DENPASAR-Sanskerta merupakan bahasa yang paling sempurna tata bahasanya dan mengandung berbagai ilmu pengetahuan. Saat ini, dunia sudah mengakui Sanskerta adalah bahasa yang paling sesuai untuk program AI (Artificial Intelgence). Masyarakat Indonesia menggunakan Sanskerta pada lambang bangsa Negara Garuda Pancasila. Kegiatan masyarakat Bali berupa ritual keagamaan dan sastra juga sangat erat kaitannya dengan Bahasa Sanskerta. Karena itu, bahasa warisan ini amat layak dipelajari setiap orang demi kelestarian budaya Bangsa Indonesia. Hal itu ditegaskan oleh Konsulat Jenderal India di Bali, Neeharika Singh saat Perayaan Malam Raya Sanskerta Sabtu, 2 September 2023 lalu di Aula Taman Asoka Universitas Hindu Indonesia, Tembau, Denpasar Timur.
Neeharika juga mengapresiasi Yayasan Dvipantara Samkrtam yang telah menyediakan berbagai dukungan sistem untuk mempermudah pembelajaran Bahasa Sanskerta. Masyarakat Bali merayakan Hari Sanskerta se dunia pada Sabtu, 2 September 2023 lalu dengan menggelar sendratari dan nyanyian dalam Bahasa Sanskerta. Perayaan Malam Raya Sanskerta ini diselenggarakan oleh Consulate General India, SVCC (Svami Vivekananda Cultural Center of India) dan Yayasan Dvipantara Samskrtam (YDS).
Hari Sanskerta diselenggarakan setiap purnama sasih katiga, yang tahun ini di jatuh pada Jumat, 31 Agustus 2023. Pada kesempatan ini YDS mengajak masyarakat merayakan Minggu Sanskerta, 27 Agustus sampai dengan 1 September 2023, melalui dua acara di sejumlah kampus yaitu Saṁskṛtaparicayavargaḥ (Kelas Pengenalan Bahasa Sanskerta) dan pengenalan Aksara Devanāgarī. Program ini dilaksanakan di IAHN Gde Pudja Mataram, Universitas Mahendradatta, UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar dan STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Selain itu, Ślokoccāraṇaspardhā (Lomba pelantunan Sloka) dari lontar Ślokāntara dilaksanakan di STKIP Agama Hindu Amlapura. Slokantara merupakan karya sastra asli Nusantara dalam Bahasa Sanskerta.
Puncak perayaan Sanskerta dilaksanakan pada Sabtu, 2 September 2023 (Dina kajeng, śaniścara umanis, wuku pujut, panglong kaping kalih, kṛṣṇapakṣa sasih katiga śaka varṣa 1945) di Aula Taman Asoka Universitas Hindu Indonesia, Tembau, Denpasar Timur. Acara ini dihadiri lebih dari 500 orang peserta dari kalangan Pandita (Sulinggih), mahasiswa, tokoh masyarakat dan masyarakat umum.
Jelang mengakhiri masa jabatannya, Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), dalam sambutan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali, I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Saputra mengatakan, keberadaan Sanskerta sudah sangat kuno di Indonesia maupun di Bali terbukti dari berbagai prasasti yang ditemukan di banyak tempat dengan Bahasa Sanskerta, seperti di Kutai, Kalimantan dan Prasasti Dalem Blajong Sanur, Bali. Selanjutnya ditambahkan bahwa Bahasa Sanskerta tetap lestari di masyarakat Bali dalam puja Stuti dan Stawa saat persembahyangan. Hanya saja terjadi sesuatu yang menyebabkan kemerosotan dalam pembelajaran bahasa sehingga saat ini Sanskerta tidak dipakai sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Agung Kartika juga menyatakan dukungannya kepada Konsulat India dan berbagai pihak agar terus mengajak dan menyebarkan Bahasa Sanskerta sebagai bahasa yang harus dipelajari oleh masyarakat Bali, yang mayoritas masyarakatnya memeluk Agama Hindu.
I Made Suyasa, salah seorang pendiri dan guru di YDS menegaskan, Bahasa Sanskerta adalah bahasa pengetahuan yang sempurna tidak hanya membahas ilmu dunia, tetapi juga ilmu jiwa sehingga mampu menawarkan kebahagiaan jasmani dan rohani. Selain itu Sanskerta merupakan dasar inspirasi dari berbagai keilmuan di era modern saat ini. Kata Suyasa, untuk melestarikan dan mempertahankan budaya yang adiluhung, kita perlu membumikan kembali Sanskerta mulai dari percakapan sehari-hari dan pelan-pelan ke pembelajaran sastra.
Aneka hiburan disajikan yang memperlihatkan bahwa Bahasa Sanskerta itu hidup dalam aneka kegiatan. Misalnya, Sendratari Kavi Janakī Rāmayaṇa oleh komunitas Kinara-Kinari Bangli mengambil cerita dari naskah Lontar Karaka Sangraha yang tersimpan di Museum lontar Gedong Kirtya. Ada pula tarian dari SVCC Bali, dan puncaknya adalah Band Samskrtam beranggotakan para relawan Yayasan Dvipantara Samskrtam yang melantunkan aneka lagu Sanskerta. Pengunjung juga diajak mengenal bahasa Sanskerta dari stand pameran yang memperagakan penggunaan Bahasa Sanskerta.
Yang menarik, acara ini dihadiri oleh kalangan pemuda dan pemudi yang menggambarkan bahwa minat mereka cukup besar untuk belajar Sanskerta. I Made Suyasa selaku Pengurus YDS menyatakan, Bahasa Sanskerta menyimpan filsafat dan nilai-nilai luhur Nusantara, karena itu perlu kita kembangkan sebagai salah satu bahasa percakapan di Nusantara. Jayatu Samskrtam, Jayatu Nusantara (*).