DENPASAR – Saya berpihak pada semua pihak yang prihatin terhadap keberadaan pementasan asusila Joged Jaruh dan mendukung upaya mereka untuk menghentikan pementasannya. Perlu sanksi tegas kepada individu/sekeha dan pengupah yang mengijinkan bahkan mengharapkan nuansa Joged Jaruh. Demikian komentar Gurubesar Fakultas Teknik UNUD, Prof. Arya Thanaya dan Instruktur Yoga, I Gusti Raka Panji Tisna, Rabu malam, 24 Juli 2024.
Prof. Arya Thanaya menyatakan sangat tidak setuju dengan pertunjukan Joged Jaruh. Sudah sekian lama penolakan disuarakan, namun masih saja ada pertunjukan dan tayangan Joged Jaruh di media social” keluhnya. Beliau menambahkan, sayang sekali, belum ada tindakan aktual aparat/pemerintah. Menurutnya, perlu sanksi tegas kepada individu/sekeha dan pengupah yang menijinkan bahkan mengharapkan nuansa Joged Jaruh.
Adegan tari Joged bernuansa seksual seperti ini meniru pertunjukan dangdut koplo dan sejenisnya di tempat lain. Mirisnya lagi, di FB sering muncul tayangan Joged Jaruh bahkan melibatkan anak-anak di bawah umur sebagai pengibingnya. “Ini sungguh hiburan yang tidak mendidik dan merusak moral anak-anak dan generasi muda Bali” ujarnya.

Hal senada disampaikan I Gusti Raka Panji Tisna. Menurutnya, Joged Jaruh adalah bentuk pornografi, esksploitasi kodrat alamiah makhluk hidup demi keberlanjutan keturunan yang dipertontonkan di tempat umum untuk kepentingan komersial. “Ini sudah jelas merupakan bentuk pelanggaran etika, susila, dan peraturan serta perundang-undangan yang berlaku” papar aktivis Art Of Living ini.
Hiburan vulgar berkedok Tari Joged ini, kata Panji Tisna, sangat merendahkan martabat semua yang terlibat: penari, penonton, pengibing, sekeha, pemrakarsa pertunjukan (pengupah), pembuat konten dan penyebar konten. Joged Jaruh hanya menggunakan kedok pelestarian tradisi Seni Budaya Bali untuk melindungi praktek asusila ini. Walaupun pementasan ini hanya meniru adegan seksual, tetap ide dasarnya adalah aktivitas seksual yang dipertontonkan di muka umum.
“Saya menghimbau mereka yang mendukung keberadaan Joged Jaruh untuk berhenti merendahkan martabat bangsa dan budaya sendiri. Manusia berbeda dengan binatang. Binatang sepenuhnya didikte oleh Alam; manusia mempunyai akal-budi untuk memilah, mengontrol apa-apa yang layak dan apa-apa yang tidak untuk dilakukan di sembarang tempat” tegasnya (*ram).