Catatan dari Seminar Internasional tentang Pedesaan di STISPOL WIRA BHAKTI Denpasar
Negara Bisa Ambruk, Jika Tak Memiliki Sektor Pertanian yang Kuat

Penyerahan Sertifikat kepada Dr. Naori Miyazawa oleh Ketua STISPOL WIRA BHAKTI Denpasar, Prof. Wayan Windia

DENPASAR. Masalah pedesaan saat ini semakin penting dicarikan solusinya, seiring dengan semakin pentingnya peranan sektor pertanian. Banyak negara yang ambruk atau diramalkan akan ambruk, karena tidak memiliki sektor pertanian yang kuat. Karena itu masalah pedesaan, khususnya dalam bidang bisnis dan sosial, perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kalau di Jepang, sektor pertanian ditunjang oleh koperasi tani yang tangguh. Anggota salah satu koperasi tani di Jepang mencapai  4,8 juta orang. Koperasi tani di Jepang merupakan koperasi terbaik di dunia.

Demikian dikemukakan Dr. Naori Miyazawa, peneliti Universitas Nagoya, Jepang, dalam sesi Seminar Internasional,  Rabu (27/7/2022) di Stispol Wira Bhakti, Denpasar dengan topik “ Social and Business at Japan Rural Area”.  Naori mengemukakan bahwa kawasan hijau di Jepang, dijaga dengan sangat ketat oleh pemerintah. Prosedur untuk alih fungsi lahan sangat menjelimet dan sangat susah. Oleh karenanya, sangat jarang investor ingin mengkonversi lahan sawah.

Menurut Naori, pajak sawah di Jepang sangat murah. Pajak dihitung berdasarkan produksi sawah. Berbeda dengan di Indonesia. Pajak tanah dihitung berdasarkan lokasi tanah sawah. Itulah penyebab, banyak tanah sawah yang beralih fungsi di Bali dan Indonesia. Dikemukan bahwa, pemerintah Jepang memberikan bantuan cash kepada semua petani yang tetap mempertahankan sawahnya. Itulah kenapa sistem pertanian di Jepang sangat maju. “Meski nilainya  kecil, namun bantuan itu sangat berarti bagi petani” katanya.

Karena itu, Naori menyarankan agar koperasi tani (seperti di Jepang) dapat dikembangkan di Bali dan Indonesia. Tujuannya, agar petani bisa terbantu. Misalnya, untuk memasarkan hasil-hasil pertaniannya, sebagai tempat untuk meminjam modal dan untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian. Di Jepang, nyaris di setiap desa terdapat koperasi tani dan sekaligus sebagai tempat wisata belanja bagi penduduk dan wisatawan.

Ketua Stispol Wira Bhakti, Denpasar, Prof. Dr. Wayan Windia, S.U sependapat dengan Dr. Naori Miyazawa, tentang perlunya dibangun koperasi tani.  Namun sayangnya, nama “koperasi” di Indonesia  belum stabil, karena banyaknya kasus korupsi.  Windia lebih lanjut mengemukakan, kegiatan ekonomi berbasis subak memang sangat perlu dilaksanakan. Dengan demikian, sistem subak di Bali, tidak saja melakukan kegiatan sosio-kultural, tetapi juga kegiatan ekonomi. “Hanya dengan kegiatan ekonomi, subak bisa menjadi semakin kuat, dan petani merasa terbantu kegiatannya” kata Guru Besar Fak. Pertanian Unud ini.

Seminar internasional di Stispol Wira Bhakti, diikuti oleh pengurus yayasan, dosen dan mahasiswa Stispol Wira Bhakti, Kepala SMKT Wira Bhakti dan masyarakat umum. Dr. Naori mengaku sangat bergembira, karena respon dari kalangan dosen dan mahasiswa Stispol Wira Bhakti sangat antusias. Khususnya yang berkait dengan berbagai usaha untuk melestarikan subak, meningkatkan taraf hidup petani, penguatan desa adat dan subak abian  dan lainnya. “Kalau saya balik lagi ke Bali, saya ingin berkunjung lagi ke Stispol Wira Bhakti” katanya. (ww).

Share :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email