengasingkan diri dan berlindung kepada para Dewa (Kubera kemudian diangkat menjadi Bendaharapara Dewa).
Rakyat Alengka bersuka cita. Kota dihiasi dengan berbagai ornamen, lampu-lampu dinyalakan membuat kota Trikota menjadi terang benderang. Bangsa Gandarwa diundang untuk menyiapkan hiburan, demikian juga para apsara-apsari, seniman surga. Pesta rakyat dilaksanakan untuk menyambut kemenangan dan jatuhnya Kubera. Para Asura sangat bergembira atas kemenangan bangsanya, terutama karena mereka tidak merasa tertekan lagi oleh kaum Waisnawa. Pada masa pemerintahan Raja Kubera di Alengka telah dirancang pembangunan pesawat terbang bernama “Wimana Puspaka” dalam kendali arsitek Wiswakarma. Maharaja Rahwana melanjutkan pembangunan Wimana Puspaka dibawah arsitek Mayasura dan berhasil terbang.
Untuk membangun Alengka dengan ibukota Trikota, Maharaja Rahwana menyusun Grand Design Pembangunan Alengka yang terdiri atas 4 program utama, yaitu: (1) membuat terowongan antarplanet sehingga antara satu bintang dengan bintang lainnya terhubung; (2) melakukan penelitian agar manusia hidup abadi, selalu muda dan tidak pernah sakit serta bebas dari kematian; (3) menghapuskan kasta dan semua orang sama derajatnya; dan (4) bangsa asura harus saling mendukung dan tidak boleh saling menyerang. Grand design ini disebut Nikumbila. Akhirnya, Wimana Puspaka dapat terbang dan digunakan untuk menculik Dewi Sita. Pasca perang Alengka, Wimana Puspaka juga digunakan untuk mengangkut kembali rombongan Sri Rama dan seluruh pasukan Wanara dari Alengka kembali ke daratan Bharatawarsa (India sekarang).
Kekalahan Rahwana atas Sri Rama diikuti oleh hancurnya Grand Design Nikumbila yang ambisius. Meskipun Laksama dan Sri Hanuman sangat mengagumi. Kerajaan Alengka kemudian dipimpin oleh Gunawan Wibisana, seorang Waisnawa yang sangat setia kepada Sri Wisnu. Gunawan Wibisana juga diajarkan Asta Bharata oleh Sri Rama setelah naik tahta.
Dalam alam demokrasi saat ini, setiap orang bebas memiliki kemauan untuk berkuasa, menjadi pemimpin. Dan itu bisa dilakukan dengan sengaja kendatipun tidak memiliki sejarah sebagai pemimpin atau keturunan pemimpin. Sesungguhnya, kepemimpinan (leadership) adalah bakat yang mengalir dari DNA, terus-menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun, pada jaman Kaliyuga saat ini, seseorang yang tidak memiliki trah pemimpin dan tak mememiliki leadership banyak menjadi “raja” (pemimpin). Akibatnya, banyak pemimpin akhirnya membuat kesulitan bagi rakyatnya. Perjuangan memartabatkan harkat dan martabat kemanusiaan, (mestinya) juga disertai pengorbanan diri-sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Rahwana gagal membahagiakan wanita yang dicintainya, Dewi Keykesi. Namun, Kaki Sumali berhasil menjadikan cucunya, Rahwana yang Bangsa Asura berhasil merebut kembali Kerajaan Alengkapura. Kekalahan Rahwana atas Sri Rama membawa kepemimpinan Alengka akhirya kembali kepada penganut Waisnawa. Ini cermin bahwa kehidupan itu ibarat roda yang terus berputar, bergerak. Rahayu. *) Penulis, tokoh Hindu asal Bali, tinggal di Sulawesi Tenggara.