BULELENG – Komunitas Kami Peduli (KKP) adalah kumpulan orang-orang yang peduli pada kondisi masyarakat yang belum beruntung. Meski dengan kemampuan yang terbatas, pihak KKP akan terus berusaha untuk memberikan bantuan, guna meringankan beban masyarakat. Apalagi saat ini dalam kondisi masih pandemi, dan virus corona masih terus bermutasi. Tak hanya peduli secara sosial dan ekonomi, KKP juga mempraktekkan toleransi antarumat beragama. Ini sejalan dengan pencanangan Tahun 2022 sebagai tahun Toleransi oleh Pemerintah. Seperti apa mereka menunjukkan kepeduliannya ?
Minggu (7/8/2022) siang, KKP mengunjungi kegiatan Sekolah Minggu Buddha Dharma Semadhi di Desa Tajun, Kecamatan Kutambahan, Kabupaten Buleleng. Kegiatan sosial itu diselenggarakan oleh KKP dalam wadah Forum Kekeluargaan Mahasiswa Buddis Univ. Udayana (FKMBU). Kegiatan sosial selama sehari penuh itu diisi dengan beberapa acara seperti : pembinaan anak-anak, pemberian sumbangan sembako dan bergotong royong bersih-bersih di kawasan itu.
Pembina kegiatan sekolah minggu, Putrawan mengatakan, kegiatan sosial itu digelar secara rutin. Putrawan adalah dosen Agama Budha di Univ. Udayana. Menurut Putrawan, tujuan kegiatan adalah agar ada interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian diharapkan ada rasa peduli, dari kalangan generasi muda terhadap masyarakat di sekitar sekolahnya. Ir. Aswin Pangestu, salah seorang tokoh Buddha memberikan bantuan untuk disalurkan dalam kegiatan sosial tersebut. Rombongan KKP yang berangkat ke lokasi terdiri dari, Ir. Aswin Pangestu; Cik Lily; Kevin Pangestu; Romo Singgih Prayitno, S.E, M.Pd; Encik Yudo; Mira Wijayanti, S.E, M.M dan Prof. Wayan Windia.
Saat itu, Prof. Windia memuji kegiatan yang dilakukan oleh FKMBU. Menurut guru besar Fakultas Pertanian itu, kegiatan sosial (apa pun jenisnya) sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan soft skill. Mahasiswa, kata Prof. Windia, tidak saja harus cerdas (melalui oleh pikir), tetapi juga harus peduli (melalui olah rasa), jujur (melalui olah hati), dan juga harus sehat (melalui olah raga). Bahwa dengan keempat “olah” itu akan terbentuk soft skill berupa karakter yang hebat.
Windia menambahkan, kegiatan sekolah minggu juga telah membangun toleransi dengan umat beragama lain, yakni Agama Hindu. Buktinya, kegiatan sekolah Minggu Agama Budha itu dilakukan di sebuah halaman dan ruangan yang dimiliki oleh keluarga beragama Hindu. “Setelah tamat dan bermasyarakat, peristiwa ini tidak boleh dilupakan dan mesti terus dipraktekkan” ujarnya. Ia menyebut, mahasiswa telah mempraktekkan sikap toleransi antaragama. (ww).