Peranan Dalem Waturenggong dalam pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali merupakan aktualisasi spirit Raja-Rsi, tercermin dari sistem pemerintahannya di Bali era pertengahan. Dalem Waturenggong dinilai bertindak cepat memposisikan Bali sebagai sentral otonomi merupakan langkah seorang Ksatria (Raja) untuk menata kehidupan Bali. Sentralisme tersebut dipergunakan untuk menata kehidupan beragama secara bijak (Rsi) dengan cara merangkul dan membenahi tatanan beragama Hindu yang telah ada sebelumnya sambil menciptakan tatanan baru untuk menyempurnakan pelaksanaan Agama Hindu.
Yang menarik, Dalem Waturenggong dikenal telah menanamkan nilai-nilai moderasi beragama dan sangat menghargai perbedaan. Hal itu tercermin dari gaya pemerintahan Dalem Waturenggong tidak memiliki ego kuasa untuk mengubah tatanan beragama yang sudah ada sebelumnaya, justru setiap perbedaan dilindungi dan dipelihara dengan baik. Itulah bukti kebesaran jiwa Dalem Waturenggong saat berkuasa di Bali.
Demikian salah satu point penting yang mengemuka dari hasil penelitian I Gusti Made Sunartha saat mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka (promosi doktor) di depan Sidang Dewan Penguji Pasca Sarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Selasa, 5 Juli 2022. I Gusti Made Sunartha dengan sangat jelas mampu menjawab setiap pertanyaan para penguji yang terdiri dari Promotor Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, Ko-Promotor Prof. Dr. Drs. I Made Surada, M.A; Prof. Dr. Dra. Relin,D.E, M.Ag; Prof. Dr. Drs. I Putu Sudarma, M.Hum; Dr. Drs. I Wayan Wastawa, M.A; Dr. Ni Made Sri Putri Purnamawati, S.Ag, M.A, M.Erg; Dr. Drs. I Nyoman Ananda, M.Ag; Dr. I Nyoman Subagia, S.Ag, M.Ag; dan Dr. I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag, M.il. H. Sidang dipimpin oleh Ketua Dewan Penguji yang juga Direktur Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Prof. Dr. Dra. Relin D.E, M.Ag. Hasil sidang Dewan Penguji menyatakan I Gusti Made Sunartha lulus dengan predikat sangat memuaskan dan merupakan doktor yang ke-114 di UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
Dalam sambutannya selaku promotor, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si mengatakan, Dalem Waturenggong tidak mempermasalahkan perbedaan sekte, paksa (yang memiliki makna sama dengan Sampradaya). Semua sekte, paksa dipersatukan dan beliau menjunjung tinggi moderasi dalam beragama melalui Pura Dasar Bhuana Gelgel dan kemudian membuat sejumlah Pura Pedharman di Besakih. Sikap moderat ini, menurut I Gusti Ngurah Sudiana merupakan nilai positif yang sangat diperlukan saat ini di Bali ditengah konflik dresta Bali versus sampradaya. Sejalan dengan itu, Prof. Dr. Dra. Relin D.E, M.Ag berharap kepada peneliti I Gusti Made Sunartha agar hasil penelitiannya dibuat dalam bentuk buku dan disebarluaskan sehingga dapat berkontribusi dalam menurunkan tensi ketegangan dan gonjang-ganjing akibat konflik tentang sampradaya di Bali saat ini.
Menurut promovendus I Gusti Made Sunartha, peranan Dalem Waturenggong tampak dalam konstruksi tattwa, politik, etika, adat, ekonomi dan estetika yang secara spesifik diaktualisasikan melalui perayaan agama dan sejarah. “Peranan dan strategi yang dilakukan oleh Dalem Waturenggong dapat dijadikan salah satu cermin bagi pemimpin Bali untuk memanfaatkan kekuasaan untuk melindungi dan memperkuat agama Hindu di Bali” tulis I Gusti Made Sunartha yang saat ini menjabat Direktur Pendidikan pada Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI.
Alasan I Gusti Made Sunartha meneliti peranan Dalem Waturenggong, karena menurutnya belum ada penelitian yang mengungkap peranan Dalem Waturenggong dalam meletakkan dasar-dasar dan menyempurnakan tatanan keagamaan Hindu yang terwariskan sampai saat ini. Dalem Waturenggong menurutnya, telah mewariskan nilai-nilai moderasi beragama yang sangat dibutuhkan saat ini sebagaimana digaungkan oleh pemerintah melalui kementerian Agama (*).